Kepaksian Pernong Sekala Brak
Paksi "محور" artinya tinggi, Kepaksian "شهادة" adalah Empat pemegang pucuk tertinggi didalam Adat. Sekala "مقياس" artinya titisan Brak "الفرامل" artinya Dewa. Sekala Brak Adalah titisan Dewa"تجسد الإله" Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah Kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Diriwayatkan kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudia setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Purba/kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama Islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Kuno berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di empat titik kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di Hanibung Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat, Gunung tertinggi di tanah Lampung, Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di Puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang. Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak Rabu 24 Agustus 1289 Masehi, 29 Rajab 688 Hijriyah. Keempat Kepaksian dijadikan Paksi Pak Sekala Brak artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sekala Brak. Dalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang Struktur Kepaksian, Struktur yang dipegang oleh seorang Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian. dahulu pada era Kepaksian Sekala Brak sebutan Kepaksian adalah Kerajaan. Nama atau gelar Ratu dipegang oleh seorang Laki-Laki yang memegang pimpinan di suatu wilayah yang mempunyai Rakyat/Masyarakat. Saat ini Kepaksian Sekala Brak agar lebih terkenal luas menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, untuk di Kepaksian Pernong penambahan kata Adat, sebagai Simbol Komitmen bahwa Kepaksian Pernong Sekala Brak Sultan/Raja Adat Dikepaksian di Istana Adat Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagian besar para pejuang yang dimakamkan dimakam pahlawan, Jakarta, Lampung dan Sumatra Selatan. Karena itulah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian Pernong lebih berkomitmen menggunakan istilah. Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan Negara Kesatua Republik Indonesia sebagai Payung dari pada Bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada pilar-pilar penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia.(NKRI).
SEKALA BRAK Kerajaan Adat Paksi Pak Kepaksian Pernong | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1289–1824 | |||||||||
AL-Liwa Panji Syadatain 1289 | |||||||||
Status | Wilayah Protektorat Kepaksian (1289 Masehi-1824 Masehi) | ||||||||
Ibu kota | Batu Brak, Lampung Barat (sekarang Liwa) | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Lampung, Indonesia | ||||||||
Agama | Islam | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Sultan | |||||||||
• 1016–1147 | Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Penaklukan Sekala Brak Kuno | 1289 | ||||||||
• Belanda Menguasai Sekala Brak | 1824 | ||||||||
Mata uang | Dolar Morgan 1875,1888 dan Voc 1790, Nederlendsch Indie 1945 | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||
Mencari Jejak Masa Lalu
Sekala Brak Adalah titisan Dewa. Sekala Brak Kuno beragamakan animisme adalah kepercayaan yang berkaitan dengan sesuatu yang berbau takhayul, mempercayai kekuatan benda mati, yang sudah menyatu menjadi bentuk yang tidak dapat dipisahkan. Animisme adalah kata yang berasal dari bahasa Latin. Secara bahasa, pengertian animisme adalah “anima” yang artinya adalah roh, maka animisme adalah kepercayaan terhadap roh. Diriwayatkan didalam video presentasi Asal Usul Orang Melayu menurut kajian mt DNA dan Islam oleh Puan Zaharah Sulaiman, Presentasi video masa migrasi Manusia dari Afrika dan Timur Tengah yang menghuni Dunia hingga ke Benua Sunda, serta video yang berjudul Sejarah Paksi Pak Sekala Brak yang di produksi oleh Pinus (peduli nusantara). Tercetus dengan tegas didalam video mt DNA manusia adalah Kembar masa kembali ke zaman silam mengharu gelombang laut melintasi 7000 generasi semenjak kehadiran Hawa yang paling menakjuk kan ialah gambaran evolution Manusia yang terjalin dan berkait rapat dari Moyang yang satu dan melalui kajian para sarjana (yang membidangi), kajian iklim cuaca, oceanographi, geologi, arkeologi, linguls, genom Manusia mt DNA telah menebalikkan hipotesis teori seperti migrasi dari Yunnan dan Taiwan serta Express Train konon Melayu dibuktikan melalui kajian yang dilakukan Puan Zaharah Sulaiman melalui mt DNA Manusia 85.000 tahun yang lalu Manusia memerlukan maiderasi keluar dari Afrika dan Timur Tengah dan proses tersebut dalam proses rentang waktu yang sangat panjang selama sekitar 10.000 tahun untuk sampai ke Benua Sunda. Pengembangan Suku Bangsa-Bangsa Indonesia berasal dari Assam yang terletak di India Selatan, sebelah Utara Burma. Ada beberapa sumber menyebutkan sama seperti yang ada di dalam video bahwa Suku Melayu Purba atau Proto Malayan Tribes dari India Selatan itu dalam pengungsiannya, bergerak menyeberangi laut Andamen untuk kemudian berpencar dalam beberapa kelompok. Demikian teori yang dikemukakan oleh J. R. Logan pada abad Ke-19 M yang melakukan penelitian sejak tahun 1848 hingga 1900 asal usul melayu induknya di benua sunda. Kelompok kesatu, bergerak ketimur melalui Jawa dan Kalimantan dan ada yang terus keutara di Philipina, yang kemudian melahirkan Suku bangsa Igorot dan lain lain. Kelompok kedua mencapai ujung utara Sumatra menyusuri pantai barat dan mendarat di Singkel, Barus dan Sibolga, kemudian melahirkan cikal bakalnya Suku Suku Batak Karo, Batak Toba, Dairi dan Alas. Kelompok ketiga meneruskan pelayarannya menelusuri Pantai Barat Sumatra terus keselatan yang akhirnya melalui daerah Krui menuju kedaerah pegunungan, kembali sebagai People di Tengkuk Gunung Pesagi bukit barisan dan Seminung diperkirakan sebelum masehi, Di Benua Sunda Tercatat di dalam Geografi Indonesia Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 2.262 di atas permukaan laut Puncak Gunung Pesagi adalah satu dari 12 gunung yang ada di Provinsi Lampung, Indonesia. Dari beberapa gunung tersebut Gunung pesagi adalah Gunung yang mempunyai puncak paling tertinggi yang ada di tanah Lampung. Salah satu gunung di Sumatra dengan ketinggian maksimal 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan. Dari segi grafisnya Sumatera terbagi ke dalam berapa bagian yaitu Sumatra bagian Utara, Sumatra bagian Tengah dan Sumatra bagian Timur. Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan dengan Selat Sunda. Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primer dan hutan tropik sekunder yang lebat dengan tanah yang subur. Gunung tertinggi yang tidak Aktif di Sumatra adalah Gunung Pesagi Bukit Barisan dengan ketinggian melebihi dari 2.262 di atas permukaan laut , Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Aceh dan Gunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di Indonesia, Danau Toba terdapat di pulau Sumatra. Danau yang diantara 2 (dua) gunung adalah danau ranau di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, Indonesia. Kepadatan penduduk pulau Sumatra urutan kedua setelah pulau Jawa. Saat ini pulau Sumatra secara administratif pemerintahan terbagi atas 11 provinsi yaitu Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu dan Lampung dan 3 provinsi lain yang merupakan pecahan dari provinsi induk di pulau Sumatra yaitu Riau Kepulauan, Lampung dan Kepulauan Bangka Belitung. Disebut Suku Bangsa, Etnis, Ulun, People di tengkuk Gunung Pesagi bukit barisan dan Seminung titik kebesaran di tengkuk Gunung Pesagi Hanibung pengalaman nenek moyang mereka yang bergerak mengarunggi samudra luas dan tau akan Gunung yang tidak aktif dalam melakukan pengungsian besar besaran membentuk karakter "dwi muka" sebagai manusia gunung dan tau akan arti laut. Menurut kepecayaan lama salah satu alasan pendahulu Sekala Brak kuno memilih menempati ditengkuk Gunung Pesagi adalah karena Gunung tertinggi di Lampung tersebut tidak aktif dan tidak pernah mengeluarka lahar panas dan letusan, hal tersebut dipercaya oleh sebagian masyarakat Suku Bangsa Sekala Brak, Lampung pada umumnya sebagai salah satu tempat asal mula Suku Bangsa/Etnis/ Ulun Lampung, yaitu sebuah Kepaksian yang letaknya di dataran tinggi di tengkuk Gunung Pesagi, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung Indonesia. Dari Ketinggian Sekala Brak inilah sebagian leluhur Suku Bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu:
- Way Semaka
- Way Umpu
- Way Besay
- Way Jelabat
- Way Sunsang
- Way Putih Kanan
- Way Pengubuan Kanan
- Way Giham
- Way Petay
- Way Hitam
- Way Dingin
- Way Napalan
- Way Gilas
- Way Bujuk
- Way Tuba
- Way Baru
- Way Tenong
- Way Kistang
- Way Panting Kelikik
- Way Kabau
- Way Kelom
- Way Peti
- Way Abung
- Way Melan
- Way Sesau
- Way Kunyaian
- Way Sabu
- Way Kulur
- Way Kumpa
- Way Bangik
- Way Babak
- Way Tulung Balak
- Way Galing
- Way Cepus
- Way Muara Toping
- Way Terusan Nunyai
- Way Pematang Hening
- Way Banyu Urip
- Way Candi Sungi
- Way Tulung Biuk
- Way Tulung Pius
- Way Umban
- Way Guring
- Way Rarem
- Way Gedong Aji
- Way Penumangan
- Way Panaragan
- Way Kibang
- Way Ujung Gunung
- Way Nunyik
- Way Lebuh Dalom
- Way Gunung Tukang
- Way Pagar Dewa
- Way Rawa Panjang
- Way Rawa Cokor
- Way Tulung Belida
- Way Karta
- Way Gunung Katun
- Way Malai
- Way Krisi
- Way Komering
- Beserta anak sungainya
Kajian itu memiliki benang merah berdasar tulisan William Marsden melalui sejarah Sumatra, Menjelaskan, “apabila Orang Lampung ditanya tentang darimana mereka berasal, maka mereka menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah gunung tertinggi serta sebuah danau yang luas” (Marsden 2008). Gunung dan danau yang dimaksud adalah Tengkuk Gunung Pesagi Bukit Barisan dan Danau Ranau. Sekala Brak Purba (kuno) yang masih dikuasai oleh Buay Tumi pada masa itu sudah mengenal tulisan dibuktikan dengan adanya aksara Tambo Kulit Kayu yang berbentuk buku dan berntuk lembaran kulit kayu serta yang terdapat dalam Prasasti Hujung Langit tulisan tersebut ada 16 baris dan diatas tulisan tersebut terdapat gambar menyerupai Gagang Sarung Pusaka Semar Raja yang terletak di Bunuk Tenuar Liwa Lampung Barat dan sampai saat ini keberadaan Prasasti Hujung Langit tetap terjaga dan terawat dengan baik, Naskah kuno Lampung (tambo kulit kayu), bukti peradaban pada masa lalu yang menyimpan banyak kearifan lokal. Batu Prasasti Hujung Langit tersebut diperkirakan sudah ada sebelum abad ke-10 M, pada sekitaran sebelum abad ke-4 Masehi, Dolmen Batu Brak dan Batu Kayangan, Prasasti Maqom Tambak Bata serta masih banyak lagi Dolmen-Dolmen Peninggalan sejarah yang ada di Sekala Brak. Dengan demikian, menilik dari peninggalan sejarah tersebut maka Kerajaan Islam Kepaksian Sekala Brak dengan dibuktikan adanya Simbol Penaklukan Keturunan dari AL-Mujahid menurut kepercayaan lama di Sekala Brak meyakini bahwa cikal bakal Suku Bangsa dan bahasa melayu adalah dari Sekala Brak Purba yang dikuasai oleh Buay Tumi pada masa itu. Kemudian seperti yang kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan pengembangan dari bahasa melayu purba tersebut. Sekala Brak memiliki makna yang dalam, dan sangat penting bagi suku bangsa Lampung. Bukti tentang kemasyuran kepaksian Sekala Brak didapat dari warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo, dolmen batu brak, batu kayangan, maqom, benteng dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau.Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak, yaitu:
- Sakala Bhak yang berarti titisan dewa (terkait dengan sekala brak purba animisme).
- Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau).
- Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya).
Dalam buku Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga, bahasa lampungnya: ‘”Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh pagaruyung, moko-muko pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako, kimawat pandai jujjokh tata titi tandana mawat bernegeri dalih berbangsa” Terjemahannya dalam bahasa Indonesia berarti “Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah pagaruyung, muko-muko pemerintah bundo kandung, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak bernegeri dan berbangsa”. Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja.Prof. Wang Gungwu, dalam majalah ilmiahJournal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut Zawawi Kamil(Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga bahasa lampung: “Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung dalih muko-muko pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako, kimawat pandai jujjokh tata titi tandana mawat bernegeri dalih berbangsa” Terjemahannya dalam bahasa Indonesia berarti “Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah Pagaruyung dan muko-muko pemerintah Bundo Kandung (pada abad 12), Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa” Menurut kepercayaan lama di sekala brak purba, Kepaksian Sekala Brak pada zaman ini disebut Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali yang beragama resminya adalah Hindu Birawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa[1][2].
Di lereng gunung Pesagi,dapat ditemukan berbagai peninggalan lain,seperti bebatuan yang tersebar di gunung Pesagi serta di dataran sekala brak, tapak bekas kaki,altar/tempat eksekusi muda-mudi, Archa Ganesa di gunung pesagi. batu Brak, Batu Kayangan, Prasasti Maqom Tambak Batan dan masih banyak lagi dolmen-dolmen peninggalan sejarah Kepaksian Sekala Brak Purba. Kepaksian Sekala Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. Prof. Olivier W. Wolters dari Universitas Cornell, dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala Brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap kearah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur barus dan damar. Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertahikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Suku Bangsa Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Sekala Brak yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45 Diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Haji Yuwa Rajya Punku Sri Haridewa. Lebih jauh lagi Sekala Brak Purba adalah juga merupakan cikal bakal Kedatuan Sriwijaya, di mana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi di tengkuk gunung Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju kearah utara menuju dataran Palembang. Van Royen:1927 Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Purba adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Kedatuan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Kedatuan Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering. Arlan Ismail:2003 Kajian itu memiliki benang merah berdasar tulisan William Marsden melalui sejarah Sumatra, Menjelaskan, “apabila Orang Lampung ditanya tentang darimana mereka berasal, maka mereka menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah gunung yang tinggi serta sebuah danau yang luas”(Marsden 2008). Gunung dan danau yang dimaksud adalah Tengkuk Gunung Pesagi Bukit Barisan dan Danau Ranau. Tengkuk Gunung Pesagi Bukit Barisan adalah Pusat Pemerintahan pada jaman buay Tumi Kerajaan Sekala Brak purba. Saat ini, secara geografis wilayah buay/suku Tumi mencakup wilayah pesisir pantai utara Sumatra. Seorang ahli sejarah Lawrence Palmer Briggs dalam jurnalisnya di abad Ke-19 M, tahun 1950, menyebutkan bahwa sebelum abad Ke- 7, sekitar tahun 653 M, yang berlangsung sejak tahun 652 M hingga 675 M, ibukota Kedatuan Sriwijaya terletak di daerah pegunungan agak jauh dari Palembang. Tempat itu dipayungi oleh dua gunung dan dilatari sebuah danau (Keresidenan Lampung dan Palembang). Itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut “Family of the King of the Mountains” (Sailendravarmsa) Berdasarkan penelusuran hasil penelitian Binsar D.L. Tobing : 2004, dijelaskan bahwa Prasasti Hujuŋg Langit diantaranya menyebutkan satu daerah bernama Hujuŋg Langit yang seluruh hutan dan seluruh tanahnya diperuntukkan bagi bangunan suci. Nama Hujuŋg Langit itu sendiri tidak tercantum dalam peta maupun sumber-sumber lain, namun sekitar 13 km (jika ditarik garis lurus dari prasasti Hujung Langit) disebelah Timur Laut ada nama tempat yang bernama Ujung (Damais, 1995:28). Jadi yang dimaksud sebagai Hujung Langit adalah daerah yang bernama Ujung (Pekon Hujung kecamatan Belalau, Lampung Barat Provinsi Lampung). Haji Yuwa Rajya Punku Sri Haridewa Jika dilihat dari gelar yang melekat pada namanya, tersebutlah Punku, mempunyai arti tuanku, dimungkinkan sebagai gelar yang menganggap bahwa Punku Sri Haridewa merupakan orang yang turut melindungi serta memilihara bangunan suci. Pun atau Pu adalah merupakan gelar kehormatan bagi kebangsawanan seseorang sebagaimana banyak keluarga di Kerajaan San-fo-ts’i yang bergelar “Pu”. Begitu juga gelar Pu yang bersanding dalam kata DAPUNTA maka gelar dapunta harus diperuntukkan bagi orang yang amat tinggi kedudukannya. Kehormatan yang amat tinggi itu ditunjukkan dengan bubuhan da-, -ta, dan sebutan “Hyang”. Demikian keterangan makna gelar Pu dalam buku Sriwijaya yang ditulis oleh Prof. Dr. Slamet Muljana. Selanjutnya gelar Haji (Aji) adalah arti yang umum untuk “raja”, dipakai untuk menyebut seseorang dalam hubungannya dengan wilayah kekuasaannya(Ayatrohaedi, 1979: hal 79). Arti kata yang sama juga diberikan oleh Zoetmulder (1995: hal 327). yang menyebutkan bahwa Haji dapat diartikan sebagai raja, keluarga Raja, Sultan, Pangeran, Seri Baginda, Paduka Yang Mulia. Dan terdapat juga sebutan Yuwa Rajya (Yuwa Raja) untuk baginda Sri Haridewa, sebutan itu pernah tercantum dalam prasasti yang berasal dari Sumatra, yaitu prasasti Telaga Batu yang diperkirakan berasal dari Abad Ke-7 M tahun 686 Masehi. Dalam prasasti ini disebutkan tiga kategori pangeran, yaitu :yuwaraja (Putera Mahkota), pratiyuwaraja (Putera Mahkota ke dua), dan Rajakumara (Putera Mahkota lainnya )(de Casparis, 1956: hal 17; 1976: hal 69; Kulke, 1991 : hal 9). Biasanya raja muda ini sebelum menjadi raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja/sultan disuatu daerah atau wilayah ( Soemadio (ed), 1993: hal 410). Selain nama Baginda Sri Haridewa yang tertulis dalam Prasasti Hujung Langit, terdapat juga para pejabat yang mengiringinya dalam penetapan sima tersebut, seperti Hulun (seseorang Yang Melayani Raja/Sultan/ Hulun Haji), pejabat tinggi yang hadir diantaranya Samgat Juru Pajak (Pejabat Pajak), Pamgat Juru Ruhanan (Pengawas Para Pejabat), Pramukha Kabayan (Pemuka yang berkaitan dengan bangunan suci), Juru Redap (Pejabat Bagian Informasi), Juru Pajabat (Petugas Menyambut Raja), juru samya (orang yang berkuasa pada derajat yang lebih rendah (desa), wakil pejabat atau kepala, Juru Natalan (Bagian Penulisan / Juru Tulis), Juru Mabwan (Pejabat Menangangi tenaga Kerja), dan pejabat tingkat banwa yang hadir diantaranya adalah Rama. Dan saat ini, walau prasasti itu usianya telah berabad – abad lamanya, namun sebutan sebutan yang ada didalam prasasti tersebut masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Kepaksian Sekala Brak zaman Saat ini, seperti sebutan Pun masih dipertahankan oleh masyarakat di sekitar Prasasti Hujung Langit dan batu brak, batu kayangan (Masyarakat/Rakyat Sekala Brak) sebagai panggilan kehormatan bagi anak laki laki tertua dari keturunan Sultan / SaiBatin Raja Adat Dikepaksian dalam wilayah Sekala Brak yang kini mengejawantah menjadi Kepaksian Sekala Brak zaman saat ini Kerajaan Sekala Brak. Selain itu juga Jabatan Juru, Hulun, Pramukha Kabayan, Rama/Perangkat Adat seperti dalam prasasti masih dipertahankan pula oleh masyarakat Adat Hususnya Kerajaan Sekala Brak untuk orang-orang yang memiliki tugas khusus dalam adat, yang kini disebut Jukuan Lamban, Gelar/Adok, Perangkat Adat dari tingkat tertinggi adalah Kepala Jukkuan Gelar Raja istri Batin, Perangkat Adat Gelar Batin Istri Khadin, Perangkat Adat Gelar Raden istri Minak, Perangkat Adat Gelar Minak istri Kimas, Perangkat Adat Gelar Kimas Istri Mas dan lainnya. Berdasarkan Kepercayaan lama di dataran sekala brak titik kebesaran di Hanibung titik lokasi batu brak dan batu kayangan dan Sejarah yang disusun di dalam Tambo Paksi, dataran Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh salah satu komunitas yang tidak termasuk dari bagian suku tumi tetapi juga adalah kelompok-kelompok yang bisa di pengaruhi lebih awal untuk memeluk agama islam di sini dislokasi mereka di dalam sejarah yang namanya “Ranji Pasai” bahasa lampung nya “Sikam Jamma Pasai” (Kami Orang Pasai), suku bangsa Orang-orang mulia ketutunan Orang Mulia ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit koreng tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh negeri suku bangsa Orang-orang mulia ketutunan Orang Mulia di dataran sekala brak titik kebesaran di Hanibung.[3][4][5]
Berdirinya Kepaksian Sekala Brak
Didalam buku Kerajaan Jambulipo yang diterbitkan melalui Kelompok Penerbit Diandra Anggota IKAPI (062/DIY/08) pada BAB 2 halaman 31 Sejarah Singkat Kerajaan Jambulipo menjelaskan A.R Chaniago dalam (Firman,2012) berpendapat bahwa Kerajaan Jambulipo merupakan salah satu kerajaan tertua di Minangkabau dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-10 Masehi tahun 901 Masehi, Ia juga menyebutkan bahwa Jambulipo dahulunya merupakan nama daerah yang menjadi tempat tinggal raja-raja zaman Dharmasraya (Firman,2012), Dharmasraya merupakan nama daerah yang cukup terkenal di Sumatra bagian tengah ketika agama Budha berkembang pesat pada awal abad ke-13 Masehi Dharmasraya berada di sekitar hulu sungai Batanghari, yaitu salah satu sungai terbesar di pulau Sumatra dengan lebar sekitar 500 m dan panjang 800 km. Sungai batanghari menjadi jalur transportasi dan perdagangan yang ramai di Pulau Sumatra bagian tengah kala itu (Soekmono, 1992:40; Utomo,1992:178).Nama Dharmasraya tercatat dalam Kitab Nagarakertagama sebagai salah satu daerah yang menjadi tujuan pasukan Ekspedisi Pamalayu Kerajaan Singasari atas perintah Raja Kartanegara pada tahun 1275 Masehi (Soekmono 1992:40;Utomo 1992:175; Kusumadewi 2012:4-5).Kini Dharmasraya merupakan sebuah Kabupaten Dharmasraya secara adat termasuk dalam wilayah Kerajaan Jambulipo. Di Sumatra Barat selain Kerajaan Pagaruyung ada juga Kerajaan Jambulipo. Paksi artinya Tertinggi, Pemegang Kepemilikan Tertinggi yakni pemilik Pemegang Kekuasaan tertinggi atas wilayah rakyat dan Adat. Kepaksian adalah Pemegang Kekuasaan Tertinggi, Terhadap rakyat dan wilayah serta Adat. Sekala artinya Titisan Brak artinya Dewa. Sekala Brak Adalah titisan Dewa Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Diriwayatkan kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyung, kemudia setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Purba ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Purba berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di Empat Titik Kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di HANIBUNG Kecamatan Batu Brak, Kab. Lampung Barat (Gunung tertinggi di tanah Lampung), Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang. Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak Rabu 24 Agustus 1289 Masehi (29 Rajab 688 H). Keempat Kepaksian dijadikan Paksi Pak Sekala Brak artinya Empat pemegang tertinggi di Sekala Brak. Dalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang Struktur Kepaksian, Struktur yang dipegang oleh seorang Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian. dahulu pada zaman Kepaksian Sekala Brak sebutan Kepaksian adalah Kerajaan. Nama atau gelar Ratu dipegang oleh seorang laki-laki yang memegang pimpinan di suatu wilayah yang mempunyai Rakyat/Masyarakat. Saat ini Kepaksian sekala brak agar lebih terkenal luas menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, untuk di kepaksian pernong penambahan kata adat, sebagai Simbol Komitmen bahwa Kepaksian Pernong Sekala Brak Sultan/Raja Adat Dikepaksian di Istana Adat Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagian besar para pejuang yang dimakamkan dimakam pahlawan, Jakarta, Lampung dan Sumatra Selatan. Karena itulah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian Pernong lebih berkomitmen menggunakan istilah Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan NKRI sebagai payung dari pada bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada Pilar-Pilar Penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)[6][7].
Gunung Pesagi, dikenal sebagai salah satu dari 12 gunung yang ada di Provinsi Lampung. dari beberapa gunung pesagi adalah gunung yang mempunyai puncak paling tinggi yang ada di tanah Lampung. Ketinggian puncak dari gunung ini mencapai di atas 2.262 m s/d 3000 m bila diukur dari atas permukaan laut. Lokasi Gunung Pesagi sendiri terletak di Kabupaten Lampung Barta Provinsi Lampung. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi, Gunung Pesagi merupakan tempat bermukim awal yang disebut Suku Bangsa Orang-orang Mulia Keturunan Orang Mulia (Tumi) yang menganut paham animisme, merupakan cikal bakal Kerajaan Sekala Brak kuno yang berdiri sekitar jauh sebelum abad Ke-1 Masehi. Kerajaan Sekala Brak Kuno adalah Kerajaan tertua di Tanah Lampung penduduk yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sekala Brak Kuno inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis Suku Bangsa Lampung. Penyebaran agama Islam masuk ke Kerajaan yang ada di Tanah Lampung ini Pada 29 Rajab Sekitar 688 Hijriyah. Dengan raja terakhir Kerajaan Sekala Brak kuno yang beraliran animisme, Ratu Sekaghummong. Secara politik kekuasaan Kerajaan Sekala Brak Kuno yang menganut ajaran Animisme ini berhasil ditaklukkan, Hal ini ditandai dengan terbunuhnya Ratu Sekaghummong dengan menggunakan Keris Belambangan setelah terbunuhnya Ratu Sekaghummong berubah nama menjadi “Rakiyan Istinja Darah” di Puncak Gunung Pesagi oleh AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra. Keempat AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra Mereka membuat satu kemufakatan diatas Gunung Pesagi untuk menjadikan Sekala Brak sebagai satu negeri yang dibagi menjadi Empat wilayah bagian, yang kemudian dikenal sebagai Empat Ke Khalifahan, mulai berdirinya Kepaksian Sekala Bkhak ditancapkan Bendera AL-LIWA/PANJI SYAHADATAIN diatas puncak Gunung Pesagi Mulailah Menjadi Kepaksian Sekala Bkhak Pada 29 Rajab Sekitar 688 Hijriyah. Kepaksian Sekala Bkhak adalah yang membawa islam dan masuk melalui sebelah barat Tanah Lampung. AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra mengislamkan Kerajaan Sekala Bkhak kuno dan mendirikan monarki yang disebut Kepaksian Sekala Brak dengan lokasi pusat wilayah kerajaan di daerah Hanibung, Desa Pekon Balak Kecamatan Batu Brak Saat ini, Bahkan diceritakan bahwa letak pusat wilayah kerajaan setelah dari hanibung berpindah sejauh sekitar 18 kilometer dari hanibung. pusat wilayah kerajaan berpindah kembali sekitar sejauh 15 kilometer dari Istana Gedung Dalom saat ini yang berdiri di Batu Brak, Berpindahnya Istana Gedung Dalom itu dari kejauhan sekitar 15 kilometer tidak dicopot atau dibongkar dulu melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang Selama 1 (satu) Tahun kisaran tahun 1899[8].
Petilasan Maqom, Penyucokan tempat berdirinya Tampuk Imam
Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu menggantikan ayahandanya Umpu Ratu Semula Raja Gelar Ratu Semula Raja menjadi Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian di Kepaksian Sekala Brak sezaman dengan Sultan Banten Perabu Pucuk Amun. Menurut kisah yang dituturkan turun temurun, Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu merupakan sosok Sultan yang sangat Alim dan Sakti, salah satu bukti kesaktiannya terdapat disalah satu bukit bernama Bukit Selalau didekat pelabuhan Krui di pinggir laut yang sangat misteri, bekas telapak kaki beliau dan perahu beliau yang tertambat rapih sewaktu beliau melakukan perjumpaan dengan Penguasa Bunian Matu. Berdasarkan cerita lain, beliau sering dikabarkan telah mati namun tiba-tiba beliau kembali seperti sedia kala, terakhirkali beliau meniggal dunia di desa Pekon Balak Kecamatan Batu Brak dan dimakamkan di Tambak Bata Sekala Brak. di Desa Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung Negara Indonesia, terdapat bekas pijakan kaki yang diyakini nenek moyang pendahulu masyarata Batu Brak adalah simbol peninggalan dari Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi, dan di batu tersebut terdapat bekas cakaran kaki Harimau. Banyak orang datang dari jauh mengaku keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini dan ziarah kemakamnya di Batu Brak.Makam keramatnya masih terjaga hingga kini, terlihat batu segi empat yang tertata rapih menutupi permukaan makamnya, letaknya dipinggir tebing yang riskan terhadap pengikisan tanah, akan tetapi atas izin Alloh SWT sudah beberapa kali terjadi Gempa Bumi besar namun tanah makam beliau tak longsor. Terakhir baru- baru ini tahun 2017 sebuah pohon besar berusia ratusan tahun didekat Keramat beliau rubuh dari akar-akarnya, letak pohon sangat dekat dengan makam membuatnya sangat mungkin tertimpa, namun kayu besar yang rubuh kearah Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu itu tidak sedikitpun menimpa makam beliau. Keunikan Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini juga terdapat pada ukiran hewan menyerupai ular pada batu yang bersusun dipermukaan makam pada bagian kaki sebelah kiri. Masyarakat menyebutnya ukiran “ Luday “ ( Naga ), hewan yang hanya ada satu dan sebagai penguasa didalam perairan yang paling dalam, tampaknya itulah makna ukiran Luday tersebut yaitu sebagai simbol satu-satunya penguasa atau dalam istilah Lampungnya yaitu SaiBatin, karena memang kedudukan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu adalah SaiBatin/Sultan di Kepaksian Sekala Brak Kerajaan berlandaskan nilai-nilai gama Islam. Kebesaran nama Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu juga dinukilkan dalam Warahan dari daerah Way Kanan, sebuah warahan yang cukup terkenal yaitu Warahan Radin Jambat, diwarahkan dalam bait pantun bahwa Radin Jambat melakukan perjalanan spiritual ke Puncak Pesagi dan dilanjutkan ke Makam Tambak Bata maksudnya adalah Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, termaksud didalam bait pantun warahan nomer 12 dan 20 yang berbunyi “ Mak Cipak Kuranana, Mak Cipak Kuranani, Ya Laju Lapah Tapa, Haguk Bukti Pesagi, Bupintak Disan Sina, Bukilu Ngati ati “ selanjutnya “ Laju Ngejukko Bura, Seranta Jama Jimat, Mari Tiyanna Laju, Laju di Tambak Bata, PanjangPitu Mesagi, Temegak Nyalan Diwa, Nudungko Salisa Puri, Radin Jambat Kuwasa “ . Maqom Penyucokan Tampuk Imam adalah makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu beliau adalah seorang Waliyulloh yang menyebarkan agama Islam, saat beliau menundukkan Penguasa Bunian Matu maka tempat berdirinya membekas pada sebuah batu, batu tempat berdiri itulah yang disebut dengan MAQOM SELALAU, dan Maqom itu kemudian menjadi titik patokan wilayah, yaitu mulai dari Maqom Selalau kearah utara sampai ke tebu tegantung yang berbatasan dengan Kerajaan Sungai Limau Bengkulu adalah wilayah Kepakisan Nyerupa, sedangkan mulai dari Maqom Selalau terus ke arah selatan sampai menjumpai Tikokh Bekhak di daerah Tanggamus adalah wilayah Kepaksian Sekala Brak, juga termasuk Suoh, Bandar Negeri Suoh dan Batu brak sekarang ini. Demikian tertulis dalam Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, tapi saat itu belum ada marga marga berdiri, baru kemudian setelah rentang waktu yang lama, banyak pendatang menuju wilayah pesisir. Diwilayah Pesisir ini terdapat juga beberapa keturunan yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak, pada awal-awal penyebarannya adalah Lima Punggawa dari Kepaksian Sekala Brak kemudian diabadikan menjadi nama wilayah di pesisir yaitu daerah Penggawa V (Lima) hingga saat ini. Desa-desa Penggawa V saat ini yang berda di Kecamatan Karya Penggawa dan Kecamatan Way Kerui. Karena menurut Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi sebagian wilayah dipesisir adalah Wilayah Sekala Brak dan sebagian lagi adalah wilayah Umpu Ratu Nyerupa, maka anak Keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ada yang hijrah dari Hanibung Batu Brak untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri yaitu di daerah Tenumbang, keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, Sultan Sekala Brak itu sebagai wakil dari Kepaksian Sekala Brak untuk mengurus wilayah di Pesisir, namun walau telah ada wakil di Tenumbang saat itu, SaiBatin Kepaksian Sekala Brak yaitu Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu masih tetap turun menjaganya, sehingga disana terdapat Maqom Selalau. Adat nestiti yg berlaku “ Umpu Ratu mejong di hejongan” artinya adalah hanya anak nya Umpu ratu yg duduk menduduki kebesaran nya / jenganan adat Kepaksian nya, jadi anak tuha pantang dan tidak mungkin meninggalkan tahta nya, menebas hutan bersusah payah membuka pemukiman baru. Pada era selanjutnya ada nama Rakian Sakti yaitu anak dari Ratu Mengkuda Pahawang Umpu Ratu Bejalan Di Way Jurai ke- 4 ( empat ) hijrah pula ke pesisir menuju daerah Ngambur. Seiring berjalannya waktu banyak pula kelompok- kelompok yang datang dari luar dan meminta izin kepada Keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Sultan Kepaksian Sekala Brak di Tenumbang untuk membuka lahan mendirikan perkampungan baru. Wilayah Umpu Ratu Nyerupa di Wilayah Pesisir sangat strategis, maka pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 M Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan dengan Umpu Ratu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin. Dari Wilayah Kepaksian Sekala Brak dan Umpu Ratu Nyerupa di Pesisir inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 10 ( sepuluh ) Marga di Pesisir yaitu Tenumbang, Ngambur, Way Sindi, Punggawa Lima, Ngaras, Bengkunat, Belimbing, Pugung Tampak, Pugung Bandar, Pugung Malaya. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi marga- marga baru di wilayah Pesisir begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak, salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya. Namun demikian walapun telah banyak berdiri marga diwilayah pesisir, adat istiadat dan sejarah kepemimpinan tetap mimiliki benang merah dan kaitan erat dengan Kepaksian Sekala Brak sebagai Bumi Asal Para SaiBatin, banyak keturunan bangsawan Kepaksian Sekala Brak yang memang sejak awal memegang kepemimpinan sebagai SaiBatin Marga, selain itu juga Marga- Marga yang telah ada saat ini menjaga khazanah adat istiadat Kesaibatinan yang dibawa dari Kepaksian Sekala Brak ke wilayah Pesisir. Dan jika menengok sejarah yang silam, jejak kebesaran Wilayah Kepaksian Sekala Brak di Pesisir tetap ada, salah satunya adalah dengan adanya Maqom Selalau, jejak tapak Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu untuk mengenang kebesaran Kepaksian Sekala Brak, keturunan Empat Umpu Ratu yang bertalian darah persaudaraan. Mulai dari keberadaan Empat orang Umpu Ratu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Putera Umpu Ratu Ngegalang Paksi Gelar Umpu Ngegalang Paksi tiba di Kepaksian Sekala Brak untuk menyebarkan misi agama Islam. Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Dengan kedatangan Keempat Umpu ini maka merupakan kemunduran dari Kerajaan Sekala Brak Purba/Kuno atau orang-orang mulia keturunan orang mulia di Bakhnasi, Tanjung Menang Belalau yang merupakan penganut agama Hindu Birawa dan sekaligus merupakan tonggak berdirinya Kepaksian Sekala Brak atau Kerajaan Sekala Brak yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam[9]. Kepaksian Sekala Brak berdiri, melanjutkan kebesaran sekala brak kuno dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam yang Mulia, pemerintahan dibagi menjadi empat wilayah kekuasaan oleh keturunan empat bersaudara, yaitu :
- Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Kepaksian Sekala Brak berkuasa di Kepaksian Pernong Sekala Brak , Ibu Negeri Hanibung ( Batu Brak )
- Umpu Nyerupa berkuasa di Kepaksian Nyerupa, Ibu Negeri Tampak Siring.
- Umpu Belunguh berkuasa di Kepaksian Belunguh, Ibu Negeri Tanjung Menang.
- Umpu Bejalan Di Way berkuasa di Kepaksian Bejalan Di Way, Ibu Negeri Puncak.
Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Ratu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja, Raja Pagaruyung Minangkabau. Alkisah setibanya di Sekala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli( gadis ) yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Putri Indarwati Si Bulan. Sedangkan Si Bulan, berkat kesetiaannya serta ikut membantu perjuangan dakwah di Sekala Brak, maka diberi penghargaan sebagai “ Nabbai Paksi” atau saudara Kepaksian Sekala Brak, menerima kedudukan sebagai bendahara Kepaksian Sekala Brak sehingga disebutlah dengan Buay Nekhima, selain itu ia diberi wilayah di daerah Cenggiring, Itulah sebabnya nilai kehormatan tertinggi terutama di Sekala Brak adalah kesetiaan, hidup tanpa kesetiaan adalah hidup yg sumbang. Mak tippik, mau diletakkan dimana kalau seseorang mempunyai karakter penghianat dan tidak setia terhadap Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian, lebih - lebih “ tekhok ngeguggohi ”( ingin menyamakan dirinya seperti bisa mengangkat dan menyamakan dirinya dengan kedudukan Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian) adalah sebuah penghianatan yang akan jadi crita sepanjang zaman. Akan tetapi seiring perjalanan waktu kemudian Si Bulan / Putri Bulan /Putri Indrawati ini hijrah dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup ada yang menyebutnya negeri menggala ada juga yang menyebutnya tulang bawang. Oleh karena Si Bulan hijrah maka atas permufakatan dari keempat Paksi tugasnya sebagai bendahara Paksi dipercayakan kepada seorang keturunan dari Si Bulan yaitu Si Nyata yang ada di Pekon Luas (Pekon Simpang Luas Saat ini), ialah yang melanjutkan tugas untuk menyimpan pusaka- pusaka, Indek Ketarau 1890-1910, Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, Kitab tua dari kulit kayu, Kitab lembaran kulit kayu, Panduan Bacaan Sholat dari lembaran kuli kayu termasuk Pepaduan dan kemudian diberi kedudukan Buay Belunguh sebagai pangtuha di wilayah Pekon Luas, kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun. Pada pada abad ke 20 Masehi Tahun 1939 M terjadi perselisihan diantara keturunan Si Nyata, memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepaduan. Suku bangsa Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang dan Pantai Banten yangn berasal dari Sekala Brak. Perpindahan Warga Negeri, Kerajaan Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting didalam sejarah seperti :
- Ketika Suku bangsa Purba (Suku Tumi) yang mendiami Sekala Brak Kuno di Tanjung Menang melarikan diri dan Sekala Brak jatuh ketangan Kepaksian Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain.
- Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Kepaksian Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru.
- Adanya hubungan yang erat antara Kepaksian Sekala Brak dengan Kesultanan Banten, sehingga banyak keturunan Kepaksian Sekala Brak yang berada di Cikoneng Banten hingga saat ini.
- Keinginan Masyarakat Kepaksian Sekala Brak untuk “Nyusuk Pekon” yang artinya mendirikan daerah baru ataupun Negeri baru untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri.
Sehingga saat ini banyak kelompok masyarakat yang sudah berbentuk SaiBatin Marga Pesisir Barat, Marga, Bandakh, Jukku, Sumbai, Kebbu, Lamban. Di sekala brak umpu pernong serta ke tiga saudaranya tersebut mereka membuat satu kemufakatan diatas gunung pesagi untuk menjadikan sekala brak sebagai satu negeri yang dibagi menjadi Empat wilayah bagian, yang kemudian dikenal sebagai empat kepaksian/empat ke khalifahan, paksi artinya tinggi, empat pemegang pucuk tertinggi didalam adat ke empat paksi ini tidak bersekutu berpisah tidak Bercerai, mulai berdirinya kepaksian sekala bkhak ditancapkan bendera al-liwa/panji syahadatain diatas puncak gunung pesagi mulailah menjadi kepaksian sekala bkhak pada 29 rajab 688 hijriyah. rabu 24 agustus 1289 masehi. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa menyebarnya Agama Islam setelah putra dari al-mujahid memerangi ratu sekeghumong yang merupakan anak dari ratu sangkan serta cucu dari ratu mucah bawok yang memiliki sistem dan Struktur Organisasi tertua yang ada di tanah Lampung bahkan ratu sekeghummong berhasil dibunuh menggunakan sebuah keris bernama “Rakian Istinjak Darah” (keris belambangan) dan akhirnya dimenangkan oleh perserikatan Putra dari Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi sehingga dimulailah zaman Kerajaan Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang. Raja terakhir dari Buay Tumi Sekala Brak adalah Kekuk Suik sebagai anak laki-laki dari Ratu Sekeghumong dengan wilayah kekuasaannya yang terakhir di Pesisir Selatan Krui -Tanjung Cina. Dataran Sekala Brak akhirnya dikuasai oleh Kepaksian yang disertai Si Bulan “ Nabbai Paksi”, Maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh al-mujahid dengan menggunakan nama Paksi. Inilah cikal bakal Paksi Buay pernong, yang merupakan puyang Suku Bangsa Lampung. Wilayah kekuasaan dari Umpu Pernong yang wilayah kekuasaannya membentang mulai dari kecamatan Batu Brak, Kecamatan Suoh, Kecamatan Bandar Negeri Suoh setengah bagian dari Pesisir Tengah Krui yang saat ini merupakan wilayah Kabupaten Pesisir Barat, seluruh Pesisir Selatan sampai ke daerah Tikor Bekhak Tanggamus dengan pusat pemerintahan berada di Hanibung (Pekon Balak saat ini). Suku bangsa Buay Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh bahatur yang datang dari Istana Gedung Dalom dengan bantuan lima orang punggawa dari danau ranau. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya Sekitar pertengahan abad 12 s/d 13 Masehi para SaiBatin di Sekala Brak berhasil merumuskan dan menggunakan aksara sendiri yang disebut “Had Lampung. Tulisan Bahasa dan Aksara Lampung Yang Ditulis William Marsden melalui sejarah Sumatra, terbit pertama kali pada tahun 1779 dengan judul The History Of Sumatra Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Suku Bangsa Lampung. Putra dari Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang, Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Dia adalah Pendiri Kepaksian Pernong memerintah di Henibung pad presensi Dolmen Batu Brak saat ini serta ketiga saudaranya[10][11].
Warisan Budaya Sekala Brak
Istana Gedung Dalom adalah tempat tinggalnya, Istananya, Pusat Pemerintahannya sang Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian, Pesikhah. Sejak zaman dahulu tempat tinggalnya sang Sultan ini disebut ISTANA GEDUNG DALOM oleh Pemerintah Hindia Belanda, oleh rakyat dan masyarakat adat, hingga pada saat kemerdekaan Republik Indonesia sampai saat ini sebutan nama terhadap Istana Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak adalah ISTANA GEDUNG DALOM. ISTANA GEDUNG DALOM ini sudah 1 (satu) kali direnovasi pada kisaran tahun 1990-1991 dan sebutannya tetap Istana Gedung Dalom, baik sebutan dari Sultan, Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat maupun sebutan dari masyarakatnya.
Budaya Sekala Brak di Istana Gedung Dalom
Upacara Penobatan, tolak bala, Lingkaran hidup, Keagamaan dan Upacara Lainnya[12]
- Upacara dalam Kesatuan Proses Kehidupan
Upacara adat dalam masyarakat Sai Batin Kepaksian Pernong, tidak terpisahkan dengan proses kehidupan sehari-hari. Artinya, upacara selalu terkait dengan tahapan-tahapan kehidupan. Tidak dijumpai upacara yang berkait dengan hari-hari peringatan tertentu, hari-hari besar tertentu. Upacara adat terkait kehamilan, kelahiran, khitan, pernikahan, dan kematian. Upacara pemberian gelar pun kebanyakan dikaitkan dengan perhelatan suatu keluarga dalam koordinasi para Kepala Jukkuan. Apabila Sultan dan Ratu datang langsung atau mengirim utusan, maka akan ada upacara penyambutan melalui tradisi penghormatan tertentu. Semua upacara itu telah memiliki baku tatacara yang lengkap.
- Penattahan Adok dan Nayuh
Salah satu upacara yang cukup penting dalam masyarakat adat Kepaksian Pernong adalah Upacara Pemberian Gelar atau Penattahan Adok. Proses Penattahan Adok dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya sebuah pesta perkawinan (nayuh) yang diselenggarakan oleh salah satu Jukkuan dalam Sekala Brak. Prosesi puncak berada di tengah acara resmi nayuh dan disaksikan oleh para Raja Kepala Jukku dari Jukkuan Kappung Batin maupun Jukkuan lain dalam Sekala Brak. Kehadiran Sai Batin dalam Penattahan Adok ini sangat diharapkan, baik oleh yang sedang punya hajat nayuh maupun masyarakat adat Sekala Brak. Kehadiran Sai Batin di tengah mereka dianggap sebagai anugerah. Urutan acara pada Upacara Penattahan Adok, Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.. menyebut secara garis besar:
- Pembacaan Surat Keputusan Sai Batin yang berisi ketetapan gelar dibacakan oleh Pemapah Dalom atau salah seorang Raja Jukkuan Kappung Batin yang ditunjuk. Dilanjutkan pembacaan nama dan gelar yang akan dianugerahkan
- Petugas Penattah membaca nama dan gelar yang diberikan disertai Penabuh Canang, yang bertugas memukul canang pada saat-saat tertentu dalam rangkaian pengumuman nama dan gelar.
Mereka ini terus didampingi Pembaca SK Sai Batin dan seorang Raja Jukkuan dari dusun yang sedang menyelenggarakan Tayuhan sebagai saksi. Petugas Penattahan Adok ini berpakaian adat lengkap: tukkus, jas tutup, serong gantung kanan, kain buppak, dan keris serta seperangkat canang. Tata urutan Penattahan Adok secara garis besar adalah sebagai berikut: Petugas Penattahan Adok menghadap Sai Batin atau yang mewakili untuk minta izin dan perkenan guna mulai menjalankan tugasnya. Petugas duduk dengan posisi Hejong Sumbah, duduk di atas dua kaki yang dilipat di belakang sedangkan badan berada di atas kaki kiri, bukan di atas lantai. Setelah duduk, petugas terlebih dahulu meletakkan keris pusaka yang dibawanya, letak pangkal (tangkai) keris ke arah Sai Batin. Setelah meletakkan keris, petugas baru melakukan penghormatan kepada SaiBatin dengan mengangkat ke atas kepala kedua belah telapak tangan dirapatkan/ditangkupkan. Selesai menghaturkan sembah. petugas penattah menyampaikan maksudnya dan melaporkan tugasnya. Setelah mendapat jawaban dan perintah Sai Batin, petugas kembali memberi sembah. Petugas penattah adok segera menuju tempat upacara. Canang dipukul. Petugas penattah mulai berbicara di depan hadirin. Ia menyampaikan salam kepada Sai Batin dan hadirin dengan bahasa yang khusus. (Butattah). Materi yang harus disampaikan dalam butattah :
- salam dan tangguhan atau alasan keberadaannya selaku petugas petattah
- kilas balik sejarah kebesaran Sekala Brak Paksi Pak Sekala Brak dalam memimpin warga dan kabuayannya
- memperkenalkan Jukkuan yang mengadakan hajatan dan figur para calon penerima gelar
- pelaksanaan pemberian gelar disertai harapan agar adok yang diberikan selalu dipakai dalam penyebutan hari-hari berikutnya
- salam dan pamit kepada Sai Batin dan hadirin. Selesai langsung kembali menghadap Sai Batin, menghatur sembah, melapor bahwa telah selesai menjalankan tugas, dan setelah mendapat perkenan Sai Batin petugas kembali ke tempat semula. Proses Pentattahan Adok berakhir. Dilanjutkan acara lain- lain[13].
Urutan Prosesi Lapahan Saibatin/Sultan Raja Adat Dikepaksian
Adat tradisi proses penyambutan Sai Batin dalam Tayuhan Jukkuan telah turun temurun dilakukan. Telah pula terjadi perubahan dari waktu ke waktu. Terakhir, Sai Batin telah menetapkan urutan prosesi secara lengkap sebagai berikut : Seperti halnya Penyambutan Sai Batin pada Tayuhan Jukkuan Gemutukh Agung Kageringan, pada tanggal 7 Oktober 2003. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke -23 memerintahkan pada Jumat, 3 Oktober 2003 bahwa urutan upacara tersebut ditentukan urutan-urutannya. Raja Sempurna dan Raja Mega menerima perintah dimaksud. Dalam catatan Raja Sempurna, prosesi arak- arakan meliputi :
- Sai Batin menunjuk Raja Alamsyah II Suka Rajin Kageringan sebagai Pepatih Arak-arakan.
- Urutan Arak-arakan Sebelum Sai Batin tiba di lokasi, seluruh yang terlibat harus sudah siap di lokasi. Saat Sai Batin tiba di lokasi disambut oleh :
- Pepatih Arak-arakan
- Payung Songsong Kuning dipegang oleh Jukkuan Kekhatun
- membawa Pedang, 4 bilah.
- Pembawa Tombak, 8 bilah
- Kebayan
- Payung Songsong Kuning, Parajurit Pedang, Prajurit Tombak, Pepatih Arak-arakan dan Kabayan mengiring Sai Batin dari sejak turun dari mobil hingga masuk ke Awan Geminsir.
- Di kiri kanan Awan Geminsir telah berbaris Mulli Meranai Margaan mendampingi Mulli Batin seluruh Jukkuan Marga.
- Sai Batin memasuki Awan Geminsir Alat kebesaran Sai Batin semua berada di posisi masing-masing. Kabayan, Mulli Batin Jukkuan berikut Mulli Meranai lainnya serta Babbay berjalan mengikuti Awan Geminsir.
- Setelah dilaksanakan Tari Pedang Samang Begayut. Arak-arakan bergerak berjalan. Sai Batin berjalan dalam Awan Gemisir tanpa Lalamak Sambil terus berjalan, prosesi menyajikan gerak tarian, bunyi-bunyian yang meliputi : Terakot – Kekakti, Pencak Silat, Gamelan ditabuh, Hadrah (rebana) dimainkan, Muli Meranai dan Babbay Pantun.
Di titik tempat yang ditetapkan, arak-arakan berhenti. Disajikan Tarian Pedang Semang Begayut, para pemikul mengangkat tinggi-tinggi Awan Gemisir dan Sai Batin keluar dari dalamnya. Langsung Sai Batin berjalan di atas Lalamak yang disediakan khusus baginya. Sai Batin berjalan di atas Lalamak sampai dengan Kelasa. Pada saat itu, Sai Batin diiring oleh :
- 4 prajurit berpedang;
- 8 prajurit bertombak;
- payung songsong kuning;
- Kebayan.
Perangkat Arak-arakan dikumpulkan di satu tempat. Bujang Gadis dan Babbai Buar menuju tempat yang disediakan. Pada saat Sai Batin keluar dari Awan Geminsir, melewati Lalamak, menuju Kalasa disambut oleh barisan Raja-raja Jukkuan Marga berpakaian adat kebesaran dan memberi salam adat. Salam adat, kedua telapak tangan diangkat bersama di atas kening. Sai Batin membalas dengan meletakkan telapak tangan kanan di dadanya. Jadi, tidak bersalaman. Di ujung barisan Raja-raja Jukkuan berdiri para Haji dari seluruh Marga berpakaian gamis. Sai Batin memasuki Kelasa. Tetap diiring Payung Songsong Kuning dan pengawalnya sampai di tempat duduk. Payung dan Pengawal berposisi di belakang Sai Batin duduk Setelah Sai Batin duduk di Kelasa, seluruh hadirin duduk. Acara siap dimulai. Diawali Tangguhan kepada Sai Batin oleh yang mewakili Jukkuan Gemuttukh Agung. Setelah selesai Tangguhan, acara resmi dimulai dipandu oleh Pembawa Acara. Seterusnya, acara penattahan berlangsung. Biasanya juga dapat ditambah dengan barisan kehormatan berjumlah 48 orang(24 laki-laki dan 24 perempuan) memakai pakaian teluk belanga, sarung gantung ala Melayu dilengkapi dengan selempang khusus, ikat kepala merah, ikat pinggang warna merah. Pria mengenakan topi model Topi Belulang dilengkapi perisai dari rotan. Pusaka-pusaka Istana dan Pusaka Pribadi Suatu ketika, Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. memperlihatkan sebuah tongkat komando yang cukup panjang. Sekitar 60 cm. Terbuat dari kayu dan terlihat coklat tua mengkilap. Sebagaimana layaknya tongkat komando, memanjang lebih besar sedikit dari ibu jari tangan orang dewasa. Tampak seperti tongkat komando biasa. Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama, di sepanjang permukaan tongkat komando terdapat goresan-goresan lembut yang berupa tulisan dalam huruf dan bahasa Lampung. Untuk membacanya, perlu dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain halus secara perlahan dan terus menerus. Setelah itu, ke atas permukaannya diusap-usapkan tepung beras putih. Setelah merata pada bagian yang terdapat lekukan garis huruf akan terisi tepung halus dan permukaan tanpa lekukan akan tetap coklat. Karenanya guratan dan goresan huruf itu bisa terbaca. Konon, berisi pesan-pesan penting dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin. Tongkat ini peninggalan para Sai Batin terdahulu dan tersimpan dengan baik sampai saat ini. Disamping keris Istinjak Darah, seperti telah diceritakan pada bagian terdahulu, Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak juga memiliki begitu banyak keris, tombak, dan pedang. Dalam ingatan Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. disamping sejumlah keris pusaka yang tersimpan rapih, kakeknya pernah memperlihatkan begitu banyak keris tanpa penutup, tanpa tangkai pegangan. Besi-besi keris itu teronggok begitu saja di kotak-kotak kayu. Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. kemudian membersihkan dan memperbaiki, melengkapi keris-keris itu. Kini, sebagian dari keris itu sudah diberi sarung dan tangkai yang bagus. Beberapa di antaranya telah dianugerahkan kepada sejumlah Raja Jukkuan, para Penggawa dan orang- orang yang dipandang pantas[14].
Pemerintahan
Struktur Pemerintahan dari pada ini bisa Piramida Tertinggi adalah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Berita dan Lain Sebagainya semua beserta seluruhnya berpusat kepada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenannya, titah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, dibawahnya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang pertama terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki Perdana mentri dan perdana utama pemapah dalom ini mempunyai garis juga kepada kampung batin garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian tapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom. kalau garis lurusnya dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian dengan Istilah, bahasa Lampungnya "Sagedung, Isi ni Gedung" yang artinya "isi Gedung (isi Istana)" bahasa Lampungnya "Puakhi ni Saibatin" yang artinya "Saudara nya Saibatin" itu belum keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban (rumah-rumah) sebelum dia berkeluarga dia lamban (rumah) biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan[15].
Sistem Pemerintahan Adat Di Istana Gedung Dalom Sekala Brak
Inilah warna kekayaan budaya di Tanah Lampung, jadi bicara tentang Lampung maka bicara tentang SaiBatin dan Pepadun, 2 komunitas yang saat ini tersublimasi menjadi satu peradaban baru yang menata kehidupan bermasyarakat, menjaga ketertiban dan menciptakan pranata pranata sosial dari zaman ke zaman yang dianut oleh masyarakat Lampung hingga saat ini. Eksistensi Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak sampai saat ini masih terjaga secara utuh. Sultan merupakan pucuk pimpinan tertinggi didalam adat istiadat sekala brak dengan sebutan Dudungan Mulia atau Puniakan Dalom Beliau dari masyarakat kepada sang pimpinan adat. Segala titah Sai Batin atau Sultan adalah amanat yang musti dijalankan oleh siapapun yang menerima titahnya, seperti termaktub dalam pantun azimat yang berbunyi “ Khiah Khiah Kik Dawah, Kekunang Kak Debingi, Kak Saibatin Mekhittah, Tisansat Kipak Mati “ , maknanya adalah sifat kesetiaan masyarakat adat terhadap amanah yang dititahkan oleh sultannya, sekalipun untuk menunaikannya harus mempertaruhkan nyawa. Dalam menjalankan pemerintahan adat, sai batin memiliki struktur adat yang tersusun rapi sebagaimana pranata adat yang diteruskan dari para sultan sebelumnya, Struktur pemerintahan adat di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak sifatnya bertingkat dari atas hingga bawah, seluruh jabatan memiliki tanggun jawab dan pranata adat tersendiri. Terdapat 7 hierarki gelar dalam Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak yang dapat menentukan kedudukan atau jabatan seseorang didalam adat, dimulai dari yang tertinggi yaitu Sultan, Raja Suku/ Jungku/ Jukku, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/ Inton. Di dalam Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak, seorang Sultan yang berkedudukan selaku Sultan/RaiBatin Raja Adat Dikepaksian memiliki Pemapah Dalom yang mengurusi bagian internal kerajaan, sedangkan tugas eksternal dipegang oleh Perdana Menteri. Kedudukan Pemapah Dalom biasanya dipercayakan kepada paman atau adik Sultan. Para Pemapah Dalom atau Pemapah Paksi bergelar Raja/Jukuan. Adapun Masyarakat adat di dalam pemerintahan Kepaksian Pernong terkelompok dalam tingkatan wilayah pehimpunan adat, sebagai berikut :
- Wilayah Adat Jukku dipimpin Kepala Jukku bergelar Raja, seorang raja jukuan memimpin sejumlah orang yang bergelar Batin.
- Wilayah Adat Sumbai dipimpin Kepala Sumbai bergelar Batin, seorang batin memimpin sejumlah orang yang bergelar Radin.
- Wilayah Adat Kebu dipimpin Kepala Kebu bergelar Radin. seorang radin memimpin sejumlah Ragah ( kepala keluarga ).
- Lamban (Rumah/ Keluarga) dipimpin Kepala Keluarga atau Ragah.
Dalam menyelesaikan masalah ditengah masyarakat, berlaku Permufakatan Sidang Adat atau yang disebut “HIMPUN”, diantaranya ada Himpun Keluarga, Himpun Bahmekonan ( dalam satu kampung ), Himpun Kampung Batin ( Tingkat Petinggi Lingkungan Istana ), Himpun Paksi / Marga ( Tingkat Tertinggi yang dihadiri oleh Sultan ). Tata petiti didalam melaksakan himpun sangat diatur, mulai dari busana yang biasanya menggunakan kopiah dikepala serta kain sarung belipat, sikap dan sopan santun, serta tutur kata tersusun. Kedua belah pihak yang sedang melakukan percakapan didalam sebuah himpun menggunakan kata-kata yang penuh penghormatan serta alur pembicaraan yang teratur, percakapan itu biasa disebut "betetangguh ". Hasil dari sebuah musyawarah adat nantinya menjadi aturan yang musti dijalankan setelah diputuskan dan ditetapkan oleh Saibatin.
Tujuh Pedoman Hidup suku bangsa Lampung
- Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
- Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
- Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
- Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
- Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
- Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
- Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.
Sekala Brak
Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23
PYM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H.
- BIODATA
Nama : Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke – 23 Lahir: Jakarta, 27 Februari 1958 Istri: Puniakan Ratu Ir. Nurul Adiati Gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Sekala Brak
- Pendidikan:
- S-1 Fakultas Hukum UGM (1983)
- Sepamilsuk atau PPSS (penerimaan perwira sumber polisi) tahun 1983
- Dikjur Serse
- Selapa Dikreg XX tahun 1992
- Sespim tahun 2000
- Riwayat Jabatan Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23
- Penempatan Pertama di ilmu perguruan tinggi kepolisian (1986)
- Reserse Mabes Polri sebagai panit reserse umum mabes polri Setelah itu bergulir ke selapa lalu masuk reserse umum pertama di PTIK kedua panit dari ( 1986/1991) di reserse mabes polri.
- Kasubnit I Reserse Umum Polda Metro Jaya (1992)
- Kasat Serse Polres Metro Bekasi Polda Metro Jaya (1992)
- Kasat Serse Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1995
- Kabag Reserse Tipiter Polda Jabar (2000)
- Kabag Reserse Polwiltabes Bandung Polda Jabar (2000)
- Kapolres Bandung Tengah Polwiltabes Bandung Polda Jabar (2001)
- Kapolres Bandung Polda Jabar (2002)
- Wakapoltabes Palembang Polda Sumsel
- Kapolres Metro Bekasi Polda Metro Jaya
- Kapolres Metro Jakarta Barat Polda Metro Jaya (2006)
- Penyidik Utama Dit. V/Tipiter Bareskrim Polri
- Kapolwiltabes Semarang Polda Jateng (2009)
- Kadepkum Dit Akademik Akpol Lemdikpol Polri (2010)
- Wakapolda Sulteng (2013)
- Wakapolda Malut (2013)
- Widyaiswara Madya Sespim Lemdikpol Polri (2013)
- Karorenmin Bareskrim Polri (2014)
- Kapolda Lampung (2015)
- Analis Kebijakan Utama Sahli Kapolri (2016)
- Pati Sahli Kapolri (2016).
Para Pahlawan Perjuangan, Kemerdekaan Istana Gedung Dalom
- Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya tahun (1745 M-1749 M)
Catetan Tentang Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya, Sekitar tahun (1745):
Terjadi suatu hubungan antara Sekala Brak dengan Inggeris, Portugis dan lain sebagainya dalam menjalin hubungan perdagangan pada beberapa tahun kemudian terjadi pertukaran inggeris dan belanda, Singapure dan Bengkulu Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggeris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapure suatu hal yang pasti bahwasanya Inggeris tidak pernah menjajah ada beberapa perjanjian baik di Paksi Nyerupa, Bejalan diway, Belunguh dan Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak perjanjian kompeni Inggeris untuk tidak saling menyerang. Kemudian apabila musuh menyerang dari laut kompeni Inggeris yang menghadapi apabila musuh menyerang dari darat Kepaksian Sekala Brak yang menghadapi, pada saat penyerahan pertukaran antara Brngkulu dan Singapure Belanda ini mengklem menyatakan kepada Kepaksian Sekala Brak bahwasanya kami dalam perjanjian ini mendapat mandat dari Inggeris bahwa wilayah Kode 12, Kalianda, Kota Agung, Teluk Betung, Soekadana, Goenoeng Soegih, Tarabangi, Menggala, Kotaboemi dan termasuk Wilayah Bengkulu adalah jajahan Inggeris yang sudah dikuasai Inggeris karena Paksi Pak tidak bisa menerima terjadilah peperangan yang cukup lama didalam sejarah sehingga Kepaksian Sekala Brak dapat dikalahkan.
- Pangeran Batin Sekhandak Permaisuri Pinang Gelar Sultan Ratu Simbangan Dalom, Tahun (1749 M-1789 M) Sekala Brak Dibawah Kekuasaan Belanda, masa perang dengan Kolonial Belanda yang memeras rakyat serta menerapkan politik devide ed impera.
- Yang Dipertuan Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala Permaisuri Siti Habibah Gelar Ratu Pemuka Agung tahun (1789 M-1829 M)
Catetan :
Pada masa kepemimpinan Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala beliau dapat menyelesaikan Komflik yang tenjadi di rejang lebong dan pesemah lebar, atas kesuksesan tersebut pemerintah belanda menganugerahkan SANDANG MERDEKA Kepada Kepaksian Sekala Brak dimerdekakan selama 14 tahun, mengurus pemerintahan sendiri, di bebaskan dari pajak bumi dang awe raja, Pemberontakan dengan serangan-serangan ke loji-loji Belanda kerap terjadi pada zaman ini, terutama ketegangan pada tahun 1860 pada saat pangeran ringgau tidak mau turun dari kuda, Pada saat inilah rumpun bambu di “pekon/desa Kerang dipagar dan diberlakukan ordonasi yang disebut ordonasi van kerang, karena selalu diambil oleh masyarakat sebagai senjata perang dan dijadikan symbol gaib dalam keberanian menghadapi Belanda pada saat itu.
- Yang Dipertuan Bali Pangeran Hajji Habbiburahman Gelar Sultan Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan Permaisuri Siti Nurpipah Gelar Ratu Hj Siti Khodijah Tahun (1829 M-1869 M). (yang dipertuan ke-19). Akan/Ayah dari Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tahun (1869) Selain Seorang Sultan Beliau, Seorang ulama besar penyebar Islam).
- Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja Permaisuri Rikna Duaya Gelar Ratu Hajjah Siti Fatimah tahun (1869 M-1909 M), (yang dipertuan ke-20) Selain Seorang Sultan Beliau, Seorang ulama besar penyebar Islam, belanda tidak pernah berani menegur beliau menggunakan Gelar Sultan walaupun sejak zaman Pangeran batinsekhandak gelar sultan sudah dilarang oleh pemerintahan belanda. Catetan tentang Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja:
Sebab mendapat gelar Harmain untuk sultan memegang kekuasan dan kepemimpinan Saibatin Marga Liwa dan Saibatin Kepaksian Sekala Brak. Dia merupakan cucu kandung Pendiri Marga liwa Pangeran Indrapati Cakra Negara yang mendapat mandat hak kesaibatinan. Selanjutnya sultan Harmain melepas kesaibatinan marga dan kedudukan sebagai kesaibatinan diturunkan kepada Putrinya Tjik Mas yang menikah dengan putra Pasirah Liwa bernama Muhammad Athorid. Kemudian karena memiliki seorang putri Ratu Siti Maisuri, maka kemudia dia menikah dengan Putra kedua Pangeran Haji Suhaimi, Adik Kandung Sultan Maulana Balyan yang bernama H abdul muis, dan ditetapkan sebagai Saibatin marga liwa, merupakan Kebesaran Indra Pari Cakra Negara, Sulta haji Merah Dani saat mulai digunakannya kembali menggunakan Gelar Sultan dalam Kepaksian Sekala Brak setelah dia diberi gelar Sultan oleh Kkhalifahan Utsmani sekembalinya dari Istambul sekitar tahun 1899. Saat itu pemerintah colonial tidak berani menegur, karena mengetahui itu pemberian dari sultan turki Utsmani. Akan/Ayah dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi).
- Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Permaisuri Hj. Ratu Lela Amrin Gelar Ratu Mas Ria Intan Minak Ghalangan Dalom Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong Tahun (1909 M-1949 M), (yang dipertuan ke-21). Catetan Tentang Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi :
- Pada masa ini pemerintah belanda sudah mulai melunak, salah satunya dengan mengijinkan putranya sekolah di Europa School (ALS) Kemudian jepang berkuasa Pangeran H Suhaimi bersama tiga putranya langsung masuk hutan ber geliria berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
- Bupati Perang Lampung Tengah - Wedana Perang Pimpinan perlawanan Rakyat Bukit Kemuning, Front Utara , Wedana Krui.
- Pada masa revolusi membentuk API ( Angkatan Pemuda Indonesia ) dan masuk TNI sebagai wedana perang di Lampung Utara, dan sebagai Bupati Perang di daerah Lampung Tengah juga bergerilya di Lampung Selatan. (Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Akan/Ayah dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Tahun (1949)).
- Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Permaisuri Puniakan Ratu Hj. . Rochma Syuri Maulana Gelar Ratu Mas Ria Intan Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong. Tahun (1949 M-1989 M), (yang dipertuan ke-22). Catetan Tentang Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya :
- Beliau seorang pejuang kemerdekaan di daerah Palembang dan Lampung, Ikut serta dalam Operasi Andi Selle dan Penumpasan RSM di Maluku Selatan.
- Perjuangan Kemerdekaan Masa Revolusi umur 16 tahun dengan pangkat VAANDRIG, sebagai komandan front KEMELAK dalam perebutan kota Batu Raja.
- DANTON MOBILE TROOPS, bersama yon 2001 Garuda Hitam, pendaratan di pantai ambon perebutan benteng Victoria. dan pendaratan di Pulau saparua tahun 1950 terakhir di Pemda Provinsi Lampung sebagai Kepala Staf Polisi pamong Praja. - dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kedaton Bandar lampung.
- Pahlawan Akmal
Tentang Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda
Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda, Pada masa itu sekitar tahun (1571 M-1645 M). Catetan Tentang Umpu Raja Dunia Gelar Umpu Raja, Pada masa itu sekitar: Ada serangan dari kejauhan dari kerajaan Palembang tampa pemberitahuan tampa ada suatu layaknya pertikaian tiba-tiba menyerang sekala brak, dalam rentang waktu perlawanan ahirnya pasukan Palembang itu bisa di pukul mundur dan kembali.
Perbedaan Antara Paksi, Marga, Bandakh, Jukku, Sumbai, Kebbu, Lamban
Paksi hanya ada 4 (empat) karena Paksi adalah Bentuk dari sebuah Kerajaan. Paksi ini juga menjadi cikal bakal keberadaan dari pada nama Paksi Pak. Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak ini sama juga dengan Kerajaan-Kerajaan besar yang ada di Nusantara. Hadirnya Kerajaan mempunyai garis merah Penaklukan dimana Paksi Pak ini muncul setelah menakluk kan Sekala Brak Kuno. Setelah itu tidak ada penaklukan lagi, Penyebaran-Penyebaran dari pada keturunan Paksi Pak yang mendirikan negeri-negeri baru di dalam membawa kebangsawanan, karena tidak mungkin ada gelaran-gelaran muncul kalu tidak ada Kerajaan, gelaran-gelaran adat yang timbul Sultan, Raja / Dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas, Mas / inton. Bahkan setiap jenjang gelar memiliki “ rukun pedandan” atau ketentuan adat tersendiri yang dilarang dipakai oleh gelar lain, melekat bagi dirinya tatanan adat mengenai “alat di lamban, alat dibadan , dan alat dilapahan” Oleh karena kekhususan tatanan tersebut, dengan melihat tatanan yang dikenakan seseorang, maka dengan mudah dapat diketahui kedudukan dan adok/gelarnya hal ini membuktika bahwa ada Struktur sebuah Kerajaan yang menjadi rujukan bahwasanya di tanah Lampung jika tidak ada Kerajaan Sekala Brak maka semua gelaran-gelaran itu hanya gelaran-gelaran hampa, akan tetapi di tanah Lampung muncul sebuah Kerajaan yang berdasarkan Penaklukan, Penyebaran agama Islam di tanah Lampung dan sebagainya. Memang dahulu namanya bukanlah Kerajaan tapi Kepaksian pada zaman sekarang ini lah yang ber istilah Kerajaan, kemudian dalam hubungan selanjutnya Marga itu muncul setelah jaman Belandan pada abad ke 19 tahun 1824 Masehi dalam rangka mempreteli berbagai tipu muslihat dilakukan untuk memecah belah Kerajaan agar tidak kuat dan tidak bersatu lagi. Bahkan sebutan Paksi, Gelar Sultan, Maharaja dan sebagainya pada zaman Belanda bukan lagi di larang akan tapi TERLARANG. Belanda hanya menerapkan sistim Pemerintahan yaitu Kepasirahan, oleh Belanda Paksi di bagi, untuk Kepaksian Pernong tanah buminya di bagi menjadi 8 (delapan), 8 (delapan) kemargaan zaman dahuhu marga itu daerah kekuasaannya sangatlah luas bukan hanya sebatas 1 (satu) Kecamatan, akan tetapi mempunyai kedudukan yang sangat besar, setelah Kepasirahan terbentuk khusus Paksi pak, di Kepaksian Pernong diberi mandat untuk memegang 2 (dua) Marga tapi yang bersipat turun temurun, sedangkan di tempat-tempat lain yang sudah di pecah menjadi marga-marga mereka sistem pemilihan 5 (lima) tahun sekali sistem pemilihan yang naik jadi pasirah yang pasirah lama mundur, 5 (lima) tahun lagi pemilihan seperti zaman pada saat sekarang ini, apabila dia menjadi pasirah 3 (tiga) kali maka dia diangkat oleh belanda menjadi Depati dan apa bila dia menjadi 4 (empat) kali, mendapat gelar pangeran dari belanda tapi gelar pangeran itu hanya untuk dirinya saja tidak untuk diturunkan kepada keturunannya. Kemudian Masyarakat Kepenyimbangan Strukturnya adalah lebilh bersipat demokratis tetapi ini adalah Struktur Lampung yang mempunyai nilai-nilai keagungan di masyarakat Lampung karena masyarakat yang memegang nuansa demokratis ini menjaga nilai-nilai kehidupan tatacara yang ada pada sistim Kepenyimbangan[16][17].
Daftar karya
Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 19.19 (UTC)
Lihat pula
Catetan atau referensi
Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 19.19 (UTC) Gedung Dalom Sekala Brak
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 19.19 (UTC)
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (1 Juli 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 6–7. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (1 Juni 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 3–5. ISBN 9786029933703.
- ^ Dr.H.A Fauzie Nurdin, M.S., Prof (Juni 2018). Orang Abung Cerita Rakyat Sumatra Selatan Dari Waktu Ke Waktu. Thafa Media Jl. Serandakan Km 8,5 Gunung Saren Kidul, Trimurjo, Sirandakan Bantul, Yogyakarta 55672: Thafa Media. hlm. V–291. ISBN 978-602-1351-67-3.
- ^ Prof. DR. Sudjarwo, Koodr (2018). Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 6–8. ISBN 9786025270529.
- ^ Prof. Sujadjarwo, Koord (2018). Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 19–20. ISBN 9786025270529.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. XII. ISBN 9786021484173.
- ^ Sultan Kurnia, AB (2020). Kerajaan Jambulipo. Yogyakarta: IKAPI (062/DIY/08). hlm. 31–32.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 7. ISBN 9786029933703.
- ^ Prof DR. Sudjarwo, Koor (2018). Kepaksian Pernong Menjawab sejarah. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 3–8. ISBN 9786025270529.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (1 Juni 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 9–12. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 30–41. ISBN 9786021484173.
- ^ Pernong, Sai Batin Paksi Buay (Kamis, 11 Desember 2008). "Paksi Buay Pernong Paksi Pak Skala Brak: Perlengkapan Adat". Paksi Buay Pernong Paksi Pak Skala Brak. Diakses tanggal 2021-04-06.
- ^ Novan, Saliwa (2018). "Tradisi Masyarakat Sekala Brak dan di Gedung Dalom".
- ^ Seem R Canggu, SE MM (2018). Tata TiTI. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 1–72.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 14–16. ISBN 9786029933703.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 16–18. ISBN 9786029933703.
- ^ https://sekalabrak.com/pemerintahan-dan-perbedaan/
- ^ Dedy Tisna Amijaya, Dkk (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Comenditer FHESAGI JAYA (PT. Karya Cipta Mandiri). ISBN 9786021484173.
- ^ Dr.H.A Fauzie Nurdin,M.S., Prof (2018). Friendrich w. Funke ORANG ABUNG. Bandar Lampung: Thafa Media. ISBN 9786021351673.
- ^ Dedy Tisna Amijaya,, S.T (2021). "Web Site Sekala Brak". SEKALA BRAK.
- ^ Kurniawan AB, Sultan (2020). Kerajaan Jambu Lipo. Depok Seleman Yogyakarta: Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra) Anggota IKAPI (062/DIY/08).