Alang-alang

spesies rumput dari famili Poaceae
Alang-alang
Alang-alang dengan bunganya.
Bubulak, Bogor.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
I. Cylindrica
Nama binomial
Imperata cylindrica
Sinonim
  • Lagurus cylindricus L.[2] (basionym)
  • Imperata cylindrica (L.) P.Beauv.[3]
  • Gramen caricosum Rumph. (1750)[4]
  • Arundo epigeios Forssk. ex Steud. (nom.inval.)
  • Calamagrostis lagurus Koeler (nom.illeg) jungh.
  • Imperata angolensis Fritsch
  • Imperata arundinacea Cirillo

Sinonim lain pada: The Plant List[5]

Ilalang in sundanese, also known as Eurih or Kaso (Ilalang)
haurgeulis, jawa barat.

Alang-alang atau ilalang (Imperata cylindrica Raeusch) Adalah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama-namanya yang unik karena memiliki perbedaan nama di beberapa wilayah, diambil dari bahasa daerah, seperti:

alalang, halalang (Banjar, Minang), lalang (Melayu, Madura, Bali), Eurih (Sunda), rih (Batak), jih (Gayo), re (Sasak, Sumbawa), rii, kii, ki (Flores), rie (Tanimbar), reya (Sulsel), eri, weri, weli (Ambon dan Seram), kusu-kusu (Menado, Ternate dan Tidore), nguusu (Halmahera), wusu, wutsu (Sumba) dan lain-lain.[6]

Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak suku Panicoideae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bladygrass, cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail, mengacu pada malai bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya yang tajam mudah melukai.

Pemerian botanis

Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih.

Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang 12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam, berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat di tengahnya. Karangan bunga dalam malai, 6–28 cm panjangnya, dengan anak bulir berambut panjang (putih) lk. 1 cm, sebagai alat melayang bulir buah bila masak.[7]

Ekologi dan penyebaran

 
Dengan ujung daun keunguan

Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas.

Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi dapat merangsang pertumbuhan alang-alang.[6] Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah kebakaran disukai oleh hewan-hewan pemakan rumput, sehingga lahan-lahan bekas terbakar semacam ini sering digunakan sebagai tempat untuk berburu.

 
Malai bunga yang serupa ekor berbulu satin

Alang-alang menyebar alami mulai dari India hingga ke Asia timur, Asia Tenggara, Mikronesia dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia utara, Eropa, Afrika, Amerika dan di beberapa kepulauan. Namun karena sifatnya yang invasif tersebut, di banyak tempat alang-alang sering dianggap sebagai gulma yang sangat merepotkan.

Jenis yang berkerabat

Marga Imperata memiliki anggota sekitar 8 atau 9 spesies. Selain Imperata cylindrica, beberapa jenis yang lain misalnya:

Kegunaan

Secara umum, alang-alang digunakan untuk melindungi lahan-lahan terbuka yang mudah tererosi. Kecepatan tumbuh, jalinan rimpang alang-alang di bawah tanah, serta tutupan daunnya yang rapat, memberikan manfaat perlindungan yang dibutuhkan itu.

Di Bali dan Indonesia timur umumnya, daun alang-alang yang dikeringkan dan dikebat dalam berkas-berkas digunakan sebagai bahan atap rumah dan bangunan lainnya. Daun alang-alang juga kerap digunakan sebagai mulsa untuk melindungi tanah di lahan pertanian. Serat halus dari malai bunganya kadang-kadang digunakan sebagai pengganti kapuk, untuk mengisi alas tidur atau bantal.

Rimpang dan akar alang-alang kerap digunakan sebagai bahan obat tradisional, untuk meluruhkan kencing (diuretika), mengobati demam dan lain-lain.

Sejumlah kultivarnya diseleksi untuk dijadikan rumput hias di taman-taman. Di antaranya adalah kultivar ‘Red Baron’ yang berdaun merah.

Trivia

Salah satu cara untuk membasmi alang-alang ialah dengan menanami lahan dengan jenis-jenis pohon yang ulet, cepat tumbuh, dan mempunyai tajuk yang relatif rapat untuk membentuk naungan yang cukup berat. Salah satu yang direkomendasikan adalah gamal (Gliricidia spp.). Konon, nama “gamal” memiliki kepanjangan ganyang mati alang-alang.

Referensi

  1. ^ Raeuschel, EA. 1797. Nomenclator Botanicus ed. 3: 10.
  2. ^ Linné, Carl von & Lars Salvius. 1759. Caroli Linnaei...Systema naturae per regna tria naturae :secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. ed. 10 2: 878. Holmiae : Impensis Direct. Laurentii Salvii, 1758-1759.
  3. ^ Palisot de Beauvois, A.M.F.J. 1812. Essai d'une nouvelle agrostographie, ou, Nouveaux genres des graminées :avec figures représentant les caractères de tous les genres. p.165 (8, 177); Tab. V, fig. I (a-e). Paris :Chez l'auteur, [Dec 1812]
  4. ^ Rumpf, G.E. 1750. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars VI: 17. Amstelaedami :apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCL.
  5. ^ The Plant List: Imperata cylindrica (L) Raeusch.
  6. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 147-150.
  7. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 121.

Pranala luar