Revolusi Xinhai
Revolusi Xinhai, sering juga disebut Revolusi 1911 atau Revolusi Tiongkok, mengakhiri dinasti Qing Manchu yang merupakan dinasti kekaisaran terakhir di Tiongkok dan disusul dengan berdirinya Republik Tiongkok pada 1 Januari 1912. Revolusi ini diberi nama Xinhai (Hsin-hai) karena terjadi pada tahun 1911, yang merupakan tahun Xinhai (辛亥) atau siklus seksagesimal (siklus 60 tahunan) dari sistem penanggalan kalender tradisional Tiongkok.[2] Revolusi ini sekaligus menandai akhir dari 2.000 tahun pemerintahan kekaisaran dan awal era republik di Tiongkok.[3]
Revolusi Xinhai | |||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
"Revolusi Xinhai" dalam aksara Tionghoa | |||||||||||||||||||
Hanzi: | 辛亥革命 | ||||||||||||||||||
Makna harfiah: | "Revolusi (siklus seksagesimal) Xinhai" | ||||||||||||||||||
|
Revolusi memuncak setelah satu dekade terjadi agitasi, huru-hara dan pemberontakan. Dinasti Qing telah berjuang lama untuk mereformasi pemerintahannya dan melawan agresi asing, tetapi program reformasi setelah 1900 ditentang oleh kaum konservatif Manchu di istana karena dianggap radikal dan juga oleh para reformis Tiongkok karena dianggap terlalu lamban. Gerakan bawah tanah kelompok anti-Qing, para revolusioner di pengasingan, reformis yang ingin menyelamatkan monarki dengan memodernisasinya dan aktivis di seluruh penjuru Tiongkok memperdebatkan bagaimana caranya menggulingkan kekaisaran Manchu. Bara revolusi terjadi pada 10 Oktober 1911, ketika meletus Pemberontakan Wuchang, sebuah pemberontakan bersenjata di antara sesama anggota Tentara Baru. Pemberontakan serupa juga terjadi secara spontan di seluruh negeri. Pengunduran diri Puyi sebagai kaisar Tiongkok terakhir yang saat itu baru berusia enam tahun, diumumkan pada 12 Februari 1912.
Akan tetapi, di Nanjing, tentara revolusioner membentuk pemerintahan koalisi sementara. Majelis Nasional mendeklarasikan Republik Tiongkok dan mengangkat Sun Yat-sen, pemimpin Tongmenghui menjadi Presiden Republik Tiongkok pertama. Perang saudara singkat antara Utara dan Selatan berakhir dengan kompromi. Sun mengundurkan diri demi Yuan Shikai yang menjadi Presiden pemerintah nasional baru di Beijing. Kegagalan Yuan untuk mendirikan pemerintahan pusat yang sah sebelum kematiannya tahun 1916 telah menyebabkan perpecahan politik selama beberapa dekade dan memasuki era panglima perang, termasuk upaya restorasi kekaisaran.
Republik Tiongkok di pulau Taiwan dan Republik Rakyat Tiongkok di Tiongkok Daratan, keduanya menganggap diri mereka sebagai penerus sah Revolusi Xinhai dan menghormati cita-cita revolusi yaitu: nasionalisme, republikanisme, modernisasi Tiongkok dan persatuan nasional. Di Taiwan, tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Sepuluh Ganda atau Hari Kebangsaan Taiwan, sedangkan di Tiongkok Daratan diperingati sebagai Hari Revolusi 1911.
Latar belakang
Setelah menderita kekalahan pertamanya dari negara Barat dalam Perang Candu Pertama tahun 1842, para pejabat kekaisaran Qing mulai berjuang untuk menahan gelombang masuk pihak asing ke Tiongkok. Upaya-upaya untuk menyesuaikan dan mereformasi sistem-sistem pemerintahan yang tradisional terkendala oleh budaya pejabat kekaisaran yang sangat konservatif dan tidak ingin direformasi. Menyusul kekalahan dalam Perang Candu Kedua tahun 1860, kekaisaran Qing berusaha memodernisasi dengan mengadopsi teknologi tertentu dari negara Barat melalui gerakan Westernisasi mulai tahun 1861.[4] Dalam perang melawan berbagai Pemberontakan seperti: Pemberontakan Taiping, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Panthay dan Pemberontakan Dungan, pasukan kekaisaran tradisional Qing terbukti tidak kompeten dan para pejabat kekaisaran mulai beralih mengandalkan pasukan lokal Tiongkok.[5] Tahun 1895, Tiongkok kembali mengalami kekalahan dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama.[6] Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat feodal Tiongkok tradisional juga perlu dimodernisasi jika ingin mencapai kemajuan dalam bidang teknologi dan perdagangan.
Tahun 1898, Kaisar Guangxu yang dibimbing oleh para reformis seperti Kang Youwei dan Liang Qichao melakukan reformasi secara drastis di bidang pendidikan, militer dan ekonomi dengan melakukan gerakan Reformasi Seratus Hari.[6] Namun, reformasi itu dibatalkan secara mendadak oleh aksi kudeta konservatif yang dipimpin oleh Janda Permaisuri Cixi.[7] Kaisar Guangxu merupakan seorang kaisar boneka yang selalu bergantung pada Janda Permaisuri Cixi, sang kaisar kemudian dijadikan tahanan rumah pada Juni 1898.[5] Sedangkan para tokoh reformis seperti Kang dan Liang dibuang ke pengasingan. Sewaktu di Kanada, pada Juni 1899, mereka mencoba mendirikan Perhimpunan Perlindungan Kaisar dalam upaya memulihkan kedudukan kaisar.[5] Sejak saat itu, Cixi menjadi tokoh utama yang mengendalikan dinasti Qing. Pemberontakan Boxer memicu invasi asing ke Beijing tahun 1900 yang berakibat diberlakuannya ketentuan dari kesapakatan yang disebut oleh pihak Tiongkok sebagai "Perjanjian Tidak Adil", yang memecah belah wilayah, menciptakan konsesi ekstrateritorial dan memberikan hak istimewa perdagangan kepada pihak asing. Di bawah tekanan internal dan eksternal, para pejabat Qing akhirnya mau mengadopsi reformasi di beberapa bidang. Para pejabat Qing berhasil mempertahankan monopolinya atas kekuasaan politik dengan cara menekan, yang sering kali dengan cara yang sangat brutal terhadap semua pemberontakan domestik. Para pembangkang hanya bisa beroperasi di perkumpulan rahasia dan organisasi bawah tanah serta di daerah-daerah konsesi asing atau dari tempat pengasingan di luar negeri.
Organisasi revolusi
Organisasi-organisasi awal
Banyak revolusioner dan organisasi yang ingin menggulingkan pemerintahan Qing dan mendirikan pemerintahan baru yang dipimpin oleh orang Han. Organisasi-organisasi revolusioner yang paling awal didirikan di luar Tiongkok, seperti Yeung Ku-wan, yang mendirikan organisasi Perhimpunan Sastra Furen tahun 1890 di Hong Kong, dengan15 orang anggota, termasuk Tse Tsan-tai, yang menulis politik satire seperti "Situasi di Timur Jauh". Yeung merupakan orang Tiongkok pertama yang membuat komik mengenai keadaan di Tiongkok yang disebut manhua, dia kemudian menjadi salah satu pendiri surat kabar berbahasa Inggris pertama yang berbasis di Hong Kong, South China Morning Post.[8]
Sun Yat-sen mendirikan organisasi Xingzhonghui di Honolulu tahun 1894 dengan tujuan utama yaitu penggalangan dana untuk revolusi.[9] Dua organisasi ini kemudian merger tahun 1894.[10]
Organisasi-organisasi yang lebih kecil
Organisasi Huaxinghui didirikan tahun 1904 dengan sederet tokoh-tokoh terkenal seperti Huang Xing, Chen Tianhua dan Song Jiaoren, bersama dengan 100 anggota lainnya. Motto mereka adalah "Ambil satu provinsi dengan paksa dan ilhami provinsi lain untuk bangkit".[11]
Organisasi Guangfuhui juga didirikan tahun 1904, di Shanghai oleh Cai Yuanpei. Anggotanya yang terkenal seperti: Zhang Binglin dan Tao Chengzhang.[12] Meskipun mengaku sebagai anti-Qing, organisasi Guangfuhui ini sangat kritis terhadap Sun Yat-sen.[13] Salah satu revolusioner wanita yang paling terkenal, Qiu Jin, yang memperjuangkan hak-hak perempuan juga berasal dari organisasi Guangfuhui.[13]
Selain itu masih ada banyak organisasi revolusioner kecil lainnya, seperti Lizhi Xuehui (勵志學會) di Jiangsu, Gongqianghui (公強會) di Sichuan, Yizhishe (易知社) di Jiangxi, Yuewanghui (岳王會) di Anhui, Yiwenhui (益聞會) dan Hanzudulihui (漢族獨立會) di Fujian serta Qunzhihui (群智會/群智社) di Guangzhou.[14]
Ada juga organisasi-organisasi kriminal yang anti-Manchu, seperti Geng Hijau dan Tiandihui.[15] Sun Yat-sen sendiri melakukan kontak dengan orang-orang dari organisasi kriminal ini.[16][17]
Gelaohui merupakan sebuah organisasi rahasia dengan anggotanya yang terkenal antara lain Zhu De, Wu Yuzhang, Liu Zhidan dan He Long. Gelaohui merupakan kelompok revolusioner yang di kemudian hari menjalin hubungan yang erat dengan Partai Komunis Tiongkok.
Sun Yat-sen berhasil menyatukan tiga organisasi Xingzhonghui, Huaxinghui dan Guangfuhui pada musim panas 1905, menjadi satu organisasi bernama Tongmenghui pada Agustus 1905 di Tokyo dan Sun Yat-sen menjadi Pemimpinnya. Pada saat Tongmenghui secara resmi terbentuk di Tokyo, sudah banyak cabang organisasinya yang tersebar di dalam dan di luar Tiongkok. Revolusioner lain yang bekerja di Tongmenghui termasuk Wang Jingwei dan Hu Hanmin. Ketika Tongmenhui didirikan, lebih dari 90% anggotanya berusia antara 17-26 tahun.[18] Beberapa karya yang dihasilkan pada era ini termasuk diterbitkannya majalah Peristiwa Terkini Dalam Gambar,[19] yang berbentuk komik manhua.
Organisasi-organisasi berikutnya
Pada Februari 1906, organisasi Rizhihui (日知會) juga memiliki banyak orang-orang revolusioner, termasuk Sun Wu (孫武), Zhang Nanxian (張難先), He Jiwei dan Feng Mumin.[20][21] Hasil inti dari konferensi organisasi ini kemudian berevolusi menjadi berdirinya Tongmenghui di Hubei.
Pada Juli 1907, beberapa anggota Tongmenghui di Tokyo menganjurkan untuk melakukan revolusi di daerah Sungai Yangtze. Liu Quiyi (劉揆一), Jiao Dafeng (焦達峰), Zhang Boxiang (張伯祥) dan Sun Wu, mendirikan organisasi Gongjinhui (共進會) (Perhimpunan Kemajuan Bersama).[22][23] Pada Januari 1911, organisasi revolusioner Zhengwu Xueshe (振武學社, Akademi Zhenwu) yang kemudian berganti nama menjadi Wenxueshe Xueshe (文學社, Perhimpunan Sastra)[24] dan Jiang Yiwu (蔣翊武) terpilih menjadi pemimpinnya.[25] Di kemudian hari kedua organisasi ini berperan besar dalam Pemberontakan Wuchang.
Banyak kaum revolusioner muda yang mengadopsi program anarkisme radikal. Di Tokyo, Liu Shipei mengusulkan untuk menggulingkan kekuasaan Manchu dan kembali kepada nilai-nilai tradisional bangsa Tiongkok. Di Paris, para intelektual muda seperti Li Shizhen, Wu Zhihui dan Zhang Renjie setuju dengan Sun Yat-sen perihal perlunya mengadakan revolusi dan bergabung dengan Tongmenghui, tetapi berargumen bahwa penggantian politik dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya tidak akan mengalami kemajuan. Revolusi dengan menggunakan nilai-nilai keluarga, gender dan sosial bisa menghilangkan kebutuhan akan adanya pemerintahan dan kekerasan. Zhang Ji dan Wang Jingwei merupakan kaum anarkis radikal yang membela dan setuju bahwa pembunuhan serta terorisme adalah termasuk cara-cara yang diperlukan dalam melakukan revolusi, tetapi yang lainnya bersikeras bahwa hanya melalui jalur pendidikanlah yang dapat dibenarkan. Tokoh-tokoh penting kaum anarkis radikal termasuk Cai Yuanpei dan Zhang Renjie, yang banyak memberikan bantuan kepada Sun terutama dalam hal keuangan. Banyak dari kaum anarkis radikal ini yang di kemudian hari mendapat jabatan yang tinggi di Kuomintang.[26]
Pandangan
Banyak kaum revolusioner yang mempromosikan sentimen anti-Qing/anti-Manchu dan mengingatkan kembali rakyat Tiongkok tentang konflik yang pernah terjadi antara etnis minoritas Manchu dengan etnis mayoritas Han pada masa akhir dinasti Ming (1368–1644). Para intelektual terkemuka dipengaruhi oleh buku-buku yang berhasil diselamatkan pada tahun-tahun terakhir dinasti Ming, yang merupakan dinasti terakhir Han. Pada tahun 1904, Sun Yat-sen mengumumkan bahwa tujuan organisasinya adalah "untuk mengusir orang-orang bangsa Tatar yang barbar, membangkitkan kembali bangsa Tiongkok, mendirikan Republik, dan membagikan tanah secara merata kepada rakyat." (驅除韃虜, 恢復中華, 創立民國, 平均 地權).[27] Banyak organisasi bawah tanah yang mempromosikan gagasan "Menolak Qing dan memulihkan Ming" (反清復明), yang telah ada sejak zaman Pemberontakan Taiping.[28] Yang lainnya, seperti Zhang Binglin mendukung paham garis keras "ganyang Manchu" dan konsep seperti "Anti-Manchu" (興漢滅胡/排滿主義).[29]
Strata dan berbagai macam organisasi
Revolusi Xinhai didukung oleh banyak organisasi, termasuk organisasi dari para mahasiswa dan intelektual yang baru kembali dari luar negeri, demikian juga dari para peserta organisasi revolusioner, orang-orang Tionghoa perantauan, prajurit dari pasukan yang baru, bangsawan setempat, para petani dan lain sebagainya. i
Orang-orang Tionghoa di Perantauan
Aktivitas orang-orang Tionghoa revolusioner di Malaya Britania
Bantuan dari orang-orang Tionghoa perantauan sangat penting dalam Revolusi Xinhai. Pada tahun 1894, yang merupakan tahun pertama berdirinya organisasi Xingzhonghui, konferensi perdana yang diadakan oleh kelompok ini berlangsung di kediaman Ho Fon, seorang Tionghoa perantauan yang juga merupakan pemimpin Gereja Kristus Tiongkok yang pertama.[30] Orang-orang Tionghoa perantauan mendukung dan secara aktif berpartisipasi dalam pendanaan kegiatan revolusioner, khususnya orang-orang Tionghoa yang ada di Malaya Britania (Singapura dan Malaysia).[31] Banyak dari kelompok ini yang direorganisasi oleh Sun, yang disebut sebagai Bapak Revolusi Tiongkok.[31]
Para intelektual baru yang bermunculan
Pada 1906, setelah penghapusan ujian kenegaraan, pemerintahan Qing mendirikan banyak sekolah baru dan juga mendorong para mahasiswa untuk belajar ke luar negeri. Banyak anak muda bersekolah di sekolah-sekolah yang baru dibangun atau pergi ke luar negeri untuk belajar misalnya ke Jepang.[32] Organisasi-organisasi baru yang beranggotakan para mahasiswa intelektual tersebut kemudian banyak bermunculan, mereka berkontribusi besar dalam Revolusi Xinhai. Selain Sun Yat-sen, tokoh-tokoh kunci lainnya dalam revolusi antara lain Huang Xing, Song Jiaoren, Hu Hanmin, Liao Zhongkai, Zhu Zhixin dan Wang Jingwei, semuanya merupakan mahasiswa Tiongkok yang kuliah di Jepang. Beberapa siswa muda seperti Zou Rong, yang terkenal karena menulis buku berjudul Tentara Revolusi, yang berbicara tentang pemusnahan Manchu yang selama 260 tahun telah melakukan penindasan, menyebabkan dukacita, kekejaman serta tirani dan juga soal bagaimana mengubah putra-putra dari cucu Kaisar Kuning menjadi orang-orang seperti George Washington.[33]
Sebelum 1908, kaum revolusioner fokus mengoordinasi organisasi-organisasi ini dalam rangka persiapan untuk melakukan pemberontakan, karena organisasi-organisasi ini yang nantinya akan menyediakan sumber daya manusia yang sangat banyak untuk menggulingkan Dinasti Qing. Setelah Revolusi Xinhai selesai, Sun Yat-sen mengenang saat-saat dia merekrut dukungan untuk melakukan revolusi dan berkata, "Orang-orang yang terpelajar sangat sulit mencari penghargaan dan keuntungan, sehingga mereka dianggap tidak terlalu penting. Sebaliknya, organisasi seperti Tiandihui dapat menabur banyak ide untuk menentang Qing dan memulihkan Ming."[34]
Bangsawan dan pengusaha
Kekuatan bangsawan dalam politik lokal semakin nyata. Sejak Desember 1908, pemerintah Qing membuat beberapa sarana yang memungkinkan para bangsawan dan pengusaha dapat ikut berpartisipasi dalam berpolitik. Orang-orang ini pada awalnya adalah pendukung konstitusi. Namun, mereka menjadi kecewa ketika pemerintah Qing membentuk kabinet dan mengangkat Pangeran Yikuang atau yang biasa disebut Pangeran Qing menjadi Perdana Menteri.[35] Pada awal 1911, sebuah kabinet percobaan yang dibentuk oleh pemerintah Qing memiliki tiga belas orang anggota, sembilan di antaranya adalah orang-orang Manchu yang dipilih dari anggota keluarga kekaisaran sendiri.[36]
Orang-orang asing
Selain orang Tionghoa daratan dan orang Tionghoa perantauan, beberapa pendukung dan peserta Revolusi Xinhai adalah orang asing dan yang paling aktif adalah kelompok orang-orang Jepang. Beberapa orang Jepang bahkan ada yang menjadi anggota Tongmenghui. Misalnya Tōten Miyazaki, adalah orang Jepang yang menjadi pendukung terdekat, selain itu ada juga Heiyama Shu dan Ryōhei Uchida. Sedangkan Homer Lea adalah orang Amerika yang menjadi penasihat asing terdekat Sun Yat-sen pada tahun 1910, dia mendukung ambisi militer Sun Yat-sen.[37] Seorang prajurit Inggris bernama Rowland J. Mulkern juga ambil bagian dalam revolusi ini.[38] Beberapa orang asing lainnya, seperti penjelajah asal Inggris Arthur de Carle Sowerby, memimpin ekspedisi untuk menyelamatkan para misionaris asing pada tahun 1911 dan 1912.[39]
Tōyama Mitsuru adalah pemimpin sayap kanan ultra-nasionalis Jepang Black Dragon Society (BDS) yang juga mendukung kegiatan Sun Yat-sen terhadap Manchu, dia percaya bahwa dengan menggulingkan dinasti Qing maka akan membantu Jepang mengambil alih Manchu dan orang Tiongkok tidak akan menentang Jepang dalam hal pengambilalihan tersebut. Toyama yakin bahwa Jepang dapat dengan mudah mengambil alih Manchuria dan Sun Yat-sen serta para revolusioner anti-Qing lainnya tidak akan melawan bahkan mereka akan membantu Jepang mengambil alih dan memperbesar perdagangan opium di Tiongkok.[40] Di lain pihak, pemerintah Qing justru sedang berusaha menghancurkan perdagangan opium. Tongmenghui adalah organisasi anti-Qing yang didirikan sewaktu Sun berada di pengasingan di Jepang dan berpusat di sana, tempat banyak revolusioner anti-Qing berkumpul.
Jepang yang membantu Sun Yat-sen menyatukan semua kelompok revolusioner anti-Qing atau anti-Manchu untuk meruntuhkan dinasti Qing. BDS yang menjadi tuan rumah konferensi Tongmenghui yang pertama.[41] BDS memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Sun Yat-sen bahkan berdampak sangat besar terhadap diri Sun, sampai-sampai Sun terkadang berpura-pura menjadi orang Jepang.[42][43][44] Menurut seorang sejarawan militer Amerika, BDS merupakan bagian dari militer kekaisaran Jepang. Kelompok Yakuza dan BDS membantu dan mengatur supaya Sun Yat-sen bisa mengadakan konferensi partai Kuomintang yang pertama di Tokyo, mereka juga berharap bisa membanjiri Tiongkok dengan opium dengan cara membantu rakyat Tiongkok menggulingkan dinasti Qing demi kepentingan Jepang. Setelah revolusi berhasil, BDS mulai menyusup ke Tiongkok guna menyebarkan opium. BDS mendorong pengambilalihan Manchuria oleh Jepang pada tahun 1932.[45] Sun Yat-sen kemudian menikah dengan seorang wanita Jepang bernama Kaoru Otsuki.
Para tentara di Angkatan Darat Baru
Angkatan Darat Baru dibentuk melalui dekret delapan provinsi[32] tahun 1901, setelah kekalahan tentara Qing dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama.[32] Pasukan Angkatan Darat Baru merupakan yang paling terlatih dan terlengkap pada saat itu.[32] Cara perekrutan anggotanya jauh lebih berkualitas ketimbang tentara lama dan mereka menerima kenaikan pangkat secara teratur.[32] Mulai tahun 1908, banyak kaum revolusioner mulai beralih menjadi anggota pasukan tentara Angkatan Darat Baru. Sun Yat-sen dan organisasi revolusioner lainnya juga menyusupkan anggota-anggotanya ke dalam Angkatan Darat Baru ini.[46]
Pemberontakan dan insiden
Fokus utama pemberontakan sebagian besar terkait dengan Tongmenghui dan Sun Yat-sen, termasuk sub-kelompok yang ada. Tetapi ada juga beberapa pemberontakan yang tidak melibatkan kelompok-kelompok yang bergabung dengan Tongmenghui. Sun Yat-sen mungkin telah berpartisipasi dalam 8-10 kali pemberontakan, semuanya gagal sebelum akhirnya meletus Pemberontakan Wuchang yang berhasil.
Pemberontakan Guangzhou Pertama
Pada musim semi 1895, organisasi Xingzhonghui, yang berbasis di Hong Kong, merencanakan Pemberontakan Guangzhou Pertama (廣州起義). Lu Haodong ditugaskan untuk merancang bendera kaum revolusioner Langit Biru dengan sebuah Matahari Putih. [31] Pada tanggal 26 Oktober 1895, Yeung Ku-wan dan Sun Yat-sen memimpin Zheng Shiliang dan Lu Haodong menuju Guangzhou, mereka bersiap mengambil alih Guangzhou dalam satu kali serangan. Namun, rencana mereka bocor[47] dan pemerintah Qing mulai menangkapi kaum revolusioner termasuk Lu Haodong, yang kemudian dieksekusi.[47] Pemberontakan Guangzhou Pertama telah gagal. Di bawah tekanan dari pemerintah Qing, maka pemerintah Hong Kong melarang Yeung Ku-wan dan Sun Yat-sen memasuki wilayah Hong Kong selama lima tahun. Sun Yat-sen pergi ke tempat-tempat pengasingan di Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, mempromosikan revolusi Tiongkok dan mengumpulkan dana. Tahun 1901, setelah pemberontakan Huizhou, Yeung Ku-wan dibunuh oleh agen pemerintah Qing di Hong Kong.[48] Setelah kematiannya, keluarganya melindungi identitasnya dengan cara tidak menuliskan namanya pada batu nisannya, hanya tertulis nomor: 6348.[48]
Pemberontakan Tentara Kemerdekaan
Pada tahun 1901, setelah Pemberontakan Boxer dimulai, Tang Caichang (唐才常) dan Tan Sitong dari Kelompok anti-mengikat kaki mengorganisir Tentara Kemerdekaan. Pemberontakan Tentara Kemerdekaan (自立軍起義) direncanakan akan terjadi pada 23 Agustus 1900.[49] Tujuan mereka adalah untuk menggulingkan Janda Permaisuri Cixi guna mendirikan monarki konstitusional di bawah Kaisar Guangxu. Rencana mereka ini diketahui oleh gubernur jenderal Hunan dan Hubei. Sekitar dua puluh orang konspirator ditangkap dan dieksekusi.[49]
Pemberontakan Huizhou
Pada 8 Oktober 1900, Sun Yat-sen memerintahkan Pemberontakan Huizhou (惠州起義).[50] Tentara revolusioner yang pada awalnya berjumlah 20.000 orang dipimpin oleh Zheng Shiliang, mereka berjuang selama setengah bulan. Namun, setelah Perdana Menteri Jepang melarang Sun Yat-sen melakukan kegiatan revolusioner sampai ke Taiwan, Zheng Shiliang tidak punya pilihan selain memerintahkan tentaranya untuk membubarkan diri. Karenanya pemberontakan ini juga gagal. Prajurit Inggris Rowland J. Mulkern turut berpartisipasi dalam pemberontakan ini.[38]
Pemberontakan Ming Yang Agung
Pemberontakan yang sangat singkat ini terjadi dari 25 hingga 28 Januari 1903, untuk mendirikan Kerajaan Surgawi Ming Yang Agung (大明順天國).[51] Pemberontakan ini melibatkan Tse Tsan-tai, Li Jitang (李紀堂), Liang Muguang (梁慕光) dan Hong Quanfu (洪全福), yang sebelumnya juga turut ambil bagian dalam Pemberontakan Jintian selama era Kerajaan Surgawi Taiping.[52]
Pemberontakan Ping-liu-li
Ma Fuyi (馬福益) dan Huaxinghui terlibat dalam pemberontakan di tiga wilayah yaitu: Pingxiang, Liuyang dan Liling, sehingga disebut Pemberontakan Ping-liu-li,(萍瀏醴起義) pada tahun 1905.[53]
Percobaan Pembunuhan Di Stasiun Kereta Api Timur Zhengyangmen Beijing
Wu Yue (吳樾) dari organisasi Guangfuhui melakukan upaya pembunuhan dengan menyerang lima orang pejabat pemerintah Qing pada 24 September 1905 di stasiun Kereta Api Timur Zhengyangmen Beijing (正陽門車站).[13][54]
Pemberontakan Huanggang
Pemberontakan Huanggang (黃岡 起義) terjadi pada 22 Mei 1907, di Chaozhou.[55] Partai Revolusioner, bersama dengan Xu Xueqiu (許雪秋), Chen Yongpo (陳湧波) dan Yu Tongshi (余通實), melakukan pemberontakan dan merebut kota Huanggang.[55] Orang Jepang yang ikut serta dalam pemberontakan ini termasuk (萱 野 長 知) dan (池 亨吉).[55] Setelah pemberontakan dimulai, pemerintah Qing menumpasnya dengan cepat dan secara paksa. Sekitar 200 orang revolusioner terbunuh.[56]
Pemberontakan Qinühu
Pada tahun yang sama, Sun Yat-sen mengirim lebih banyak revolusioner ke Huizhou untuk melakukan Pemberontakan Huizhou Qinühu.(惠州七女湖起義). [57] Pada 2 Juni, Deng Zhiyu ( 鄧子瑜) dan Chen Chuan ( 陳純) mengumpulkan beberapa pengikut dan kemudian mereka bersama-sama menangkap tentara Qing di sebuah danau yang berjarak sekitar 20 kilometer dari kota Huizhou.[58] Mereka membunuh beberapa tentara Qing dan menyerang komandannya pada 5 Juni.[58] Tentara Qing tunggang langgang melarikan diri dan kaum revolusioner mengeksploitasi kesempatan itu untuk merebut beberapa kota lagi. Mereka sekali lagi mengalahkan pasukan Qing di Bazhiyie. Banyak organisasi yang menyuarakan dukungan mereka setelah pemberontakan ini, sehingga jumlah pasukan revolusioner meningkat menjadi dua ratus orang. Namun pada akhirnya, pemberontakan ini juga gagal.
Pemberontakan Anqing
Pada 6 Juli 1907, Xu Xilin dari Guangfuhui memimpin pemberontakan di Anqing, Anhui, yang kemudian dinamakan Pemberontakan Anqing (安慶起義).[24] Xu pada saat itu adalah seorang pejabat komisaris polisi dan juga pengawas akademi kepolisian. Dia memimpin pemberontakan dengan tujuan untuk membunuh gubernur provinsi Anhui seorang Manchu bernama En Ming (恩銘).[59] Mereka dikalahkan setelah bertempur selama empat jam. Xu kemudian ditangkap dan dieksekusi oleh regu tembak, setelah itu pengawal En Ming memotong serta memakan jantung dan hatinya.[59] Sepupu perempuannya yang bernama Qiu Jin juga dieksekusi beberapa hari kemudian.[59]
Pemberontakan Qinzhou
Dari Agustus hingga September 1907, terjadi Pemberontakan Qinzhou,[60] untuk memprotes pajak pemerintah Qing yang sangat besar. Sun Yat-sen mengirim Wang Heshun (王和順) ke sana guna membantu tentara revolusioner merebut daerah itu pada bulan September.[61] Mereka berusaha mengepung dan merebut kota Qinzhou, tetapi tidak berhasil sehingga akhirnya mereka mundur ke daerah pegunungan Shiwandashan, sementara itu Wang Heshun kembali ke Vietnam.
Pemberontakan Zhennanguan
Pada 1 Desember 1907, Pemberontakan Zhennanguan terjadi di Gerbang Persahabatan, Zhennanguan, sebuah pos perbatasan Tiongkok-Vietnam. Sun Yat-sen mengirim Huang Mintang (黃明堂) untuk memantau pos perbatasan yang berbentuk benteng tersebut.[61] Dengan bantuan dari para penjaga benteng itu sendiri, kaum revolusioner berhasil merebut menara meriam di Zhennanguan.[62] Pemerintah Qing mengirim pasukan yang dipimpin oleh Long Jiguang dan Lu Rongting untuk melakukan serangan balik, sehingga kaum revolusioner terpaksa mundur ke daerah pegunungan. Setelah kegagalan pemberontakan ini, Sun terpaksa pindah ke Singapura karena adanya gerakan anti-Sun dari dalam kelompok-kelompok revolusioner itu sendiri.[63] Dia tidak kembali ke Tiongkok sampai setelah meletusnya Pemberontakan Wuchang.
Pemberontakan Qin-lian
Pada 27 Maret 1908, Huang Xing melancarkan serangan, yang kemudian disebut Pemberontakan Qin-lian (欽廉上思起義), dari sebuah markas kaum revolusioner di Vietnam dan menyerang kota-kota Qinzhou dan Lianzhou di Guangdong. Perjuangan berlanjut selama empat belas hari tetapi akhirnya terhenti setelah kaum revolusioner kehabisan persediaan makanan.[64]
Pemberontakan Hekou
Pada bulan April 1908, pemberontakan terjadi di Hekou, Yunnan, sehingga dinamakan Pemberontakan Hekou. Huang Mingtang (黃明堂) memimpin dua ratus orang dari Vietnam dan menyerang Hekou pada 30 April. Revolusioner lain yang ikut serta termasuk Wang Heshun (王和順) dan Guan Renfu (關仁甫). Mereka kalah jumlah sehingga dikalahkan oleh pasukan pemerintah Qing, pemberontakan ini gagal.[65]
Pemberontakan Mapaoying
Pada 19 November 1908, Pemberontakan Mapaoying (馬炮營起義, pemberontakan kamp meriam kuda) dilakukan oleh kelompok revolusioner Yuewanghui (岳王會), anggota dari organisasi Xiong Chenggei (熊成基) di Anhui.[66] Kelompok Yuewanghui, pada saat itu merupakan anggota dari Tongmenghui. Pemberontakan ini juga gagal.
Pemberontakan Tentara Baru Gengxu
Pada Februari 1910, terjadi Pemberontakan Tentara Baru Gengxu (庚戌新軍起義) atau dinamakan juga Pemberontakan Tentara Baru Guangzhou (廣州新軍起義).[67] Pemberontakan ini melibatkan konflik antara warga dan polisi setempat melawan Tentara Baru. Setelah pemimpin kaum revolusioner Ni Yingdian dibunuh oleh pasukan Qing, kaum revolusioner yang tersisa dengan cepat dapat dikalahkan, menyebabkan pemberontakan ini gagal.
Pemberontakan Guangzhou Kedua
Pada 27 April 1911, sebuah pemberontakan terjadi di Guangzhou, yang dinamakan Pemberontakan Guangzhou Kedua (辛亥廣州起義) atau Pemberontakan Gundukan Bunga Kuning (黃花岡之役). Pemberontakan ini berakhir dengan bencana, karena dari 86 mayat yang berhasil ditemukan, hanya 72 orang yang bisa diidentifikasi.[68] 72 orang kaum revolusioner tersebut kemudian dikenang sebagai martir.[68] Revolusioner Lin Juemin termasuk salah satu dari 72 martir tersebut. Pada malam pertempuran itu, ia menulis sebuah surat legendaris bertajuk "Surat Untuk Istriku" (與妻訣別書), yang kemudian dianggap sebagai mahakarya dalam kesusasteraan Tiongkok.[69][70]
Pemberontakan Wuchang
Perhimpunan Sastra ((文學社) dan Asosiasi Progresif (共進會) adalah organisasi revolusioner yang terlibat dalam pemberontakan, terutama ketika melakukan aksi demonstrasi Gerakan Perlindungan Kereta Api.[23] Pada akhir musim panas, beberapa unit Tentara Angkatan Darat Baru Hubei diperintahkan ke Sichuan yang letaknya berdekatan untuk memadamkan demonstrasi Gerakan Perlindungan Kereta Api, sebuah demonstrasi besar yang memprotes pemerintah Qing karena melakukan penyitaan dan penyerahan usaha pengembangan kereta api lokal kepada kekuatan asing.[71] Pejabat Delapan Panji seperti Duanfang yang menjabat sebagai pengawas perkeretaapian[72] dan Zhao Erfeng memimpin Angkatan Darat Baru untuk melawan Gerakan Perlindungan Kereta Api.
Unit-unit Tentara Angkatan Darat Baru Hubei pada awalnya adalah Tentara Hubei yang telah dilatih oleh Zhang Zhidong, seorang pejabat Qing.[3] Pada 24 September, Perhimpunan Sastra dan Asosiasi Progresif mengadakan konferensi di Wuchang, bersama dengan enam puluh perwakilan dari unit-unit Tentara Angkatan Darat Baru setempat. Selama konferensi itu, mereka mendirikan markas besar untuk merencanakan aksi pemberontakan. Para pemimpin kedua organisasi, Jiang Yiwu (蔣翊武) dan Sun Wu (孫武), terpilih menjadi komandan dan kepala staf. Awalnya, tanggal pemberontakan adalah 6 Oktober 1911,[73] tetapi ditunda beberapa hari kemudian karena persiapan yang tidak memadai.
Kaum revolusioner yang bermaksud menggulingkan dinasti Qing telah berhasil membuat banyak bom, dan pada 9 Oktober, salah satu bom tersebut meledak secara tidak sengaja.[73] Sun Yat-sen sendiri tidak berperan langsung dalam pemberontakan ini, dia sedang bepergian ke Amerika Serikat dalam upaya untuk merekrut lebih banyak lagi dukungan dari kalangan Tionghoa perantauan. Rui Cheng (瑞澂) yang menjabat sebagai gubernur jenderal provinsi Hubei dan Hunan, mencoba untuk melacak dan menangkap kaum revolusioner.[74] Pemimpin pasukan Xiong Bingkun (熊秉坤) dan yang lainnya memutuskan untuk tidak menunda pemberontakan lagi dan akan melakukan aksi pemberontakan pada 10 Oktober 1911, jam 7 malam.[74] Pemberontakan itu sukses, seluruh kota Wuchang dikuasai oleh kaum revolusioner pada pagi hari tanggal 11 Oktober. Malam itu, mereka mendirikan markas taktis dan mengumumkan pembentukan "Pemerintahan Militer Hubei Republik Tiongkok".[74] Hasil rapat memilih Li Yuanhong sebagai gubernur pemerintahan sementara.[74] Para pejabat pemerintah Qing seperti Duanfang dan Zhao Erfeng dibunuh oleh pasukan revolusioner.
Pemberontakan provinsi
Setelah keberhasilan Pemberontakan Wuchang, banyak demonstrasi yang terjadi di seluruh negeri dengan berbagai alasan. Beberapa pemberontakan menyatakan sebagai tindakan pemulihan terhadap aturan tradisi-tradisi Suku Han. Pemberontakan-pemberontakan lainnya sudah tinggal selangkah lagi menuju kemerdekaan dan ada beberapa yang masih melakukan demonstrasi atau pemberontakan terhadap pihak berwenang lokal. Terlepas dari apapun alasan pemberontakan itu, yang terpenting hasilnya adalah semua provinsi di Tiongkok meninggalkan dinasti Qing dan bergabung dengan Republik Tiongkok.
Pemulihan Changsha
Pada 22 Oktober 1911, Tongmenghui Hunan dipimpin oleh Jiao Dafeng (焦達嶧) dan Chen Zuoxin (陳作新).[75] Mereka mengepalai sebuah kelompok bersenjata yang terdiri dari sebagian kaum revolusioner dari Hongjiang dan sebagian lagi adalah para pembelot dari unit-unit Angkatan Darat Baru, kelompok ini mengampanyekan perluasan pemberontakan sampai ke Changsha.[75] Mereka berhasil merebut kota dan membunuh jenderal kekaisaran setempat. Kemudian mereka mengumumkan pembentukan Pemerintah Militer Hunan Republik Tiongkok dan menentang Kekaisaran Qing.[75]
Pemberontakan Shaanxi
Pada hari yang sama, Tongmenghui Shaanxi yang dipimpin oleh Jing Dingcheng (景定成), Qian ding (錢鼎) serta Jing Wumu (井勿幕) dan lainnya termasuk organisasi Gelaohui, mengadakan pemberontakan dan menguasai kota Xi'an setelah dua hari bertempur.[76] Komunitas Muslim Hui terpecah dalam mendukung revolusi. Muslim Hui di Shaanxi mendukung kaum revolusioner sedangkan Muslim Hui di Gansu mendukung dinasti Qing. Penduduk asli Muslim Hui Mohammedan di kota Xi'an, provinsi Shaanxi bergabung dengan kaum revolusioner Tiongkok Han dalam membantai Manchu.[77][78][79] Muslim Hui asli yang berasal dari provinsi Gansu dipimpin oleh jenderal Ma Anliang yang mengerahkan lebih dari dua puluh batalion pasukan Muslim Hui untuk mempertahankan kekaisaran Qing dan menyerang Shaanxi yang dikendalikan oleh revolusioner Zhang Fenghui (張鳳翽).[80] Serangan itu berhasil, tetapi setelah mendapat kabar bahwa Kaisar Xuantong atau Puyi akan turun takhta, Ma Anliang setuju untuk bergabung dengan Republik Baru.[80] Kaum revolusioner mendirikan "Pemerintahan Militer Qinlong Fuhan" dan memilih Zhang Fenghui, anggota Perhimpunan Yuanrizhi (原日知會), sebagai gubernur baru.[76] Setelah markas besar Manchu di Xi'an jatuh pada 24 Oktober, pasukan Xinhai membunuh semua Manchu di kota itu, sekitar 20.000 orang manchu dibunuh dalam pembantaian massal tersebut.[81][82] Banyak para pendukung Manchu yang bunuh diri, termasuk Jenderal Qing Wenrui (文瑞), yang menceburkan diri ke dalam sumur.[81] Hanya beberapa orang Manchu dan para wanitanya yang kaya raya berhasil selamat dengan membayar uang tebusan. Orang Tiongkok Han yang kaya merampas gadis-gadis Manchu untuk dijadikan budak mereka[83] dan bagi pasukan Tiongkok Han yang miskin, mereka menangkapi perempuan muda Manchu untuk dijadikan istri mereka.[84] Gadis-gadis muda Manchu banyak juga yang ditangkap oleh Muslim Hui dari Xi'an selama pembantaian tersebut dan dijadikan muslimah.[85]
Pemberontakan Jiujiang
Pada 23 Oktober, Lin Sen, Jiang Qun (蔣群), Cai Hui (蔡蕙) dan anggota Tongmenghui lainnya di provinsi Jiangxi merencanakan pemberontakan terhadap unit-unit Tentara Baru.[75][86] Setelah mereka meraih kemenangan, mereka mengumumkan kemerdekaan mereka dan mendirikan Pemerintahan Militer Jiujiang.[86][86]
Pemberontakan Shanxi Taiyuan
Pada 29 Oktober, Yan Xishan dari Angkatan Darat Baru memimpin pemberontakan di Taiyuan, ibu kota provinsi Shanxi, bersama dengan Yao Yijie (姚以價), Huang Guoliang (黃國梁), Wen Shouquan (溫壽泉), Li Chenglin (李成林), Zhang Shuzhi (張樹幟) dan Qiao Xi (喬煦).[86][87] Pemberontak Xinhai di Taiyuan membombardir jalanan-jalanan yang ada di daerah pemukiman para pejabat Qing dan membunuh semua orang Manchu.[88] Mereka berhasil membunuh Gubernur Qing provinsi Shanxi, Lu Zhongqi (陸鍾琦).[89] Mereka kemudian mengumumkan pendirian Pemerintahan Militer Shanxi dengan Yan Xishan sebagai gubernur militernya.[76] Jenderal Yan Xishan ini di kemudian hari menjadi salah satu panglima perang yang menyulitkan Tiongkok dalam satu masa yang dinamakan Era Panglima Perang.
Pemberontakan Sembilan Kembar Kunming
Pada 30 Oktober, Li Genyuan (李根源) dari Tongmenghui di Yunnan bergabung dengan Cai E, Luo Peijin (羅佩金), Tang Jiyao dan para perwira Tentara Angkatan Darat Baru lainnya untuk melakukan aksi pemberontakan yang disebut Sembilan Kembar (重九起義) karena bertepatan dengan Festival Chongyang yang jatuh pada tanggal 9 bulan 9 dalam sistem penanggalan kalender Tionghoa.[90] Mereka menguasai Kunming pada hari berikutnya dan mendirikan Pemerintahan Militer Yunnan, kemudian memilih Cai E sebagai gubernur militer.[86]
Pemulihan Nanchang
Pada 31 Oktober, cabang Tongmenghui di Nanchang memimpin unit-unit Tentara Angkatan Darat Baru dalam suatu pemberontakan yang berhasil. Mereka mendirikan Pemerintahan Militer Jiangxi.[75] Li Liejun terpilih sebagai gubernur militer.[86] Li menyatakan Jiangxi sebagai provinsi independen dan mengirim pasukan untuk melawan pejabat Qing, Jenderal Yuan Shikai.[69]
Pemberontakan Bersenjata Shanghai
Pada 3 November, Tongmenghui, Guangfuhui, dan para pedagang Shanghai yang dipimpin oleh Chen Qimei, Li Pingsu (李平書), Zhang Chengyou (張承槱), Li Yingshi (李英石), Li Xiehe (李燮和) dan Song Jiaoren mengorganisir pemberontakan bersenjata di Shanghai.[86] Mereka mendapat dukungan dari polisi setempat.[86] Para pemberontak berhasil merebut gudang amunisi dan perlengkapan militer Jiangnan pada 4 November dan menguasai kota Shanghai segera setelah itu. Pada 8 November, mereka mendirikan Pemerintahan Militer Shanghai dan memilih Chen Qimei sebagai gubernur militer.[86] Dia kemudian menjadi salah satu dari "Empat Keluarga Besar Pendiri Republik Tiongkok", bersama dengan tiga marga keluarga besar lainnya yaitu: Chiang, Song dan Kung (蔣,宋,孔), yang sangat terkenal pada masa itu.[91]
Pemberontakan Guizhou
Pada 4 November, Zhang Bailin (張百麟) dari partai revolusioner di Guizhou memimpin pemberontakan bersama dengan unit-unit Angkatan Darat Baru dan para siswa dari akademi militer. Mereka segera menguasai Guiyang dan mendirikan Pemerintahan Militer Han Guizhou Raya, memilih Yang Jincheng (楊藎誠) dan Zhao Dequan (趙德全) sebagai gubernur dan wakilnya.[92]
Pemberontakan Zhejiang
Masih pada 4 November, kaum revolusioner di Zhejiang mendesak unit-unit Angkatan Darat Baru di Hangzhou untuk melakukan pemberontakan.[86] Zhu Rui (朱瑞), Wu Siyu (吳思豫), Lu Gongwang (吕公望) dan yang lain dari Angkatan Darat Baru berhasil merebut gudang amunisi dan perlengkapan militer.[86] Unit lain, yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek dan Yin Zhirei (尹銳志) berhasil menguasai sebagian besar kantor pemerintahan.[86] Akhirnya, Hangzhou berada di bawah kendali kaum revolusioner, dan seorang konstitusionalis bernama Tang Shouqian (湯壽潛) terpilih sebagai gubernur militer.[86]
Pemulihan Jiangsu
Pada 5 November, para pakar konstitusi dan bangsawan di Jiangsu mendesak gubernur Qing, Cheng Dequan (程德全) untuk mengumumkan kemerdekaan dan mendirikan Pemerintahan Militer Revolusi Jiangsu dengan Cheng masih tetap menjabat sebagai gubernurnya.[86][93] Tidak seperti di kota-kota lainnya, kekerasan anti-Manchu baru dimulai setelah masa pemulihan pada 7 November di Zhenjiang.[94] Jenderal Qing bernama Zaimu (載穆) setuju untuk menyerah, tetapi karena terjadi kesalahpahaman, kaum revolusioner tidak memahami bahwa keselamatan Mancu harus dijamin.[94] Markas-markas dan tempat tinggal orang-orang Manchu digeledah dan sejumlah besar orang Manchu juga dibunuh.[94] Zaimu yang merasa dikhianati kemudian bunuh diri.[94] Ini dianggap sebagai Pemberontakan Zhenjiang.[95][96]
Pemberontakan Anhui
Para anggota Tongmenghui di Anhui juga melakukan pemberontakan pada hari itu dan mengepung ibu kota provinsi. Para pakar konstitusi membujuk Zhu Jiabao, Gubernur Qing di Anhui, untuk mengumumkan kemerdekaan.[97]
Pemberontakan Guangxi
Pada 7 November, departemen politik Guangxi memutuskan untuk memisahkan diri dari pemerintahan Qing, mengumumkan kemerdekaan Guangxi. Gubernur Qing yang bernama Shen Bingkun (沈秉堃) diizinkan untuk tetap menjadi gubernur, tetapi Lu Rongting akan segera menjadi gubernur yang baru.[61] Lu Rongting kemudian menjadi terkenal selama Era Panglima Perang sebagai salah satu panglima perang dan para bandit yang menjadi anak buahnya menguasai Guangxi selama lebih dari satu dekade.[98] Di bawah kepemimpinan Huang Shaohong, seorang mahasiswa hukum Muslim bernama Bai Chongxi mendaftar menjadi Pasukan Berani Mati untuk berjuang sebagai seorang revolusioner.[99]
Kemerdekaan Fujian
Pada bulan November, para anggota cabang Tongmenghui di Fujian, bersama dengan Sun Daoren (孫道仁) dari Tentara Angkatan Darat Baru, melakukan pemberontakan melawan tentara Qing.[100][101] Raja muda Qing, Song Shou (松壽), bunuh diri.[102] Pada 11 November, seluruh provinsi Fujian menyatakan kemerdekaan.[100] Pemerintahan Militer Fujian didirikan dan Sun Daoren terpilih sebagai gubernur militer.[100]
Kemerdekaan Guangdong
Menjelang akhir Oktober, Chen Jiongming, Deng Keng (鄧鏗), Peng Reihai (彭瑞海) dan anggota Tongmenghui cabang Guangdong lainnya mengorganisasi milisi lokal untuk mengadakan pemberontakan di Huazhou, Nanhai, Sunde dan Sanshui di provinsi Guangdong.[76][103] Pada 8 November, setelah dibujuk oleh Hu Hanmin, Jenderal Li Zhun (李準) dan Long Jiguang (龍濟光) dari Angkatan Laut Guangdong setuju untuk mendukung revolusi.[76] Gubernur Jenderal Qing bernama Zhang Mingqi (張鳴岐), dipaksa berunding dengan perwakilan lokal mengenai usulan kemerdekaan Guangdong.[76] Mereka memutuskan untuk mengumumkannya pada keesokan harinya. Chen Jiongming kemudian menguasai Huizhou. Pada 9 November, provinsi Guangdong mengumumkan kemerdekaannya dan membentuk pemerintahan militer.[104] Mereka memilih Hu Hanmin dan Chen Jiongming sebagai gubernur dan wakilnya.[105] Qiu Fengjia dikenal karena telah membantu menjadikan proses deklarasi kemerdekaan yang lebih damai.[104] Tidak diketahui secara pasti pada saat itu apakah perwakilan koloni Eropa dari Hong Kong dan Makau akan diserahkan kepada pemerintahan yang baru.[butuh klarifikasi]
Kemerdekaan Shandong
Pada 13 November, setelah dibujuk oleh revolusioner Din Weifen (丁惟汾) dan beberapa perwira Angkatan Darat Baru, gubernur Qing di Shandong yang bernama Sun Baoqi, setuju untuk memisahkan diri dari pemerintahan Qing dan mengumumkan kemerdekaan Shandong.[76]
Pemberontakan Ningxia
Pada 17 November, Tongmenghui di Ningxia mengadakan Pemberontakan Ningxia-Hui. Kaum revolusioner mengirim Yu Youren ke Zhangjiachuan agar bertemu dengan Ma Yuanzhang seorang Ulama Sufi dari masyarakat Dungan untuk membujuknya agar tidak mendukung Qing. Namun, Ma tidak ingin merusak hubungannya dengan pemerintahan Qing. Dia mengirim milisi Muslim Gansu timur di bawah komando salah satu putranya bernama Ma Qi untuk menghancurkan organisasi Gelaohui di Ningxia.[106][107] Pemerintahan Militer Revolusioner Ningxia didirikan pada 23 November.[76] Beberapa revolusioner yang terlibat termasuk Huang Yue (黃鉞) dan Xiang Shen (向燊) yang kemudian bergabung dengan pasukan Angkatan Darat Baru di Qinzhou.[108][109]
Kemerdekaan Sichuan
Pada 21 November, Pemerintahan Militer Shu Han Utara Raya terbentuk di kota Guang'an.[76][110] Pada 22 November, Chengdu dan Sichuan mulai mendeklarasikan kemerdekaan dan lima hari kemudian, Pemerintahan Militer Sichuan Han Raya didirikan, dipimpin oleh revolusioner Pu Dianzun (蒲殿俊).[76] Seorang pejabat pemerintah Qing bernama Duan Fang (端方) tewas terbunuh.[76]
Pemberontakan Nanking
Pada 8 November, didukung oleh Tongmenghui, Xu Shaozhen (徐紹楨) dari Angkatan Darat Baru mengumumkan pemberontakan di "Molin Pass" (秣陵關), sekitar 30 kilometer dari kota Nanking.[76] Xu Shaozhen, Chen Qimei dan para jenderal lainnya memutuskan untuk membentuk pasukan gabungan di bawah pimpinan Xu untuk bersama-sama menyerang Nanking. Pada 11 November, markas tentara bersatu didirikan di Zhenjiang. Antara 24 November hingga 1 Desember, di bawah komando Xu Shaozhen, pasukan bersatu merebut benteng di Wulongshan (烏龍山), Mufushan (幕府山), Yuhuatai (雨花臺), Kota Tianbao (天保城) dan masih banyak lagi benteng-benteng pertahanan pasukan Qing lainnya.[76] Pada 2 Desember, Nanking dikuasai oleh kaum revolusioner setelah Pertempuran Nanking 1911.[76] Pada 3 Desember, revolusioner Su Liangbi memimpin pasukan dalam sebuah pembantaian massal orang-orang Manchu (jumlah korban tidak diketahui secara pasti).[111] Dia ditangkap tidak lama kemudian dan pasukannya dibubarkan.[111]
Kemerdekaan Tibet
Tahun 1905, pemerintah Qing mengirim Zhao Erfeng ke Tibet untuk membalas aksi pemberontakan.[112] Tahun 1908, Zhao terdaftar sebagai warga kekaisaran Qing di Lhasa, Tibet.[112] Zhao dipenggal pada bulan Desember 1911 oleh pasukan pendukung Republik.[113] Sebagian besar wilayah yang secara historis disebut Kham yang sekarang diklaim sebagai Distrik Administrasif Xikang, dibuat oleh kaum revolusioner Republik.[114] Pada akhir 1912, pasukan Manchu terakhir yang masih tersisa dipaksa keluar dari Tibet melalui India. Thubten Gyatso, Dalai Lama ke-13, kembali ke Tibet pada Januari 1913 dari Sikkim, tempat ia tinggal.[115] Ketika pemerintah ROC yang baru meminta maaf atas tindakan pemerintahan Qing dan menawarkan untuk mengembalikan sang Dalai Lama ke posisi semula, ia menjawab bahwa ia tidak tertarik dengan sistem Kepangkatan Tiongkok, Tibet tidak pernah disubordinasikan ke Tiongkok, Tibet adalah negara merdeka dan ia akan mengambil alih kepemimpinan spiritual dan politik di Tibet.[115] Oleh sebab itu, banyak orang yang mengartikan jawaban ini sebagai deklarasi resmi kemerdekaan. Pihak Tiongkok mengabaikan tanggapan tersebut dan Tibet selama tiga puluh tahun bebas dari campur tangan Republik Tiongkok.[115]
Kemerdekaan Mongolia
Pada akhir 1911, bangsa Mongol bergerak melakukan pemberontakan bersenjata melawan pihak berwenang Manchu tetapi tidak berhasil.[116] Sebuah gerakan kemerdekaan terjadi yang tidak hanya terbatas di Mongolia Utara (luar) saja tetapi merupakan suatu gerakan pan-Mongolia yang fenomenal.[116] Pada 29 Desember 1911, Bogd Khan menjadi pemimpin kekaisaran Mongol. Mongolia Dalam menjadi medan yang diperebutkan antara sang Khan dan Republik.[117] Secara umum, Rusia mendukung kemerdekaan Mongolia Luar (termasuk Tannu Uriankhai) selama masa Revolusi Xinhai.[118] Tibet dan Mongolia kemudian saling menghormati dalam suatu pakta perjanjian.
Pemberontakan Dihua dan Yili
Di Xinjiang pada 28 Desember, Liu Xianzun (劉先俊) dan kaum revolusioner memulai Pemberontakan Dihua (迪化起義).[119] Pemberontakan ini dipimpin oleh lebih dari 100 anggota Geilaohui.[120] Pemberontakan ini gagal dan pada 7 Januari 1912, Pemberontakan Yili (伊犁起義) dimulai.[119][120] Gubernur Qing, Yuan Dahua (袁大化) melarikan diri dan menyerahkan pengunduran dirinya ke Yang Zengxin, karena dia tidak sanggup mengatasi pertempuran melawan kaum revolusioner.[121]
Pada pagi hari 8 Januari, kaum revolusioner mendirikan sebuah pemerintahan Yili yang baru,[120] tetapi kaum revolusioner dikalahkan di kabupaten Jinghe pada bulan Januari dan Februari.[121][122] Karena Kaisar akan segera turun takhta, Yuan Shikai akhirnya mengakui kepemimpinan Yang Zengxin, mengangkatnya menjadi Gubernur Xinjiang dan membiarkan provinsi itu bergabung dengan Republik.[121] Ada sebelas lebih mantan pejabat Qing yang dibunuh di Zhenxi, Karasahr, Aksu, Kucha, Luntai dan Kashgar mulai April hingga Mei 1912.
Pemberontakan Taiwan
Tahun 1911, sebagai bagian dari Revolusi Xinhai, Tongmenghui mengirim Luo Fu-xing (羅福星) ke pulau Taiwan untuk membebaskan Taiwan dari pendudukan Jepang.[123] Tujuannya adalah mengembalikan pulau Taiwan ke Republik Tiongkok dengan mengadakan Pemberontakan Taiwan (台灣起義).[124] Luo ditangkap dan dibunuh pada 3 Maret 1914.[125] Lebih dari 1.000 orang Taiwan dieksekusi oleh polisi Jepang, peristiwa ini dinamakan "Insiden Miaoli".[126] Pengorbanan Luo diperingati di Miaoli.[125]
Pergantian pemerintahan
Utara: Upaya transformasi terakhir dari pejabat dinasti Qing
Pada 1 November 1911, pemerintah Qing menunjuk Yuan Shikai sebagai Perdana Menteri kabinet kekaisaran menggantikan Yikuang atau yang sering disebut Pangeran Qing.[127] Pada 3 November, setelah diusulkan oleh Cen Chunxuan dari Gerakan Monarki Konstitusional (立憲運動) tahun 1903, para pejabat kekaisaran Qing mengeluarkan Sembilan Belas Pasal (憲法重大信條十九條) yang mengubah Qing dari sistem otokrasi kaisar yang memiliki kekuasaan tanpa batas menjadi monarki konstitusional.[128][129] Pada 9 November, Huang Xing mengirim pesan melalui telegraf kepada Yuan Shikai dan mengundangnya untuk bergabung dengan Republik.[130] Perubahan dari para pejabat Qing tersebut sudah terlambat dan kaisar harus turun takhta.
Selatan: Pemerintahan di Nanking
Pada 28 November 1911, distrik Wuchang dan Hanyang berhasil direbut kembali oleh pasukan Qing. Maka demi menjaga keselamatan, kaum revolusioner mengadakan konferensi pertama mereka di wilayah konsesi Britania Raya di Hankou pada 30 November.[131] Pada 2 Desember, setelah Pemberontakan Nanking berhasil, kaum revolusioner memutuskan untuk menjadikan Nanking sebagai tempat pemerintahan sementara yang baru. [132] Pada saat itu, Beijing masih tetap sebagai ibu kota Qing.
Konferensi Utara-Selatan
Pada 18 Desember, Konferensi Utara-Selatan (南北議和) diadakan di Shanghai untuk membahas masalah-masalah Utara dan Selatan.[133] Yuan Shikai memilih Tang Shaoyi untuk mewakili dirinya.[133] Tang meninggalkan Beijing dan pergi ke Wuhan untuk bernegosiasi dengan kaum revolusioner.[133] Di pihak revolusioner memilih Wu Tingfang sebagai wakilnya.[133] Negosiasi antara Tang Shaoyi dan Wu Tingfang berlangsung di wilayah konsesi Inggris dengan intervensi dari enam kekuatan asing, Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Jepang, dan Prancis.[134] Seorang pengusaha asing dan misionaris Edward Selby Little (李德立) bertindak sebagai negosiator dan memfasilitasi pakta perjanjian damai.[135] Mereka sepakat bahwa Yuan Shikai akan memaksa kaisar Qing untuk turun takhta dengan imbalan provinsi selatan akan mendukung Yuan sebagai presiden Republik. Setelah mempertimbangkan bahwa republik baru itu nantinya mungkin saja akan dikalahkan dalam perang saudara atau oleh invasi asing, Sun Yat-sen menyetujui proposal Yuan untuk menyatukan Tiongkok di bawah pemerintahan Beijing Yuan Shikai. Keputusan selanjutnya yang berhasil disepakati adalah membiarkan kaisar tetap memerintah atas institusi kecilnya yang masih tersisa di Istana Musim Panas yang baru. Dia akan diperlakukan seperti seorang penguasa dari negara lain dan akan dibiayai beberapa juta tael perak.[136]
Pendirian Republik
Republik Tiongkok diumumkan dan masalah bendera nasional
Pada 29 Desember 1911, Sun Yat-sen terpilih sebagai Presiden Sementara Tiongkok yang pertama.[137] Tanggal 1 Januari 1912 ditetapkan sebagai hari pertama tahun berdirinya Republik Tiongkok.[138] Pada 3 Januari, para perwakilan merekomendasikan Li Yuanhong menjadi wakil presiden sementara.[139]
Selama dan setelah Revolusi Xinhai, banyak organisasi dan kelompok yang telah berpartisipasi menginginkan agar bendera organisasi mereka dijadikan sebagai bendera nasional. Selama Pemberontakan Wuchang, unit militer Wuchang menginginkan bendera berbintang sembilan dengan Taijitu.[140] Yang lain juga berlomba mengusulkan benderanya masing-masing termasuk bendera hasil karya Lu Haodong yaitu bendera Langit Biru dengan sebuah Matahari Putih. Sementara Huang Xing lebih menyukai bendera yang bertuliskan kalimat takhayul yang bermakna "keberkahan kepada pertanian desa". Pada akhirnya, majelis berkompromi dan hasilnya bendera nasional adalah Kesatuan lima ras di bawah satu Serikat.[140] Bendera kesatuan lima ras dengan garis-garis horisontal mewakili lima kelompok etnis utama di Tiongkok.[141] Warna merah mewakili Han, kuning sebagai lambang Manchu, biru untuk Mongol, putih berarti Hui dan hitam untuk Tibet.[140][141] Meskipun yang menjadi target umum pemberontakan adalah orang-orang Manchu, namun Sun Yat-sen, Song Jiaoren dan Huang Xing dengan suara bulat menganjurkan integrasi rasial yang diberlakukan di seantero negeri sampai ke perbatasan.[142]
Insiden Donghuamen
Pada 16 Januari, ketika kembali ke kediamannya, Yuan Shikai disergap dan diserang dengan bom yang dilakukan oleh Tongmenghui di Donghuamen, Beijing.[143] Total ada delapan belas revolusioner yang terlibat. Sekitar sepuluh pengawal tewas, tetapi Yuan sendiri tidak menderita luka serius.[143] Dia mengirim pesan kepada kaum revolusioner pada hari berikutnya bahwa ia bersumpah setia kepada negara dan meminta mereka untuk tidak perlu lagi mengatur upaya pembunuhan terhadap dirinya.
Penurunan takhta sang kaisar
Zhang Jian menyusun proposal turun takhta yang disetujui oleh Senat Sementara. Pada 20 Januari, Wu Tingfang dari pemerintahan sementara Nanking secara resmi menyerahkan dekret kekaisaran perihal turun takhta Puyi kepada Yuan Shikai.[129] Pada 22 Januari, Sun Yat-sen mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari kepresidenan dan digantikan oleh Yuan Shikai jika dia mau mendukung kaisar untuk turun takhta.[144] Yuan kemudian menekan Janda Permaisuri Longyu dengan ancaman bahwa keluarga kekaisaran akan dibasmi jika turun takhta tidak dilakukan sebelum kaum revolusioner mencapai Beijing, tetapi jika mereka setuju untuk turun takhta, pemerintahan sementara akan menghormati syarat-syarat yang diajukan oleh keluarga kekaisaran.
Pada 3 Februari, Janda Permaisuri Longyu memberi izin penuh kepada Yuan untuk menegosiasikan syarat-syarat penurunan takhta kaisar Qing. Yuan kemudian menyusun syarat-syarat tersebut menurut versinya sendiri dan disampaikan kepada kaum revolusioner pada 3 Februari.[129] Versinya terdiri dari tiga bagian, bukan dua.[129] Pada 12 Februari 1912, setelah ditekan oleh Yuan dan menteri lainnya, Puyi (baru usia enam tahun pada saat itu) dan Janda Permaisuri Longyu menerima syarat-syarat penurunan takhta yang dibuat oleh Yuan.[138]
Perdebatan tentang ibu kota
Sebagai salah satu syarat untuk menyerahkan kepemimpinan kepada Yuan Shikai, Sun Yat-sen bersikeras bahwa pemerintahan sementara tetap di Nanking. Pada 14 Februari, Senat Sementara pada awalnya memberikan suara 20-5 untuk kemenangan Beijing menjadi ibu kota, dengan dua suara untuk Wuhan dan satu untuk Tianjin.[145]
Mayoritas Senat ingin mengamankan perjanjian damai dengan mengambil alih kekuasaan di Beijing.[145] Zhang Jian dan yang lainnya beralasan bahwa jika ibu kota berada di Beijing maka dapat mengawasi pemulihan Manchu dan Mongol yang akan memisahkan diri. Tetapi Sun dan Huang Xing mendukung Nanking sebagai ibu kota guna menyeimbangkan kekuatan militer Yuan yang berbasis di utara.[145] Li Yuanhong mendukung Wuhan menjadi ibukota sebagai bentuk kompromi jalan tengah.[146] Keesokan harinya, Senat Sementara memilih lagi, kali ini hasilnya 19-6 untuk kemenangan Nanking sebagai ibu kota dan dua suara untuk Wuhan.[145] Sun mengirim delegasi yang dipimpin oleh Cai Yuanpei dan Wang Jingwei untuk membujuk Yuan agar mau pindah ke Nanking.[147] Yuan menyambut delegasi itu dan setuju untuk menemani para delegasi kembali ke selatan (Nanking).[148] Kemudian pada malam 29 Februari, kerusuhan dan kebakaran melanda seluruh penjuru kota.[148] Kuat dugaan kejadian ini disebabkan oleh ketidakpatuhan pasukan Cao Kun, seorang perwira Yuan yang setia.[148] Peristiwa itu dijadikan Yuan sebagai alasan agar bisa tetap tinggal di utara (Beijing) guna mencegah kerusuhan. Pada 10 Maret, Yuan dilantik di Beijing sebagai Presiden Sementara Republik Tiongkok.[149] Pada 5 April, Senat Sementara di Nanking memilih untuk menjadikan Beijing sebagai ibu kota Republik dan akan mengadakan rapat di Beijing pada akhir bulan.
Pemerintahan Republik di Beijing
Pada 10 Maret 1912, Yuan Shikai dilantik menjadi Presiden Sementara Republik Tiongkok yang kedua di Beijing. [150] Pemerintahan yang berbasis di Beijing ini disebut juga Pemerintahan Beiyang, pemerintahan yang tidak diakui secara internasional sebagai pemerintah Republik Tiongkok yang sah sampai tahun 1928, sehingga periode dari tahun 1912 hingga 1928 hanya dikenal sebagai Periode Beiyang. Pemilihan Majelis Nasional pertama berlangsung sesuai dengan Konstitusi Sementara. Pada saat itu, partai Kuomintang (KMT) diresmikan pada 25 Agustus 1912 di Beijing.[151] KMT memegang mayoritas kursi setelah pemilihan. Song Jiaoren terpilih sebagai Ketua KMT. Namun, atas perintah rahasia Yuan Shikai, Song dibunuh di Shanghai pada 20 Maret 1913.[152]
Usulan monarki Han dan melestarikan gelar kebangsawanan aristokrat
Beberapa tokoh menyarankan agar ada Han yang diangkat sebagai Kaisar, baik dari keturunan Kong Hu Cu yang bergelar Adipati Yansheng[153][154][155][156][157] maupun keturunan dari keluarga kekaisaran Dinasti Ming.[158][159] Adipati Yansheng tadinya diusulkan untuk menggantikan dinasti Qing sebagai Kaisar oleh Liang Qichao.[160]
Para kaum bangsawan turun-temurun Han seperti Adipati Yansheng dan gelar Wujing Boshi (kemudian diubah menjadi "Dacheng Zhisheng Xianshi Nanzong Fengsi Guan" 大成至聖先師南宗南宗官) serta gelar-gelar kebangsawanan lainnya yang dimiliki oleh para keturunan Mengzi, Zengzi dan Yan Hui tetap dipertahankan oleh Republik Tiongkok yang baru dan para pemilik gelar tersebut tetap menerima uang pensiun.
Warisan
Pengaruh sosial
Setelah revolusi, ada banyak sekali sentimen anti-Manchu di seluruh Tiongkok, tetapi khususnya di Beijing, ada ribuan orang tewas dalam aksi kekerasan anti-Manchu ketika tata cara berperilaku dan larangan-larangan yang dikeluarkan oleh istana kekaisaran Qing yang selama ini diberlakukan kepada penduduk Han, sekarang telah dilanggar hingga hancur berantakan seperti hancurnya kekuatan kekaisaran Manchu.[161] Sentimen anti-Manchu telah ditulis dalam beberapa buku seperti Sejarah Singkat Para Budak (奴才小史) dan Biografi Pejabat Rakus dan Petugas Korup (貪官污吏傳) oleh Laoli (老吏).[162][163]
Selama penurunan takhta kaisar terakhir, Janda Permaisuri Longyu, Yuan Shikai dan Sun Yat-sen mencoba untuk mengadopsi konsep "Manchu dan Han sebagai satu keluarga" (滿漢一家).[162] Orang-orang mulai mengeksplorasi dan berdebat sesama mereka sendiri tentang akar masalah kelemahan nasional mereka. Pencarian identitas baru ini adalah Gerakan Budaya Baru.[164] Sebaliknya, budaya Manchu dan bahasanya telah hampir punah pada tahun 2007.[165]
Tidak seperti revolusi di Barat, Revolusi Xinhai tidak merestrukturisasi masyarakatnya. Para peserta Revolusi Xinhai kebanyakan adalah personel militer, birokrat model lama dan para bangsawan lokal. Orang-orang ini masih memegang kekuasaan regional setelah Revolusi Xinhai, beberapa malah menjadi panglima perang. Tidak ada peningkatan yang signifikan dalam hal standar hidup. Penulis Lu Xun berkomentar pada tahun 1921 di sela-sela penerbitan buku Kisah nyata Ah Q, sepuluh tahun setelah Revolusi Xinhai, bahwa pada dasarnya tidak ada yang berubah kecuali "Manchu telah pergi meninggalkan dapur".[166] Masalah ekonomi tidak pernah diperhatikan sebelum pemerintahan Chiang Ching-kuo di Taiwan dan Deng Xiaoping di Tiongkok Daratan.[167]
Hasil utama Revolusi Xinhai adalah menyingkirkan feodalisme (fengjian) yang sudah ada sejak dari zaman Tiongkok Kuno. Dari sudut pandangan umum para sejarawan, ada dua kekuatan untuk memulihkan sistem feodal setelah revolusi, yang pertama adalah Yuan Shikai dan yang kedua adalah Zhang Xun.[168] Keduanya tidak berhasil, malahan sisa-sisa feodal kembali ke Tiongkok dengan Revolusi Kebudayaan dalam sebuah konsep yang disebut guanxi (tidak mengandalkan hubungan feodal, melainkan hubungan pribadi untuk bertahan hidup).[169] Guanxi cukup berguna di Taiwan, sedangkan di Tiongkok daratan, guanxi sangat penting untuk menyelesaikan segala masalah.[170]
Karena efek sentimen anti-Manchu setelah revolusi, orang-orang Manchu yang tadinya dari golongan orang berada sekarang menjadi sangat miskin, dengan keadaan pria Manchu yang terlalu miskin untuk menikah maka pria Han yang menikahi wanita Manchu, orang-orang Manchu mulai berhenti mengenakan pakaian Manchu dan berhenti pula menjalankan tradisi-tradisi Manchu.[171]
Makna yang bersejarah
Revolusi Xinhai menggulingkan pemerintahan Qing dan sistem monarki yang sudah ada sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu.[3] Sepanjang sejarah Tiongkok, dinasti lama selalu digantikan oleh dinasti baru. Akan tetapi, Revolusi Xinhai adalah yang pertama menggulingkan dinasti sepenuhnya dan berupaya mendirikan negara republik untuk menyebarkan gagasan-gagasan demokratis ke seluruh penjuru Tiongkok. Meskipun pada tahun 1911 dalam upacara penyambutan pemerintahan sementara, Sun Yat-sen mengatakan, "Revolusi belum berhasil kamerad, masih perlu berjuang untuk masa depan." (革命尚未成功, 同志仍需努力).[172]
Sejak 1920-an, dua partai dominan Nasionalis dan Komunis, melihat Revolusi Xinhai dalam sudut pandang yang sangat berbeda.[173] Kedua belah pihak mengakui Sun Yat-sen sebagai Bapak Bangsa, tetapi di Taiwan, mereka memaknainya sebagai Bapak Republik Tiongkok.[173] Di Tiongkok daratan, Sun Yat-sen dipandang sebagai orang yang membantu menjatuhkan dinasti Qing, sebuah prasyarat bagi terbentuknya negara komunis yang didirikan pada tahun 1949.[173] Republik Rakyat Tiongkok memandang perjuangan Sun merupakan langkah awal menuju revolusi yang sesungguhnya pada tahun 1949, ketika komunis berhasil membentuk negara yang benar-benar independen dengan mengusir orang-orang asing serta membangun kekuatan militer dan industrinya sendiri,[173] dan yang dipandang sebagai Bapak Republik Rakyat Tiongkok adalah Mao Zedong.[173] Pada tahun 1954, Liu Shaoqi pernah mengatakan bahwa "Revolusi Xinhai memasukkan konsep sebuah negara republik ke dalam masyarakat umum".[174][175] Zhou Enlai menyebutkan bahwa "Revolusi Xinhai menggulingkan pemerintahan Qing, mengakhiri 2.000 tahun monarki dan membebaskan pikiran banyak orang, serta membuka jalan bagi pengembangan revolusi masa depan. Ini adalah kemenangan yang sangat besar."[176]
Evaluasi modern
Perubahan pendapat yang mengatakan bahwa revolusi pada umumnya membawa perubahan yang positif dimulai pada akhir tahun 1980-an dan 1990-an, tetapi Zhang Shizhao berargumen bahwa "Ketika berbicara tentang Revolusi Xinhai, para ahli teori akhir-akhir ini cenderung terlalu melebih-lebihkan. Kata 'sukses' terlalu berlebihan untuk digunakan."[177]
Keberhasilan demokrasi yang diperoleh dari hasil revolusi dapat bervariasi tergantung dari sudut pandang seseorang. Bahkan setelah kematian Sun Yat-sen tahun 1925, selama enam puluh tahun, Kuomintang menguasai semua lima cabang pemerintahan, tidak ada yang independen.[167] Yan Jiaqi, pendiri Federasi Tiongkok Demokratis, mengatakan bahwa Sun Yat-sen dihargai sebagai pendiri republik Tiongkok pertama tahun 1912 dan republik yang kedua adalah rakyat Taiwan serta partai-partai politik yang sekarang sedang mempraktekan sistem demokrasi di sana.[168]
Sementara itu cita-cita demokrasi masih jauh dari terwujud di Tiongkok daratan. Sebagai contoh, mantan perdana menteri Tiongkok Wen Jiabao pernah berkata dalam pidatonya bahwa tanpa demokrasi yang sesungguhnya, tidak ada jaminan hak ekonomi dan politik, tetapi ironisnya dia sendiri yang memimpin penumpasan Revolusi Melati Tiongkok yang berlangsung damai.[178] Liu Xiaobo, seorang aktivis pro-demokrasi yang menerima Penghargaan Nobel Perdamaian 2010, meninggal di penjara.[179] Lainnya, seperti Qin Yongmin dari Partai Demokrasi Tiongkok, yang baru dibebaskan setelah dua belas tahun mendekam di penjara, tidak memuji Revolusi Xinhai.[180][181] Qin Yongmin mengatakan revolusi hanya mengganti satu diktator dengan yang lain, Mao Zedong bukan seorang kaisar, tetapi dia lebih buruk daripada kaisar.[180][181][182]
Film adaptasi
- 1911 - film sejarah produksi Hong Kong dan Republik Rakyat Tiongkok dibintangi oleh Jackie Chan, Jaycee Chan, Li Bingbing, Winston Chao dan Joan Chen, dirilis tahun 2011 sebagai kontribusi ulang tahun ke-100 di Revolusi Xinhai.
Referensi
- ^ Kit-ching (1978), hlm. 49–52.
- ^ Li Xing. [2010] (2010). The Rise of China and the Capitalist World Order. Ashgate Publishing, Ltd. ISBN 0-7546-7913-6, ISBN 978-0-7546-7913-4. p. 91.
- ^ a b c Li, Xiaobing. [2007] (2007). A History of the Modern Chinese Army. University Press of Kentucky. ISBN 0-8131-2438-7, ISBN 978-0-8131-2438-4. pp. 13, 26–27.
- ^ Wang, Gabe T. [2006] (2006). China and the Taiwan Issue: Impending War at Taiwan Strait. University Press of America. ISBN 0-7618-3434-6, ISBN 978-0-7618-3434-2. pg 91.
- ^ a b c Wang, Ke-wen. [1998] (1998). Modern China: An Encyclopedia of History, Culture, and Nationalism. Taylor & Francis publishing. ISBN 0-8153-0720-9, ISBN 978-0-8153-0720-4. pg 106. pg 344.
- ^ a b Bevir, Mark. [2010] (2010). Encyclopedia of Political Theory. Sage Publishing. ISBN 1-4129-5865-2, ISBN 978-1-4129-5865-3. pg 168.
- ^ Chang, Kang-i Sun, Owen, Stephen (2010). The Cambridge History of Chinese Literature, Volume 2. Cambridge University Press. ISBN 0-521-11677-5, ISBN 978-0-521-11677-0. pg 441.
- ^ South China morning post. 29 March 2011. Hong Kong played a key role in the life of Sun Yat-sen.
- ^ Lum, Yansheng Ma. Lum, Raymond Mun Kong. [1999] (1999). Sun Yat-sen in Hawaii: Activities and Supporters. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-2179-3, ISBN 978-0-8248-2179-1. pg 6–7
- ^ Curthoys, Ann. Lake, Marilyn. [2005] (2005). Connected Worlds: History in Transnational Perspective. ANU Publishing. ISBN 1-920942-44-0, ISBN 978-1-920942-44-1. pg 101.
- ^ Platt, Stephen R. [2007] (2007). Provincial Patriots: The Hunanese and Modern China. Harvard University Press. ISBN 0-674-02665-9, ISBN 978-0-674-02665-0. pg 128.
- ^ Goossaert, Vincent. Palmer, David A. [2011] (2011). The Religious Question in Modern China. University of Chicago Press. ISBN 0-226-30416-7, ISBN 978-0-226-30416-8.
- ^ a b c Wang, Ke-wen. [1998] (1998). Modern China: An Encyclopedia of History, Culture, and Nationalism. Taylor & Francis Publishing. ISBN 0-8153-0720-9, ISBN 978-0-8153-0720-4. pg 287.
- ^ 中国人民大学. 书报资料中心. [1982] (1982). 中国近代史, Issues 1–6. 中国人民大学书报资料社 publishing. University of California Press.
- ^ Chen, Lifu. Chang, Hsu-hsin. Myers, Ramon Hawley. [1994] (1994). The Storm Clouds Clear Over China: The Memoir of Chʻen Li-fu, 1900–1993. Hoover Press. ISBN 0-8179-9272-3, ISBN 978-0-8179-9272-9.
- ^ João de Pina-Cabral. [2002] (2002). Between China and Europe: Person, Culture and Emotion in Macao. Berg Publishing. ISBN 0-8264-5749-5, ISBN 978-0-8264-5749-3. pg 209.
- ^ 陳民, 中國社會科學院. 中華民國史研究室. [1981] (1981). 中國致公黨. 文史資料出版社. Digitized University of California 10 December 2007.
- ^ Etō, Shinkichi. Schiffrin, Harold Z. [2008] (2008). China's Republican Revolution. University of Tokyo Press. Digitized 10 September 2008. ISBN 4-13-027030-3, ISBN 978-4-13-027030-4.
- ^ Wong, Wendy Siuyi. [2002] (2001) Hong Kong Comics: A History of Manhua. Princeton Architectural Press. New York. ISBN 1-56898-269-0
- ^ 为君丘, 張運宗. [2003] (2003). 走入近代中國. 五南圖書出版股份有限公司. ISBN 957-11-3175-X, 9789571131757.
- ^ 蔣緯國. [1981] (1981). 建立民國, Volume 2. 國民革命戰史: 第1部. 黎明文化事業公司. University of California. Digitized 14 February 2011.
- ^ 饒懷民. [2006] (2006). 辛亥革命與清末民初社會/中國近代史事論叢. 中華書局 publishing. ISBN 7-101-05156-1, ISBN 978-7-101-05156-8.
- ^ a b Wang, Ke-wen. [1998] (1998). Modern China: An Encyclopedia of History, Culture, and Nationalism. Taylor & Francis Publishing. ISBN 0-8153-0720-9, ISBN 978-0-8153-0720-4. pp. 390–391.
- ^ a b 張豈之, 陳振江, 江沛. [2002] (2002). 晚淸民國史. Volume 5 of 中國歷史, 張 豈之. 五南圖書出版股份有限公司. ISBN 957-11-2898-8, ISBN 978-957-11-2898-6. pg 178–186
- ^ 蔡登山. 繁華落盡──洋場才子與小報文人. 秀威資訊科技股份有限公司. ISBN 986-221-826-6, ISBN 978-986-221-826-6. pg 42.
- ^ Scalapino, Robert A. and George T. Yu (1961). The Chinese Anarchist Movement. Berkeley: Center for Chinese Studies, Institute of International Studies, University of California. At The Anarchist Library (Free Download). The online version is unpaginated.
- ^ 計秋楓, 朱慶葆. [2001] (2001). 中國近代史, V. 1. Chinese University Press. ISBN 962-201-987-0, ISBN 978-962-201-987-4. pg 468.
- ^ 楊碧玉. 洪秀全政治人格之研究. 秀威資訊科技股份有限公司 Publishing. ISBN 986-221-141-5, ISBN 978-986-221-141-0.
- ^ Crossley, Pamela Kyle. [1991] (1991). Orphan Warriors: Three Manchu Generations and the End of the Qing World. Princeton University Press. ISBN 0-691-00877-9, ISBN 978-0-691-00877-6. pg180-181.
- ^ Lee, Khoon Choy Lee. [2005] (2005). Pioneers of Modern China: Understanding the Inscrutable Chinese. World Scientific. ISBN 981-256-618-X, 9789812566188.
- ^ a b c Gao, James Zheng. [2009] (2009). Historical Dictionary of Modern China (1800–1949). Issue 25 of "Historical Dictionaries of Ancient Civilizations and Historical Eras". Scarecrow Press. ISBN 0-8108-4930-5, ISBN 978-0-8108-4930-3. pg 156. pg 29.
- ^ a b c d e Fenby, Jonathan. [2008] (2008). The History of Modern China: The Fall and Rise of a Great Power. ISBN 978-0-7139-9832-0. pg 96. pg 106.
- ^ Fenby, Jonathan. [2008] (2008). The History of Modern China: The Fall and Rise of a Great Power. ISBN 978-0-7139-9832-0. pg 109.
- ^ Complete works of Sun Yat-sen 《總理全集》 First edition, page 920
- ^ Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928. University of Washington Press. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. pg21.
- ^ Wang, Ke-wen. [1998] (1998). Modern China: An Encyclopedia of History, Culture, and Nationalism. Taylor & Francis Publishing. ISBN 0-8153-0720-9, ISBN 978-0-8153-0720-4. Pg 76.
- ^ Kaplan, Lawrence M. (2010). Homer Lea American Soldier of Fortune. Lexington: University Press of Kentucky. ISBN 978-0813126173.
- ^ a b Lau, Kit-ching Chan. [1990] (1990). China, Britain and Hong Kong, 1895–1945. Chinese University Press. ISBN 962-201-409-7, ISBN 978-962-201-409-1. p. 37.
- ^ Borst-Smith, Ernest F. (1912). Caught in the Chinese Revolution. T Fisher Unwin.
- ^ Jay Robert Nash (1997-10-28). Spies: A Narrative Encyclopedia of Dirty Tricks and Double Dealing from Biblical Times to Today. M. Evans. hlm. 99–. ISBN 978-1-4617-4770-3.
- ^ Marie-Claire Bergère; Janet Lloyd (1998). Sun Yat-sen. Stanford University Press. hlm. 132–. ISBN 978-0-8047-4011-1.
- ^ Gerald Horne (November 2005). Race War!: White Supremacy and the Japanese Attack on the British Empire. NYU Press. hlm. 252–. ISBN 978-0-8147-3641-8.
- ^ Dooeum Chung (2000). Élitist fascism: Chiang Kaishek's Blueshirts in 1930s China. Ashgate. hlm. 61. ISBN 978-0-7546-1166-0.
- ^ Dooeum Chung (1997). A re-evaluation of Chiang Kaishek's blueshirts: Chinese fascism in the 1930s. University of London. hlm. 78.
- ^ Rodney Carlisle (2015-03-26). Encyclopedia of Intelligence and Counterintelligence. Routledge. hlm. 71–. ISBN 978-1-317-47177-6.
- ^ Spence, Jonathan D. [1990] (1990). The Search for Modern China. W. W. Norton & Company Publishing. ISBN 0-393-30780-8, ISBN 978-0-393-30780-1. pp. 250–256.
- ^ a b 計秋楓, 朱慶葆. [2001] (2001). 中國近代史, Volume 1. Chinese University Press. ISBN 962-201-987-0, ISBN 978-962-201-987-4. p. 464.
- ^ a b South China morning post. 6 April 2011. Waiting may be over at grave of an unsung hero.
- ^ a b Wang, Ke-wen. [1998] (1998). Modern China: an encyclopedia of history, culture, and nationalism. Taylor & Francis Publishing. ISBN 0-8153-0720-9, ISBN 978-0-8153-0720-4. p. 424.
- ^ Gao, James Zheng. [2009] (2009). Historical dictionary of modern China (1800–1949). Scarecrow Press. ISBN 0-8108-4930-5, ISBN 978-0-8108-4930-3. Chronology section.
- ^ 陳錫祺. [1991] (1991). 孫中山年谱長編 volume 1. 中华书局. ISBN 7-101-00685-X, ISBN 9787101006858.
- ^ 申友良. [2002] (2002). 报王黃世仲. 中囯社会科学出版社 publishing. ISBN 7-5004-3309-3, ISBN 978-7-5004-3309-5.
- ^ Joan Judge. [1996] (1996). Print and politics: 'Shibao' and the culture of reform in late Qing China. Stanford University Press. ISBN 0-8047-2741-4, ISBN 978-0-8047-2741-9. p. 214.
- ^ 清宮藏辛亥革命檔案公佈 清廷密追孫中山(圖)-新聞中心_中華網. China.com (dalam bahasa Tionghoa). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-07. Diakses tanggal 2011-10-16.
- ^ a b c 張家鳳. [2010] (2010). 中山先生與國際人士. Volume 1. 秀威資訊科技股份有限公司. ISBN 986-221-510-0, ISBN 978-986-221-510-4. p. 195.
- ^ "宝鸡新闻网——荟集宝鸡新闻". Baojinews.com. 27 May 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-07. Diakses tanggal 2011-10-16.
- ^ 張豈之, 陳振江, 江沛. [2002] (2002). 晚淸民國史. Volume 5 of 中國歷史. 五南圖書出版股份有限公司 publishing. ISBN 957-11-2898-8, ISBN 978-957-11-2898-6. p. 177.
- ^ a b 中国二十世紀通鉴编辑委员会. [2002] (2002). 中国二十世紀通鉴, 1901–2000, Volume 1. 线装書局.
- ^ a b c Lu Xun. Nadolny, Kevin John. [2009] (2009). Capturing Chinese: Short Stories from Lu Xun's Nahan. Capturing Chinese publishing. ISBN 0-9842762-0-3, ISBN 978-0-9842762-0-2. p. 51.
- ^ 鄭連根. [2009] (2009). 故紙眉批── 一個傳媒人的讀史心得. 秀威資訊科技股份有限公司 publishing. ISBN 986-221-190-3, ISBN 978-986-221-190-8. p. 135.
- ^ a b c 辛亥革命武昌起義紀念館. [1991] (1991). 辛亥革命史地圖集. 中國地圖出版社 publishing.
- ^ 中華民國史硏究室. [1986] (1986). 中華民國史資料叢稿: 譯稿. Volumes 1–2 of 中華民國史資料叢稿. published by 中華書局.
- ^ Yan, Qinghuang. [2008] (2008). The Chinese in Southeast Asia and Beyond: Socioeconomic and Political Dimensions. World Scientific Publishing. ISBN 981-279-047-0, ISBN 978-981-279-047-7. pp. 182–187.
- ^ 廣西壯族自治區地方誌編纂委員會. [1994] (1994). 廣西通志: 軍事志. 廣西人民出版社 publishing. Digitized University of Michigan. 26 October 2009.
- ^ 中国百科年鉴. [1982] (1982). 中国大百科全书出版社. University of California. Digitized 18 December 2008.
- ^ 汪贵胜, 许祖范. Compiled by 程必定. [1989] (1989). 安徽近代经济史. 黄山书社. Digitized by the University of Michigan. 31 October 2007.
- ^ 张新民. [1993] (1993). 中国人权辞书. 海南出版社 publishing. Digitized by University of Michigan. 9 October 2009.
- ^ a b 王恆偉. (2005) (2006) 中國歷史講堂 No. 5 清. 中華書局. ISBN 962-8885-28-6. p 195-198.
- ^ a b Langmead, Donald. [2011] (2011). Maya Lin: A Biography. ABC-CLIO Publishing. ISBN 0-313-37853-3, ISBN 978-0-313-37853-9. pp. 5–6.
- ^ "Lin Jue Min's "Letter of Farewell to My Wife" — My translation". 15 November 2009.
- ^ Reilly, Thomas. [1997] (1997). Science and Football III, Volume 3. Taylor & Francis publishing. ISBN 0-419-22160-3, ISBN 978-0-419-22160-9. pp. 105–106, 277–278.
- ^ Robert H. Felsing (1979). The heritage of Han: the Gelaohui and the 1911 revolution in Sichuan. University of Iowa. hlm. 156. Diakses tanggal 2012-03-02.
The railway company's chief officer at Yichang was no longer listening to company directives and had turned company accounts over to Duanfang, Superintendent of the Chuan Han and Yue Han railroads. The situation of the Sichuanese
- ^ a b 王恆偉. (2005) (2006) 中國歷史講堂 No. 6 民國. 中華書局. ISBN 962-8885-29-4. pp. 3–7.
- ^ a b c d 戴逸, 龔書鐸. [2002] (2003) 中國通史. 清. Intelligence Press. ISBN 962-8792-89-X. pp. 86–89.
- ^ a b c d e 张创新. [2005] (2005). 中国政治制度史. 2nd Edition. Tsinghua University Press. ISBN 7-302-10146-9, ISBN 978-7-302-10146-8. p. 377.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n "武昌起義之後各省響應與國際調停 _新華網湖北頻道". xinhuanet.com. Diakses tanggal 2011-10-16.
- ^ Backhouse, Sir Edmund; Otway, John; Bland, Percy (1914). Annals & Memoirs of the Court of Peking: (from the 16th to the 20th Century) (edisi ke-reprint). Houghton Mifflin. hlm. 209.
- ^ The Atlantic, Volume 112. Atlantic Monthly Company. 1913. hlm. 779.
- ^ The Atlantic Monthly, Volume 112. Atlantic Monthly Company. 1913. hlm. 779.
- ^ a b Jonathan Neaman Lipman (2004). Familiar Strangers: A History of Muslims in Northwest China. Seattle: University of Washington Press. hlm. 170. ISBN 978-0-295-97644-0. Diakses tanggal 28 June 2010.
- ^ a b Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928. University of Washington publishing. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. pg 192.
- ^ Edward J. M. Rhoads (2000). Manchus and Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928. University of Washington. hlm. 190. ISBN 9780295980409.
- ^ Rhoads, Edward J. M. (2000). Manchus and Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928 (edisi ke-illustrated, reprint). University of Washington Press. hlm. 192. ISBN 0295980400.
- ^ Rhoads, Edward J. M. (2000). Manchus and Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928 (edisi ke-illustrated, reprint). University of Washington Press. hlm. 193. ISBN 0295980400.
- ^ Fitzgerald, Charles Patrick; Kotker, Norman (1969). Kotker, Norman, ed. The Horizon history of China (edisi ke-illustrated). American Heritage Pub. Co. hlm. 365.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n 伍立杨. [2011] (2011). 中国1911 (辛亥年). ISBN 978-7-5313-3869-7, ISBN 7-5313-3869-6. Chapter 连锁反应 各省独立.
- ^ 蒋顺兴, 李良玉. [1990] (1990). 山西王阎锡山/中华民国史丛书. Edition reprint. 河南人民出版社, 1990.
- ^ Remote Homeland, Recovered Borderland: Manchus, Manchoukuo, and Manchuria, 1907-1985. hlm. 102.
- ^ "山西辛亥革命官僚階層——巡撫陸鍾琦之死_辛亥革命前奏_辛亥革命网". Big5.xhgmw.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-05. Diakses tanggal 2011-10-16.
- ^ 中共湖南省委員會. [1981] (1981). 新湘評論, Issues 7–12. 新湘評論雜誌社.
- ^ ""四大家族"后人:蒋家凋零落寞 宋、孔、陈家低调". Chinanews.com.cn. Diakses tanggal 2011-10-16.
- ^ 张玉法, 中央硏究院. 近代史硏究所. [1985] (1985). 民国初年的政党. 中央硏究院近代史硏究所 Publishing.
- ^ "辛亥百年蘇州光復 一根竹竿挑瓦革命". Big5.xinhuanet.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-21. Diakses tanggal 2011-10-16.
- ^ a b c d Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928. University of Washington Press. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. pg 194.
- ^ "辛亥革命大事記_時政頻道_新華網". Big5.xinhuanet.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-21. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ http://www.xinhai.org/shi/191107129.htm
- ^ 國立臺灣師範大學. 歷史學系. [2003] (2003). Bulletin of historical research, Issue 31. 國立臺灣師範大學歷史學系 publishing.
- ^ Lary, Diana. [2010] (2010). Warlord Soldiers: Chinese Common Soldiers 1911–1937. Cambridge University Press. ISBN 0-521-13629-6, ISBN 978-0-521-13629-7. pg 64.
- ^ Howard L. Boorman; Richard C. Howard; Joseph K. H. Cheng (1967). Biographical Dictionary of Republican China. Columbia University Press. hlm. 51–. ISBN 978-0-231-08957-9.
- ^ a b c 国祁李. [1990] (1990). 民国史论集, Volume 2. 南天書局 publishing.
- ^ [1979] (1979). 傳記文學, Volume 34. 傳記文學雜誌社 Publishing. University of Wisconsin – Madison. Digitized 11 April 2011.
- ^ 鄧之誠. [1983] (1983). 中華二千年史, Volume 5, Part 3, Issue 1. 中華書局. ISBN 7-101-00390-7, ISBN 978-7-101-00390-1.
- ^ 广东省中山图书馆. [2002] (2002). 民国广东大事记. 羊城晚报出版社 Publishing. ISBN 7-80651-206-3, ISBN 978-7-80651-206-7.
- ^ a b 徐博东, 黄志萍. [1987] (1987). 丘逢甲傳. 秀威資訊科技股份有限公司 publishing. ISBN 986-221-636-0, ISBN 978-986-221-636-1. pg 175.
- ^ 居正, 羅福惠, 蕭怡. [1989] (1989). 居正文集, Volume 1. 華中師範大學出版社 publishing. Digitized by University of California. 15 December 2008.
- ^ Travels of a Consular Officer in North-West China. CUP Archive. hlm. 188. Diakses tanggal 28 June 2010.
- ^ Jonathan Neaman Lipman (2004). Familiar Strangers: A History of Muslims in Northwest China. Seattle: University of Washington Press. hlm. 182, 183. ISBN 978-0-295-97644-0. Diakses tanggal 28 June 2010.
- ^ 粟戡时, 同明, 志盛, 雪云. [1981] (1981). 湖南反正追记. 湖南人民出版社.
- ^ 辛亥革命史地圖集. [1991] (1991). 辛亥革命武昌起義紀念館. 中國地圖出版社.
- ^ 中國地圖出版社. [1991] (1991). 辛亥革命史地圖集. 中國地圖出版社 publishing.
- ^ a b Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928. University of Washington Publishing. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. pg 198.
- ^ a b Blondeau, Anne-Marie. Buffetrille, Katia. Jing, Wei. [2008] (2008). Authenticating Tibet: Answers to China's 100 Questions. University of California Press. ISBN 0-520-24464-8, ISBN 978-0-520-24464-1. pg 230.
- ^ Grunfeld, A. Tom. [1996] (1996). The Making of Modern Tibet Edition 2. M.E. Sharpe Publishing. ISBN 1-56324-714-3, ISBN 978-1-56324-714-9. pg 63.
- ^ Rong, Ma. [2010] (2010). Population and Society in Tibet. Hong Kong University Press. ISBN 962-209-202-0, ISBN 978-962-209-202-0. pg 48.
- ^ a b c Mayhew, Bradley and Michael Kohn. (2005). Tibet, p. 32. Lonely Planet Publications. ISBN 1-74059-523-8.
- ^ a b Onon, Urgunge Onon. Pritchatt, Derrick. [1989] (1989). Asia's first modern revolution: Mongolia proclaims its independence in 1911. BRILL Publishing. ISBN 90-04-08390-1, ISBN 978-90-04-08390-5. pg 38–40, 79.
- ^ Uradyn Erden Bulag. Hildegard Diemberger. International Association for Tibetan Studies. Seminar, Uradyn Erden Bulag. Brill's Tibetan studies library. [2007] (2007). "The Mongolia-Tibet interface: opening new research terrains in Inner Asia": PIATS 2003: Tibetan studies: Proceedings of the Tenth Seminar of the International Association for Tibetan Studies. BRILL Publishing. ISBN 90-04-15521-X, ISBN 9789004155213.
- ^ Zhao, Suisheng. [2004] (2004). Chinese foreign policy: pragmatism and strategic behavior. M.E. Sharpe publishing. ISBN 0-7656-1284-4, ISBN 978-0-7656-1284-7. pg 207.
- ^ a b 中央研究院. [1993] (1993). 近代中國歷史人物論文集. 中央研究院近代史研究所. ISBN 957-671-150-9, ISBN 978-957-671-150-3.
- ^ a b c "新疆伊犁辛亥革命打破清王朝西遷夢". Hkcna.hk. Diakses tanggal 2011-10-23.
- ^ a b c Millward, James A. [2007] (2007). Eurasian crossroads: a history of Xinjiang. Columbia University Press ISBN 0-231-13924-1 pg 168, 440.
- ^ Andrew D. W. Forbes (1986). Warlords and Muslims in Chinese Central Asia: a political history of Republican Sinkiang 1911–1949. Cambridge, England: CUP Archive. hlm. 376. ISBN 978-0-521-25514-1. Diakses tanggal 28 June 2010.
- ^ [1981] (2007). Daily report: People's Republic of China, Issues 200–210. National Technical Information Service publishing. Digitized 2 March 2007 by University of Michigan. pg 50.
- ^ "人民網-寶島英雄譜-苗栗事件:台灣光復先驅羅福星". Tw.people.com.cn. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-11. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ a b Dell'Orto, Alessandro. [2002] (2002). Place and spirit in Taiwan: Tudi Gong in the stories, strategies, and memories of everyday life. Psychology Press. ISBN 0-7007-1568-1, ISBN 978-0-7007-1568-8. pg 39.
- ^ Katz, Paul R. Rubinstein, Murray A. [2003] (2003). Religion and the formation of Taiwanese identities. Palgrave Macmillan Publishing. ISBN 0-312-23969-6, ISBN 978-0-312-23969-5. pg 56.
- ^ Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus and Han: ethnic relations and political power in late Qing and early republican China, 1861–1928. University of Washington Press. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. pg 183.
- ^ Tung, William L. [1968] (1968). The political institutions of modern China. Springer Publishing. ISBN 90-247-0552-5, ISBN 978-90-247-0552-8. pg 18.
- ^ a b c d Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus & Han: ethnic relations and political power in late Qing and early republican China, 1861–1928. University of Washington publishing. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. pg 228.
- ^ Pomerantz-Zhang, Linda. [1992] (1992). Wu Tingfang (1842–1922): reform and modernization in modern Chinese history. Hong Kong University Press. ISBN 962-209-287-X, 9789622092877. pg 207- 209.
- ^ K. S. Liew. [1971] (1971). Struggle for democracy: Sung Chiao-jen and the 1911 Chinese revolution. University of California Press. ISBN 0-520-01760-9, ISBN 978-0-520-01760-3. pg 131–136.
- ^ Wu Yuzhang. [2001] (2001). Recollections of the Revolution of 1911: A Great Democratic Revolution of China. The Minerva Group Publishing. ISBN 0-89875-531-X, 9780898755312. pg 132.
- ^ a b c d 李雲漢. [1996] (1996). 中國近代史. 三民書局 publishing. ISBN 957-14-0669-4, ISBN 978-957-14-0669-5.
- ^ 中央硏究院近代史硏究所. [1971] (1971). 中央硏究院近代史硏究所集刊, Volume 2. Digitized on 2 August 2007 from the University of California.
- ^ 存萃學社. 周康燮. [1971] (1971). 辛亥革命研究論集: 1895–1929, Volume 1. 崇文書店 publishing. Digitized on 16 August 2007 by University of Michigan.
- ^ Feng, Youlan Feng. Mair, Denis C. [2000] (2000). The hall of three pines: an account of my life. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-2220-X, 9780824822200. pg 45.
- ^ Lane, Roger deWardt. [2008] (2008). Encyclopedia Small Silver Coins. ISBN 0-615-24479-3, ISBN 978-0-615-24479-2.
- ^ a b Welland, Sasah Su-ling. [2007] (2007). A Thousand miles of dreams: The journeys of two Chinese sisters. Rowman Littlefield Publishing. ISBN 0-7425-5314-0, ISBN 978-0-7425-5314-9. pg 87.
- ^ Yu Weichao Yu. [1997] (1997). A Journey into China's Antiquity: Yuan Dynasty, Ming Dynasty, Qing Dynasty. Volume 4. Morning Glory Publishers. ISBN 7-5054-0514-4, ISBN 978-7-5054-0514-1.
- ^ a b c Fitzgerald, John. [1998] (1998). Awakening China: Politics, Culture, and Class in the Nationalist Revolution. Stanford University Press. ISBN 0-8047-3337-6, ISBN 978-0-8047-3337-3. pg 180.
- ^ a b 劉煒. 陳萬雄. 張債儀. [2002] (2002) Chinese civilization in a new light 中華文明傳真#10 清. Commercial press publishing company. ISBN 962-07-5316-X. pg 92–93
- ^ Hsiao-ting Lin. [2010] (2010). Modern China's ethnic frontiers: a journey to the west. Taylor & Francis. ISBN 0-415-58264-4, ISBN 978-0-415-58264-3. pg 7.
- ^ a b 邵建. [2008] (2008). 胡適前傳. 秀威資訊科技股份有限公司 publishing. ISBN 986-221-008-7, ISBN 978-986-221-008-6. pg 236.
- ^ Boorman, Howard L. Howard, Richard C. Cheng, Joseph K. H. [1970] (1970). Biographical dictionary of Republican China, V. 3. Columbia University Press. ISBN 0-231-08957-0, ISBN 978-0-231-08957-9.
- ^ a b c d (Chinese) 胡绳武 "民国元年定都之争" 民国档案 p.1 Diarsipkan 6 June 2012 di Wayback Machine. 2010-12-08
- ^ (Chinese) 胡绳武 "民国元年定都之" 民国档案 p. 2 [https://web.archive.org/web/20120915032733/http://www.xinhai.org/yanjiu/191101189_2.htm Diarsipkan 15 September 2012 di Wayback Machine. 2010-12-08
- ^ (Chinese) 胡绳武 "民国元年定都之争" 民国档案 p. 3 Diarsipkan 15 September 2012 di Wayback Machine. 2010-12-08
- ^ a b c (Chinese) 胡绳武 "民国元年定都之争" 民国档案 p. 4 Diarsipkan 15 September 2012 di Wayback Machine. 2010-12-08
- ^ (Chinese) 胡绳武 "民国元年定都之争" 民国档案 p. 2 Diarsipkan 15 September 2012 di Wayback Machine. 2010-12-08
- ^ Fu, Zhengyuan. [1993] (1993). Autocratic tradition and Chinese politics: Zhengyuan Fu. Cambridge University Press. ISBN 0-521-44228-1, ISBN 978-0-521-44228-2. pg 154.
- ^ Hsueh, Chun-tu. Xue, Jundu. [1961] (1961). Huang Hsing and the Chinese revolution. Stanford University Press. ISBN 0-8047-0031-1, ISBN 978-0-8047-0031-3.
- ^ Fu, Zhengyuan. [1993] (1993). Autocratic tradition and Chinese politics. Cambridge University Press. ISBN 0-521-44228-1, ISBN 978-0-521-44228-2. pp 153–154.
- ^ Eiko Woodhouse (2 August 2004). The Chinese Hsinhai Revolution: G. E. Morrison and Anglo-Japanese Relations, 1897–1920. Routledge. hlm. 113–. ISBN 978-1-134-35242-5.
- ^ Jonathan D. Spence (28 October 1982). The Gate of Heavenly Peace: The Chinese and Their Revolution. Penguin Publishing Group. hlm. 84–. ISBN 978-1-101-17372-5.
- ^ Shêng Hu; Danian Liu (1983). The 1911 Revolution: A Retrospective After 70 Years. New World Press. hlm. 55.
- ^ The National Review, China. 1913. hlm. 200.
- ^ Monumenta Serica. H. Vetch. 1967. hlm. 67.
- ^ Percy Horace Braund Kent (1912). The Passing of the Manchus. E. Arnold. hlm. 382–.
- ^ M.A. Aldrich (1 March 2008). The Search for a Vanishing Beijing: A Guide to China's Capital Through the Ages. Hong Kong University Press. hlm. 176–. ISBN 978-962-209-777-3.
- ^ Modernisation of Chinese Culture: Continuity and Change (edisi ke-revised). Cambridge Scholars Publishing. 2014. hlm. 74. ISBN 978-1443867726.
- ^ "Sun Yatsen and the Xinhai Revolution". Sinica. 13 October 2011. Diakses tanggal 14 March 2017.
- ^ a b Rhoads, Edward J. M. [2000] (2000). Manchus & Han: ethnic relations and political power in late Qing and early republican China, 1861–1928. University of Washington publishing. ISBN 0-295-98040-0, ISBN 978-0-295-98040-9. p. 266.
- ^ Ulrich Theobald (28 September 2011). "Chinese Literature – Man-Qing yeshi 滿淸野史". www.chinaknowledge.de. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ Tanner, Harold M. [2010] (2010). "China: From the Great Qing Empire through the People's Republic of China 1644–2009" Volume 2 of China: A History. Hackett Publishing. ISBN 1-60384-204-7, ISBN 978-1-60384-204-4. pg 123.
- ^ Lague, David (16 March 2007). "China's Manchu speakers struggle to save language". The New York Times. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ Fenby, Jonathan. [2008] (2008). The History of Modern China: The Fall and Rise of a Great Power. ISBN 978-0-7139-9832-0. pg 143.
- ^ a b South China morning post. Sun Yat-sen and the centenary of the Xinhai revolution. 4 July 2010.
- ^ a b Yan, Jiaqi Yan. Hong, David S. K. Mair, Denis C. [1992] (1992). Toward a democratic China: the intellectual autobiography of Yan Jiaqi. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1501-7, ISBN 978-0-8248-1501-1. pg 189, 251.
- ^ Yang, Mayfair Mei-hui. [1994] (1994). Gifts, favors, and banquets: the art of social relationships in China. Cornell University Press. ISBN 0-8014-9592-X, 9780801495922. Pg 146–147.
- ^ Luo, Yadong. [2007] (2007). Guanxi and business. Volume 5 of Asia-Pacific business series. World Scientific. ISBN 981-270-046-3, ISBN 978-981-270-046-9. pg 26.
- ^ Rhoads, Edward J. M. (2000). Manchus and Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861–1928 (edisi ke-illustrated, reprint). University of Washington Press. hlm. 270. ISBN 0295980400.
- ^ 陸韻葭. [2006] (2006). 上海玩全指南. Travelcom press. ISBN 986-7143-13-2, ISBN 978-986-7143-13-6. pg 49.
- ^ a b c d e South China morning post. 29 March 2011. Replacing chairman Mao with Sun Yat-sen.
- ^ Takungpao.com. "1911". Takungpao.com. Diakses tanggal 2011-11-17.[pranala nonaktif permanen]
- ^ 1059 (19 September 2011). "劉少奇談辛亥革命(摘要)-中國共產黨新聞". Dangshi.people.com.cn. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ "王志昆講重慶辛亥革命:為什麼兵不血刃,一次成功_重慶_重慶站_鳳凰網". Big5.ifeng.com. 30 December 2008. Diakses tanggal 2011-11-17.[pranala nonaktif permanen]
- ^ 章, 士釗 (2000) [1962]. "孫、黃遺劄密詮". 章士釗全集. 8. 上海: 文彙出版社. hlm. 341. ISBN 978-7805315430.
- ^ Pomfret, James (27 June 2011). "China's Wen calls for greater democracy, reforms". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-06. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ The Yomiuri Shimbun (14 October 2011). "100 years on, China far from democracy: Editorial: DAILY YOMIURI ONLINE (The Daily Yomiuri)". Yomiuri.co.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-20. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ a b "China grapples with revolutionary past, 100 years on". GEO.tv. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ a b "Democracy Activist Qin Yongmin Released from Prison after 12-Year Sentence | Human Rights in China 中国人权". Hrichina.org. 29 November 2010. Diakses tanggal 2011-11-17.
- ^ "China grapples with revolutionary past, 100 years on". The West Australian. Au.news.yahoo.com. 9 October 2011. Diakses tanggal 2011-11-17.