Kelompok etnik di Indonesia

gambaran umum mengenai berbagai kelompok etnik di Indonesia
Revisi sejak 8 Agustus 2021 10.39 oleh Fdlptra (bicara | kontrib)

Ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia,[1] atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010.[2][3]

Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 40-42% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara[4] bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Batak adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini.[5]

Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Sebagian besar bahasa daerah masuk dalam golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian sejumlah besar suku di Papua tergolong dalam rumpun bahasa Papua atau Melanesia.

Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi; sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sedangkan rata-rata pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah subetnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula suku Baduy dan suku Banten yang sebagian besar pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.

Statistik

2010

Proporsi populasi jumlah suku bangsa di Indonesia menurut sensus 2010 sebagai berikut: [6]

Suku Bangsa Populasi (juta) Persentasi Kawasan utama
Suku Jawa ± 100 41 Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian Jawa Barat & Banten
Suku Sunda 45 18,94 Jawa Barat & Banten
Suku Melayu 11,5 4,84 Sumatra & Kalimantan
Suku Batak 7,4 3,12 Sumatra Utara
Suku Madura 7,2 3,03 Madura, Jawa Timur
Suku Betawi 6,9 2,91 DKI Jakarta dan sekitarnya
Suku Minangkabau 6,6 2,78 Sumatera Barat
Suku Bugis 6,4 2,70 Sulawesi Selatan
Suku Tionghoa 5,0 2,10 tersebar di wilayah perkotaan besar terutama di: Jakarta, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bangka Belitung Medan, dll
Suku Banjar 4,2 1,78 Kalimantan Selatan
Suku Bali 4,0 1,69 Bali
Suku Aceh 3,5 1,48 Pulau Bali
Suku Sasak 3,3 1,39 Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat
Suku Dayak 3,1 1,31 Pulau Kalimantan
Suku Arab[7] 3,0 1,27 Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi
Suku Makassar 2,8 1,18 Makassar dan sekitarnya provinsi Sulawesi Selatan
Suku Lampung 2,3 0,97 Lampung
Suku Minahasa 1,4 0,59 Sulawesi Utara
Suku Karo 1,2 0,51 Kabupaten Karo & sekitarnya provinsi Sumatera Utara
Suku Nias 1,1 0,47 Nias, Sumatra Utara

Kelompok kecil

Berbagai kawasan di Indonesia memiliki suku asli atau suku pribumi yang menghuni tanah leluhurnya sejak dahulu kala. Akan tetapi karena arus perpindahan penduduk yang didorong budaya merantau, atau program transmigrasi yang digalakkan pemerintah, banyak tempat di Indonesia dihuni oleh suku bangsa pendatang yang tinggal di luar kawasan tradisional sukunya.

Beberapa suku bangsa menurut pulau

Kelompok suku bangsa pada masa Hindia Belanda

Sejumlah kecil orang India, Arab, dan Tionghoa telah datang dan menghuni beberapa tempat di Nusantara sejak dahulu kala pada zaman kerajaan kuno. Akan tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah kelompok suku bangsa pendatang yang terutama tinggal di perkotaan dan terbentuk pada masa kolonial Hindia Belanda, yaitu digolongkan dalam kelompok Timur Asing; seperti keturunan Tionghoa/Orang Peranakan, Arab, Pakistan dan India; serta golongan Orang Indo/Peranakan atau Eurasia yaitu orang Indonesia keturunan Eropa. Warga keturunan Indo kolonial semakin berkurang di Indonesia akibat Perang Dunia II dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Kebanyakan beremigrasi atau repatriasi ke luar negeri seperti ke Belanda atau negara lain.

Suku bangsa pendatang

  • Tionghoa & Orang Peranakan – Etnik asing paling signifikan di Indonesia adalah etnik ini. Orang Tionghoa atau biasa juga disebut Cindo/Chindo atau 'Cina Indo' (Chinese Indonesia) sudah menghuni Indonesia sejak abad ke-15 dengan gelombang signifikan pada abad ke-18 dan ke-19 dengan jalur kegiatan perniagaan yang kemudian berpengaruh besar pada kegiatan perdagangan dan perekonomian di Indonesia. Sebagian besar orang Tionghoa terkonsentrasi dalam suatu wilayah yang bernama 'Pecinan' (Chinatown) di beberapa provinsi di Indonesia seperti Jakarta, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat. Orang Tionghoa yang memiliki campuran darah Indonesia atau campuran negara lain biasa disebut Orang Peranakan.
  • Arab – Secara historis, kedatangan bangsa Arab di Indonesia untuk menyebarkan agama Islam. Banyak yang berasimilasi dengan etnis lokal seperti Betawi, Melayu, Aceh, Madura, Minangkabau, Jawa, Sunda, Banjar, Bugis, Makassar, dll: namun, beberapa kota di Indonesia memiliki populasi Arab yang signifikan yang melestarikan budaya dan identitas mereka, disebut dengan 'Kampung Arab'. Daerah ini tersebar di seluruh kota-kota di Indonesia, jumlah yang signifikan dapat ditemukan di Banda Aceh, Padang, Medan, Jakarta, Banten, Bogor, Semarang, Surabaya, Gresik, Banyuwangi, dan banyak kota-kota pesisir lainnya di Indonesia.
  • India (India-Indonesia)Orang India juga sudah menetap di Indonesia (utamanya Tamil, Hindi dan Bengali): namun, tidak sebesar orang Tionghoa dan Arab. Suku ini terkonsentrasi di pusat-pusat kota dengan jumlah yang signifikan, seperti Pasar Baru di Jakarta dan Kampung Keling (sekarang Kampung Madras) di Medan. Daerah signifikan India ini dinamakan 'Little India' .
  • Orang Indo/Peranakan (European-Indonesia) – Dari leluhur campuran antara etnik di Indonesia dengan keturunan Eropa/Eropa-Indonesia yakni keturunan Belanda & Portugis (utamanya Belanda), mereka muncul selama periode Hindia-Belanda. Mereka umumnya juga disebut "Peranakan", umumnya Orang Eropa-Indonesia yang disebut Peranakan adalah Orang Eropa yang berdarah campuran Indonesia ataupun negara lain, biasanya yang murni Eropa akan disebut Orang Indo/Eropa-Indonesia (Keturunan Bule) Selama masa kolonial, jumlah mereka lebih besar, tetapi sejak kemerdekaan Indonesia, sebagian besar dari mereka memilih pergi ke Belanda. Orang Indo berkurang jumlahnya sebagai kelompok etnis sejak emigrasi besar dari Indonesia setelah Perang Dunia II. Orang keturunan Eropa lainnya pun seringkali dianggap sebagai Orang Indo/Eropa-Indonesia (Orang Indonesia keturunan Eropa) yang umumnya berketurunan Belanda dan Portugis.
  • Pakistani/Punjab – Etnis ini dikenal juga dengan sebutan Khoja, Koja, Kujo, dan Tambol. Mereka umumnya berasal dari Suku Punjab/Punjabi. Orang Koja umumnya berasal dari daerah Cutch, Kathiawar, Gujarat, India yang beragama Islam, juga berasal dari daerah-daerah di Pakistan. Tetapi mereka lebih memilih Pakistan daripada India karena faktor agama. Mereka berasal dari kasta Ksatria. Pada mulanya, bangsa Pakistan pergi ke Indonesia untuk keperluan berdagang dan menyebarkan agama Islam, tetapi lama-kelamaan justru betah dan memilih tinggal dan berkeluarga di Indonesia. Di Indonesia daerah signifikan orang keturunan Pakistan dinamakan 'Pekojan'.
  • Jepang/Jepang-Indonesia – Orang Jepang telah bermigrasi ke Indonesia sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda; namun, setelah kekalahan mereka dalam Perang Dunia II, jumlah mereka menurun, meninggalkan sejumlah kecil mantan tentara Jepang yang masih tinggal di Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia. Perkembangan penduduk Jepang baru-baru ini di Indonesia didorong oleh peningkatan bisnis dan investasi Jepang di Indonesia sejak tahun 1970-an dan sebagian besar adalah ekspatriat yang masih mempertahankan kewarganegaraan Jepang mereka. Sejumlah besar ekspatriat Jepang tinggal di Indonesia, terutama di Jakarta dan Bali.
  • Korea/Korea-Indonesia – Keberadaan warga Korea di Indonesia sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Ada salah satu tokoh utama gerakan kemerdekaan Indonesia, ialah Komarudin (nama Korea: Yang Chil-seong; Korea: 양 칠성; Hanja: 楊 七 性) yang beretnis Korea. Namun, mereka adalah kelompok etnik terbaru di Indonesia. Sebagian besar didorong oleh peningkatan bisnis dan investasi Korea di Indonesia dan sebagian besar adalah ekspatriat yang masih mempertahankan kewarganegaraan Korea mereka. Etnik Korea terkonsentrasi dalam satu wilayah yang bernama 'Koreatown' di beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kuoni - Far East, A world of difference. Page 88. Published 1999 by Kuoni Travel & JPM Publications
  2. ^ Na'im, Akhsan; Syaputra, Hendry (2010). "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (PDF). Badan Pusat Statistik (BPS). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 23 September 2015. Diakses tanggal 23 September 2015. 
  3. ^ "Mengulik Data Suku di Indonesia". Badan Pusat Statistik. 18 November 2015. Diakses tanggal 1 Januari 2021. 
  4. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  5. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175. 
  6. ^ Akhsin Naim,Hendri (2011). Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. ISBN 9789790644175. 
  7. ^ Dikutip dari pernyataan Menteri Agama Said Agil Al Munawar dalam seminar internasional Warisan Budaya Arab di Indonesia: Percampuran Budaya Indonesia - Hadramaut (Yaman) dari artikel "Hadramaut dan Para Kapiten Arab", oleh Alwi Shahab, di muat di Republika, edisi Minggu, 21 Desember 2003.

Pranala luar