Murry

Musikus dan pemain drum Indonesia
Revisi sejak 8 September 2021 13.37 oleh 36.72.74.79 (bicara)

Templat:Infobox artis indonesia

Kasmuri atau Murry (18 Juni 1948 – 1 Februari 2014) adalah salah satu dari empat personel grup musik Koes Plus. Dalam band ini ia terutama memainkan alat musik drum. Selain itu, ia juga kerap mengisi vokal latar dan pada beberapa lagu ia merupakan vokalis utama. Ia adalah satu-satunya anggota Koes Plus yang bertahan paling lama bukan dari keluarga Koeswoyo.

Karier

Patas Band

Murry adalah drummer asal Surabaya anggota dari Band Patas milik Kejaksaan. Band ini mulai dibentuk oleh empat pemuda di Surabaya pada tahun tahun 1964. Mereka adalah Edmond Rumampar sebagai pemain gitar utama, Maxie Mamiri sebagai pemain gitar pengiring, Wempy Tanasale sebagai pemain bass, dan Murry sebagai drummer. Band ini bermain tetap di Kejaksaan. Hal itu mereka lakoni meski dengan taruhan popularitas yang terbatas. Mereka Kemudian hijrah ke ibu kota di awal tahun 1970-an. Di Jakarta perantau dari Kota Buaya ini tinggal serumah, susah senang ditanggung bersama karena belum mempunyai pekerjaan tetap. Selain itu penghasilan sebagai anak band masih sulit didapat. Akhirnya band ini bisa hidup meski dalam keterbatasan dengan tampil di berbagai acara dan kesempatan yang bisa mereka dapatkan.

Di sela waktunya, para anggota band ini kerap mengisi session dengan band-band lain secara perseorangan. Tak terkecuali Murry. Ia kerap membantu banyak backing group Zaenal Combo pimpinan Zaenal Arifin yang banyak menelurkan album lagu-lagu Populer dan Pop Minangkabau. Kepiawaiannya dalam menabuh drum membuat namanya cukup dikenal oleh banyak band di Jakarta saat itu.

Masuk Koes Plus

Murry resmi meninggalkan Band Patas pada tahun 1968. Murry direkomendasikan oleh temannya yang bernama Tommy Darmo kepada Yon Koeswoyo salah seorang personel Koes Bersaudara. Waktu itu Tonny Koeswoyo pimpinan band itu sedang membutuhkan seorang pemain drum untuk menggantikan posisi adiknya Nomo Koeswoyo. Nomo sudah tidak bisa fokus bermusik bersama saudara-saudaranya dalam Koes Bersaudara. Setelah melihat permainan drum Murry, Tonny menunjukkan ketertarikannya karena sesuai dengan harapannya. Pukulannya dinilai Tonny begitu keras dan variatif. Disamping itu Murry juga handal mencipta lagu. Sejak itu ia resmi direkrut oleh Tonny untuk memperkuat bandnya dan ia pun mengundurkan diri dari Band Patas. Keluarnya Murry dari Band Patas, membuat band tersebut bubar dengan sendirinya.

Koes Plus merekam debut mereka di bawah label Melody Records, sebuah album yang berisi antaranya lagu superkeras berjudul Kelelawar. Kasmuri yang kemudian akrab dipanggil Murry, dan Adji Kartono alias Totok AR (bass player perdana Koes Plus) menjadi “Plus” di antara para “Koes”. Totok yang merupakan adik kandung dua gitaris Dara Puspita (Titiek AR dan Lies AR) permainan bassnya begitu mewarnai album Dheg Dheg Plas (1969). Ia mampu mengimbangi pukulan drum Murry.

Namun penjualan album I ini tak seperti yang mereka harapkan. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember, Jawa Timur sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Di sana ia bekerja di pabrik gula sambil bermain band bersama Gombloh dalam grup musik Lemon Tree's Anno '69. Tonny kemudian menyusul Murry ke Jember untuk diajaknya kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI, orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes Plus mulai mendominasi musik Indonesia waktu itu di tangga musik radio.

Pada album Koes Plus volume II pada tahun 1970, Tonny berhasil membujuk kembali adik laki-laki terkecilnya Yok Koeswoyo untuk bergabung dengan Koes Plus. Sejak itu Yok pun resmi bergabung menggantikan posisi yang ditinggalkan oleh Totok AR. Nama Koes Plus mulai dielu-elukan khalayak secara live setelah tampil membawakan lagu Derita serta Manis Dan Sayang dalam acara Jambore Band di Istora Senayan November 1970. Saat itu Koes Plus tampil bersama band Panbers dan beberapa band sohor lainnya. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu ciptaan sendiri berbahasa Indonesia. Sejak itu popularitas Koes Plus seolah tak terbendung dan merajai industri musik Indonesia. Terlebih setelah Koes Plus berpindah ke label Remaco yang dipimpin Eugene Timothy. Koes Plus akhirnya menjadi mesin hits yang terus dipacu tiada henti oleh Remaco.

Murry tetap setia berada dalam Koes Plus meski Totok AR tak lagi memperkuat Koes Plus pada tahun 1970. Bersama Koes Plus, Murry mencipta beberapa lagu Koes Plus yang populer, seperti: Pelangi, Doa Suciku, Bertemu dan Berpisah, Hidup Tanpa Cinta, Semanis Rayuanmu, Kau Bina Hidup Baru, Ayah dan Ibu, Bujangan, Pak Tani (pop bahasa Jawa), Mobil Tua, Cobaan Hidup, Cubit-cubitan, dll. Lagu Pelangi bahkan mampu mengatrol kembali pamor Koes Plus yang sempat mengendur di awal tahun 1974.

Tonny Koeswoyo sendiri pun hampir selalu terlibat memberi backing vocal untuk setiap lagu yang diciptakan Murry. Mungkin ini sebagai bentuk sikap perlakuan istimewa Tony sebagai pimpinan Koes Plus terhadap anggota yang bukan dari keluarga Koeswoyo. Dengan demikian Murry tidak merasa menjadi orang lain dalam Koes Plus. Sebagai pemain drum dia tidak hanya sebagai pelengkap. Permainan drumnya menjadi ciri khas dari lagu-lagu Koes Plus. Mendengarkan lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara akan terasa beda begitu mendengar pukulan drumnya. Kombinasi pukulan drumnya dan permainan keyboard Tonny Koeswoyo, banyak mewarnai intro lagu Koes Plus.

Kevakuman Koes Plus dan Terbentuknya Murry's Group

Pada 1977 Koes Plus sempat vakum. Kejenuhan dan kehabisan ide dalam bermusik terlihat dari penurunan pencapaian hasil penjualan kaset Koes Plus yang terus menurun. Hingga akhirnya produser Remaco tempat mereka bernaung selama masa kejayaannya, mengusulkan agar Koes Bersudara dihidupkan kembali. Hal itu disetujui oleh para personel dari keluarga Koeswoyo. Bergabungnya kembali Nomo Koeswoyo sebagai drummer sekaligus menghidupkan kembali Koes Bersaudara membuat Murry pun harus merelakan kursi drumnya. Album I Koes Bersaudara yang dirilis bertajuk Kembali ternyata juga amat meledak, dan hingga kini bisa dikatakan sebagai lagu wajib para penggemar Koes Plus/Bersaudara.

Murry yang terdepak tidak mau menganggur begitu saja. Ia pun kemudian mendirikan sebuah group band baru yang ia beri nama Murry’s Group. Murry’s Group beranggotakan Murry, Bian, Ukky, dan Pius. Group ini menelurkan album Kursi Emas/Selamat Tinggal Saudaraku. Murry yang memang sudah terbiasa melantunkan vokal semasa di Koes Plus (antara lain lagu Pak Tani, Desember, Penyanyi Muda) tidak menemui kesukaran dalam berolah vokal dalam group di mana ia menjadi figur sentral.

Dalam formasi ini Murry’s Group melahirkan beberapa album, antara lain: album Sweet Melody, album Besi Tua, album Pop Jawa, album Pop Melayu dan ada satu album lagi sejenis album nostalgia. Semua proses rekamannya dilakukan di dapur studio PT. Remaco Ltd. Namun masih pada tahun yang sama, Murry’s Group melahirkan beberapa album lagi dengan dapur rekaman di Irama Tara. Namun kali itu terjadi perubahan formasi anggota, yakni: Murry, Ukky, Pius, dan Harry Ch. Album yang dirilis di Irama Tara ini antara lain: Pop Melayu vol.1, Pop Disco vol.1, album Anak Cucu – pop Indonesia vol.3. Seperti halnya Koes Plus, anggota Murry's Group pun piawai menciptkan lagu seperti Murry (Mari Berdansa), Harry (Nenek Tua, Goyang), Ukky (Malam Sunyi, Hanya Kenangan) dan Pius (Tetap Kucari).

Kesuksesan band ini juga terlihat ketika mereka mengeluarkan album pop Indonesia bertajuk Anak Cucu yang berhasil memecahkan rekor penjualan kaset di seluruh Indonesia tahun 1978. Selain itu mereka juga sempat mengeluarkan album Pop Disco yang cenderung berkiblat pada lagu-lagu Disco Barat era itu.

Solo Karier dan Pencipta Lagu

Selain dengan Murry's Group, Murry sempat pula merilis sebuah solo album pada masa itu bertajuk Sweet Melodies, yang berisi lagu-lagu seperti Papi Mamiku, Indria, dan Kesunyian.

Murry juga menmberikan lagunya untuk dinyanyikan oleh penyanyi lain. Diantaranya ada 2 (dua) buah lagu yang diciptakannya untuk Eddy Silitonga yang masing-masing berjudul “Mama” dan ”Tak Rela”. Kedua lagu itu menjadi hits dan meledak di pasaran mendongkrak popularitas Eddy Silitonga yang sedang berada di puncak kejayaannya masa itu. Lagu-lagu ini timbul sebagai jeritan hati Murry yang sampai saat ini masih dirundung oleh kenyataan hidup yang pahit.

Kembali ke Koes Plus

Reuni Koes Bersaudara ternyata tak berlangsung lama, group itu pun vakum karena tidak mendapatkan tanggapan pasar yang memuaskan. Murry dihubungi oleh Tonny Koeswoyo untuk menghidupkan kembali Koes Plus. Ia pun menyetujuinya, karena merasa sudah sejiwa dengan ketiga rekannya Koeswoyo tersebut. Sejak itu Koes Plus pun kembali menyatu pada tahun 1978. Ia pun menciptakan sebuah lagu yang menandai kembalinya ia ke dalam band Koes plus yang ia berjudul Bersama Lagi dan Pilih Satu.

Menjelang berakhirnya dasawarsa 1970-an, Remaco yang pernah tercatat sebagai label rekaman terbesar se-Asia Tenggara harus gulung tikar. Koes Plus pun ‘dipindah’ ke Purnama Records, di mana mereka kemudian merekam album-album seperti “Cubit-Cubitan“, “Aku dan Kekasihku“, “Bersama Lagi“, dan “Melati Biru“ . Namun demikian, seiring dengan munculnya trend lagu-lagu sendu ala Iis Sugianto yang dirilis label Lolypop milik Rinto Harahap (The Mercys) dan juga Ebiet G Ade, kepopuleran Koes Plus pun menjadi surut. Era 1980-an bisa dikatakan adalah era yang sukar untuk mereka jalani, karena masa emas dengan penjualan meledak dan tawaran manggung bertubi-tubi telah berakhir. Namun demikian, mereka masih bisa menelurkan album-album dengan materi yang terbilang dahsyat seperti “Asmara“ (1981), “Da Da Da“ (1983), ataupun “Cinta Di Balik Kota“ (1987), dan tetap muncul di acara-acara TVRI.

Antara Murry's Group dan Koes Plus

Murry’s Group selalu hadir setiap kali Koes Plus vakum dalam kegiatan. Akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an group Koes Plus dan Koes Bersaudara eksis dua-duanya. Seolah ada pengaturan untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing band untuk muncul dan yang lain sementara diistirahatkan. Murry memang enggan berdiam diri walau itu dalam waktu yang singkat. Mungkin juga karena rindu yang membumbung tinggi kelangit-langit bila dia tidak menggebuk drum. Keadaan ini terjadi beberapa kali, seperti pada tahun 1979, Murry’s Group hadir dengan satu album yang bertajuk “Cium“. Kemudian pada tahun 1988, Murry’s Group juga hadir dengan satu album yang diberinya judul “Sirambut panjang“.

Koes Plus Pasca Wafatnya Tonny Koeswoyo

Pada tahun 1987 motor dan inspirator Koes Plus Tonny Koeswoyo meninggal dunia. Tak saja rasa kehilangan yang menggayuti kalbu para personel Koes Plus dan juga para penggemarnya, ketidakyakinan akan terus berkibarnya bendera Koes Plus tanpa Tonny juga dirasakan sebagai hal yag begitu berat dijalani, termasuk oleh Murry.

Sebelum meninggal almarhum Tonny sempat berwasiat agar Koes Plus tetap berkibar. Para personel Koes Plus yang tersisa tetap merekam album-album seperti “AIDS“ (1987), “Pop Melayu Amelinda“ (1991). Namun penjualan album-album tersebut tak semeledak di era 1970-an. Hingga akhirnya pada tahun 1993, band ini kembali menggebrak publik tanah air dengan berbagai show come backnya. Dari situ terlihat bahwa band ini masih memiliki begitu banyak penggemar setia yang merindukan masa keemasan mereka terbukti dengan membludak dan suksesnya show Koes Plus walaupun tiket yang dijual begitu mahal pada awalnya.

Hingga pada 1994, bersama dengan Damon Koeswoyo yang tak lain adalah putera Tonny Koeswoyo, mereka merilis album bertajuk “ Tak Usah Kau Sesali “. Setelah itu muncullah album-album lain yang melibatkan musisi-musisi besar seperti Dedy Dores (ex Freedom of Rhapsodia), Ian Antono (God Bless), dan Abadi Soesman. Karena satu dan lain hal, pada paruh kedua dekade 90-an Yok Koeswoyo memutuskan untuk mengundurkan diri dan lebih menekuni kehidupan sebagai petani di Banten. Posisi Yok kemudian digantikan oleh Andolin Sibuea dan Jack Kashbie memegang keyboard yang dulu dilakukan oleh alm. Tonny Koeswoyo. Formasi ini bertahan selama beberapa tahun. Murry dan Yon Yon Koeswoyo menjadi personel paling awet di Koes Plus. Keduanya lebih dari dua dekade mengarungi industri musik Indonesia bersama dalam group Koes Plus.

Kembali ke Murry's Group

Setelah mengalami konflik internal dengan Koes Plus pada tahun 2004, akhirnya Murry mengundurkan diri bersama dua personel Koes Plus lainnya yaitu Andolin Sibuea dan Jack Kashbie. Karena kecintaannya terhadap musik, pada tahun 2012 lalu ia mendirikan group band bernama Murry's Group yang beranggotakan 4 personel dan 2 diantaranya adalah rekannya ex Koes Plus yakni Andolin dan Jack. Murry's Group baru yang dibentuknya ini seolah menjadi pelanjut bandnya Murry's Group yang sudah sudah lama dikuburnya. Tahun 2006, Murry’s Group yang digawangi: Murry, Jack, Andolin, dan Arwet sempat membuat album rekaman yang diberi tajuk “ Amit-amit Jabang Bayi “ ditambah sedikit kalimat yang sangat puitis, yakni “kado buat sahabat“.

Kehidupan pribadi dan sosial

Di tengah kesibukannya dalam bermusik, Murry sempat meluangkan waktu untuk menyelesaikan pendidikannya hingga sarjana di Universitas Borobudur Jakarta. Murry menikah dua kali. Pertama ia menikah seorang wanita bekas panyanyi di era 1970-an yang bernama Uke Octoerina. Pernikahan ini berujung perceraian. Dari pernikahan ini ia memperoleh tiga orang anak, yakni Riske Murry, Rizzy Murry (meninggal 2018), dan Rico Valentino Murry.

Kemudian Murry menikah untuk kedua kalinya dengan seorang wanita yang bernama Yanti Nurhayanti (Vero Murry). Dari pernikahan ini ia memperoleh seorang anak yang bernama Anggi Risti. Uniknya Anggi Risti kemudian menikah dengan Reza Wicaksono putra bungsu dari Nomo Koeswoyo sekitar tahun 2014.

Jejaknya sebagai artis diikuti oleh anaknya Rico Murry yang menjadi drummer band Junior Band bersama David Koeswoyo putra Yon Koeswoyo. Bakat artis ini kemudian diteruskan oleh salah seorang cucu perempuannya yang bernama Ariel Tatum. Ia adalah anak dari pasangan Rico Murry dan Tatum Mathilda (yang merupakan anak dari pasangan musisi dan artis '80-an Alex Kembar Group dan aktris Joyce Erna). Namun sang cucu yang berparas cantik ini lebih menekuni dunia model, bintang iklan, dan akting daripada dunia musik.

Meninggal dunia

Murry meninggal dunia pada 1 Februari 2014 sekitar pukul 05.00 WIB di kediamannya di Perumahan Kranggan Permai, Jati Sampurna, Bekasi, Jawa Barat. Sebelumnya ia menderita sakit hernia dan diabetes yang cukup parah yang memaksanya beristirahat total dari aktivitas bermusik. Jenazahnya dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta.[1][2]

Referensi

Referensi bacaan lainnya

http://www.tempo.co/read/kolom/2014/02/08/1106/Murry-Sang-Legenda https://www.facebook.com/public/Rico-Murry http://ns1.kompas.web.id/read/read/2014/02/01/386/934809/masih-berduka-istri-murry-koes-plus-tetap-pergi-umrah Diarsipkan 2015-06-18 di Wayback Machine. http://seleb.tempo.co/read/news/2014/02/03/111550699/Ariel-Tatum-Sedih-Mengenang-Murry-Kakeknya

Pranala luar