Wreksodiningrat

Revisi sejak 26 September 2021 16.32 oleh Kukuh TA (bicara | kontrib)

Prof. Ir. Wreksodiningrat (dikenal sebagai Notodinigrat) (22 Agustus 1888 – 09 Oktober 1969) adalah seorang insinyur teknik sipil pertama Indonesia [1] yang menjadi Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sejak tahun 1947 hingga 1951. Ia lulus dari TH Delft, Belanda pada tahun 1918[2]. Bersama dengan beberapa tokoh bumiputera yang melanjutkan kuliah di Negeri Belanda di antaranya adalah Mohammad Hatta – sarjana ekonomi lulusan Nederland Handelshoogeschool (kini menjadi Universitas Erasmus Rotterdam); Sam Ratulangi - sarjana dan Doktor matematika pertama Indonesia lulusan Vrije Universiteit van Amsterdam.

Prof. Ir. Wreksodiningrat
LahirR.M. Radete (kecil);
R.M. Notodiningrat (dewasa)

(1888-08-22)22 Agustus 1888
Yogyakarta
Meninggal9 Oktober 1969(1969-10-09) (umur 81)
Yogyakarta
KebangsaanIndonesia Indonesia
PekerjaanInsinyur, dosen

Riwayat Hidup

Wreksodiningrat lahir di Yogyakarta, 22 Agustus 1888[3] dari ayah yang bernama KPH Notodirojo (Putra Sri Paku Alam V) dan Ibu yang bernama R.A. Muktionowati (Cucu Sri Paku Alam II). Wreksodiningrat wafat di Yogyakarta 9 Oktober 1969, dimakamkan di Astana Girigondo, Wates, Kulon Progo. Nama kecil Wreksodiningrat yaitu Raden Mas Radete dan nama dewasanya Raden Mas Notodiningrat. Sedangkan nama atau gelar dari Keraton Kasunanan yaitu Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Wreksodiningrat.

Wreksodiningrat lahir di Puro Pakualaman dan sampai tingkat SMA tinggal di Puro Pakualaman. Riwayat pendidikan beliau yaitu:

  1. Pada waktu SD beliau sekolah di Sekolah Rendah Ketiga, Bintaran, Yogyakarta (1896-1898);
  2. Sekolah Rendah kesatu, Jln. Kampement, Yogyakarta (1898-1900);
  3. Sekolah Rendah kesatu, B.Karang Bidara, Semarang (1900-1903);
  4. Pada waktu SMA bersekolah di Sekolah H.B.S.Semarang (1903-1908);
  5. Technische Hogeschoole Van Delft, Civieltnsinjoer (1908-1912 dan 1916-1918).[3]

Pada saat masih menjadi mahasiswa di Delft, Belanda Wreksodiningrat ikut dalam Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) di Belanda, beliau menjadi salah satu pengurus dalam perhimpunan tersebut yaitu menjadi sekretaris. Indische Vereeniging yaitu organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Sejak Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara masuk, pada 1913 mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik.

Dalam pelaksanaan perjuangannya Wreksodiningrat memberi pengarahan-pengarahan kepada mahasiswa-mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Mereka tidak hanya berasal dari Fakultas Tekhnik, tetapi berasal dari beberapa Fakultas, misalnya dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran. Beliau memberi pengarahan bagaimana caranya menghancurkan jembatan dengan sekali ledakan pada titik-titik tertentu. Jembatan-jembatan yang diledakkan antara lain[2]:

  1. Jembatan Luk Ulo di Kebumen, jembatan ini berasal dari batu, belum beton;
  2. Jembatan Baja di sekitar Kebumen;
  3. Jembatan Kemit Gombong.

Selain itu beliau juga banyak berperan dalam pendidikan, dapat dilihat jasa beliau dalam mendirikan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM).[4]

Ilmu-ilmunya diwujudkan dalam bentuk karya yaitu membangun:

  1. Jembatan Serayu, Jembatan Bantar Kulonprogo dan Jembatan Gawan Sragen;
  2. Trowongan Ijo Gombong;
  3. Jaringan Air Bersih di pemakaman Imogiri;
  4. Stadion Sriwedari, Surakarta;
  5. Tembok Keliling di Makam Imogiri;
  6. Pintu gerbang (gapura) makam Paku Buwono X di Imogiri;
  7. Pelabuhan di Amsterdam setelah menyelesaikan studi di Negeri Kincir Angin (Belanda)

Untuk mengenang jasa Prof. Ir. Wreksodiningrat dalam kontribusinya dibidang teknik sipil dan masa perjuangan kemerdekaan, Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum membangun jembatan Wreksodiningrat untuk menghubungkan Jl. Nyi Tjondrolukito (d/h: Jl. Monjali) dan UGM (Jl. Kaliurang). Jembatan dibangun diatas sungai code, dimana terdiri atas 4 lajur dengan konstruksi pelengkung beton bertulang, panjang 145 meter dan lebar 15,5 meter.[5] Jembatan ini memiliki 2 pilar pada sisi barat dan sisi timur dengan didukung oleh fondasi bore pile. Jembatan yang dibangun sejak Oktober 2007 dan selesai pada Nopember 2008 ini telah menelan dana Rp 24,2 miliar yang berasal dari dana APBN tahun 2007 dan 2008.

Saat ini area dibawah jembatan Prof. Ir. Wreksodiningrat telah menjadi salah satu tempat untuk menikmati keindahan sungai Code dan kegiatan seni seperti Jogja River Week 2015[6] atau Pergelaran Busana "Code: Underbridge in Fashion".[7]

Referensi