Bahasa Melayu Palembang

Revisi sejak 24 Oktober 2021 14.12 oleh Eiskrahablo (bicara | kontrib) (→‎Tingkatan: Perbaikan informasi.)

Bahasa Musi (bahasa Inggris: Musi language) adalah bahasa daerah atau bahasa etnis (bahasa Inggris: native or indigineous language) yang dituturkan oleh masyarakat (utamanya suku Musi dan suku Palembang) di sebagian wilayah Sumatra Selatan dengan penutur asli berjumlah sekitar 3,1 juta orang. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Musi (bahasa Inggris: Music family language). Di antara beragam bahasa yang dipertuturkan di Sumatra Selatan, bahasa Musi juga berfungsi sebagai bahasa perantara atau lingua franca.[1]

Bahasa Musi
Musi  (Musi)
Dituturkan diIndonesia
WilayahSumatra Selatan
Etnis
Penutur
3,1 juta (2000)[1]
DialekDialek-dialek dalam bahasa Musi:
  • Belide
  • Burai
  • Musi Pesisir
  • Kelingi
  • Lematang Ilir
  • Meranjat
  • Palembang Lama
  • Panesak
  • Pegagan
  • Penukal
  • Rawas Musi
  • Sekayu
Kode bahasa
ISO 639-3mui
Glottologmusi1241[2]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  +  Info templat

Sejarah

Dalam perkembangannya, bahasa Musi lahir dari pertuturan suku Musi berasal dari kawasan sungai Musi.

Dialek

  • Belide
  • Burai
  • Musi Pesisir
  • Kelingi
  • Lematang Ilir
  • Meranjat
  • Palembang Lama
  • Panesak
  • Pegagan
  • Penukal
  • Rawas Musi
  • Sekayu

Fonologi

Dunggio (1981) mendata 31 fonem dalam bahasa Musi, dengan rincian 25 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal. Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Musi.[3][4]

Vokal

depan tengah belakang
tinggi i u
medial e ə o
rendah a

Konsonan

bilabial alveolar postalv./palatal velar glottal
sengau m n ɲ (ny) ŋ (ng)
letup/gesek nirsuara p t t͡ʃ (c) k ʔ (q,')
bersuara b d d͡ʒ (j) g
desis nirsuara f s ɣ (gh) ~r h
bersuara z sj (sy)
hampiran semivokal w j (y)
lateral v l kh

Sosiolinguistik

Tingkatan

Bahasa Musi mempunyai dua tingkatan, yaitu tingkat halus atau bebaso dan tingkat sosial yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari atau sari-sari (bahasa sehari-hari). Tingkatan yang halus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat. Bahasa ini mempunyai kemiripan dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Jawa karena adanya hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam dengan kerajaan di pulau Jawa yaitu kerajaan/kesultanan Mataram, bahkan Mataram juga pernah/sempat menguasai wilayah Palembang jadi sedikit terpengaruh dari budaya dan bahasa. Dalam tingkatan sari-sari, masyarakat Palembang dalam Kesultanan Palembang Darussalam ditulis dalam Tulisan Jawi dan juga Tulisan Latin pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam.

Bahasa Musi memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa di daerah provinsi sekitarnya, seperti Jambi, Bengkulu bahkan provinsi di Jawa (dengan intonasi berbeda). Di Jambi dan Bengkulu, akhiran 'a' pada kosakata bahasa Indonesia biasanya diubah menjadi 'o'.

Kosakata

Bahasa Musi memiliki kemiripan dengan bahasa daerah provinsi di sekitarnya, seperti Jambi dan Bengkulu. Di kedua daerah tersebut, akhiran 'a' pada kosakata bahasa Indonesia yang diubah menjadi 'o' banyak ditemukan. Akan tetapi, banyak juga bahasa Musi. Logat yang dimiliki mereka pun berbeda. Kemiripan dengan bahasa Jawa ada kosakata seperti: iyo, jeru, metu, wong, ulo, rai, prei, sepur, melok, ladeng, iwak, gedek, dulur, dewe'an, bae, balik, banyu, awan, awak, iwak, balen, kelaso, kacek, dan jabo. Kemiripan dengan bahasa Banjar ada seperti banyu, awak, iwak, ladeng, dulur, umep (humap= gerah), enjuk (unjuk), jingok (jinguk), dan gancang.

Referensi

  1. ^ a b Musi di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Musi". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  4. ^ Aliana 1987, hlm. 14.

Daftar pustaka

  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pursat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar