Zakariyya

Nabi dalam Islam

Zakariyya (bahasa Arab: زَكَرِيَّا Zakariyyāʾ, Ibrani: זכריה Zəḵaryāh) adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Dia adalah salah seorang nabi Bani Israil. Zakariyya berperan sebagai wali dari Maryam dan ayah dari Yahya. Zakariyya hidup di Palestina pada masa kekuasaan Romawi.

Zakariyya
زَكَـرِيَّـاזכריה
Kaligrafi Zakariyya 'alaihis-salam
LahirHebron
MakamMasjid Agung Aleppo, Syam
36°11′58″N 37°09′25″E / 36.199492°N 37.156911°E / 36.199492; 37.156911
Tempat tinggalPalestina
Gelar
Suami/istriElisyeba
AnakYahya
KerabatMaryam (keponakan)

Ayat

(Ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu pada hamba-Nya, Zakariyya, ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Dia berkata, 'Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sungguh, aku khawatir terhadapku kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.'
— Maryam (19): 2-5

Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.
Lukas 1: 5–6

Kisah

Nama Zakariyya disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak tujuh kali[a] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 37-41, Maryam (19): 1-15, dan Al-Anbiya' (21): 89-90. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisahnya disebutkan dalam Injil Lukas pasal 1.

Latar belakang

Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di utara yang juga disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama; dan Kerajaan Yehuda di selatan.[1] Kerajaan Samaria ditaklukkan Asyur pada 720-an SM.[2] Satu setengah abad kemudian, Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia Baru pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha) yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian diasingkan ke Babilonia. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi penganut ajaran Yahudi.

Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Bani Israil diperkenankan kembali ke Palestina dan Bait Suci kembali dibangun. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai dinasti-dinasti dari Yunani. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil. Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Dinasti Yahudi Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan untuk memeluk agama Yahudi, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom kemudian menjadi Yahudi.[3][4] Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir, digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim.[5][6][7][8][9]

Zakariyya adalah nabi Bani Israil yang hidup di Palestina pada abad pertama SM. Alkitab menyebutkan bahwa dia merupakan seorang imam atau pendeta (כֹּהֵן, kohen) keturunan Harun yang hidup pada masa Raja Herodes.[10] Dalam Yahudi, imam di antaranya bertugas menjadi pelayan di Baitul Maqdis dan mengadakan ibadah kurban harian dan hari besar keagamaan.

Maryam

Al-Qur'an menyebutkan bahwa istri 'Imran bernazar anak yang dikandungnya akan menjadi abdi Allah. Dia melahirkan anak perempuan yang dinamai Maryam. Zakariyya kemudian menjadi wali dan pemelihara Maryam.[11]

Para ulama memberikan keterangan tambahan terkait ayat tersebut. Disebutkan bahwa 'Imran dan istrinya, bernama Hannah dalam sebagian tradisi, sudah berusia lanjut. Saat melihat burung yang memberi makan anaknya, dia berkeinginan memiliki anak dan berdoa pada Allah agar mengabulkan permohonannya. Hannah kemudian mengandung dan dia menazarkan anaknya untuk menjadi abdi di Baitul Maqdis. Namun saat melahirkan, ternyata dia melahirkan anak perempuan, padahal hanya anak laki-laki yang bisa menjadi abdi. Namun Allah menerima nazar Hannah dan dia menamai anaknya Maryam.[12][13][14]

Setelah disapih, Hannah menyerahkan Maryam ke Baitul Maqdis. Zakariyya menghendaki agar dia menjadi wali Maryam karena istrinya, Elisabet atau Elisyeba,[b] adalah saudari Hannah. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa Hannah adalah bibi Elisyeba dari pihak ibu. Para imam yang lain juga menginginkan hak asuh atas Maryam sehingga diadakanlah undian. Zakariyya dan para imam yang lain mengumpulkan pena mereka masing-masing di sebuah wadah, kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambil salah satu pena. Ternyata pena Zakariyya yang diambil. Namun masih ada ketidakpuasan sehingga diadakan undian ulang dengan melemparkan pena mereka ke sungai. Pemilik dari pena yang tidak terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, semua pena hanyut kecuali pena milik Zakariyya. Masih ada ketidakpuasan dan diadakan undian ulang. Pemilik dari pena yang terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, hanya pena Zakariyya yang hanyut. Zakariyya kemudian ditetapkan sebagai wali Maryam.[15]

Doa

Al-Qur'an menyebutkan bahwa saat mengunjungi Maryam di ruang khusus ibadahnya, Zakariyya melihat makanan. Saat ditanya asal makanan ini, Maryam menjawab bahwa itu dari Allah. Kemudian Zakariyya berdoa agar juga dikaruniai keturunan.[16]

Para ulama menjelaskan bahwa Maryam mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya sebagai bentuk mukjizat. Zakariyya yang melihat kesalehan Maryam dan karunia Allah yang dikaruniakan padanya menjadi ingin memiliki keturunan sendiri.[17]

Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa Zakariyya memohon dengan suara lembut di ruang ibadahnya. Disebutkan bahwa dia sudah berusia senja kala itu dan istrinya adalah seorang wanita mandul. Dia mengkhawatirkan kerabatnya sepeninggalnya dan memohon anak yang akan menjadi pewaris keluarga Ya'qub.[18][19] Beberapa penafsir menyebutkan bahwa Zakariyya khawatir bahwa setelah dirinya meninggal, kerabatnya tidak bisa mengurus dan memandu Bani Israil dengan hukum Allah sebagaimana mestinya, sehingga dia memohon dikaruniai anak yang saleh dan berbakti agar bisa melanjutkan tugasnya kelak dan menjadi pewaris spiritualnya.[17][20] Dalam hukum Musa sendiri juga dijelaskan bahwa secara hukum, kedudukan imam itu diwariskan dari ayah ke putranya di kalangan keturunan Harun.[21]

Al-Qur'an kemudian menjelaskan bahwa setelahnya, malaikat datang dan mengabarkan bahwa Zakariyya akan memiliki seorang putra yang bernama Yahya. Zakariyya menanyakan caranya dia memiliki anak, padahal dia sudah berusia senja dan Elisyeba sendiri adalah wanita mandul. Melalui malaikat, Allah menjelaskan bahwa itu adalah hal yang mudah. Zakariyya meminta tanda dan Allah membalas bahwa Zakariyya tidak akan mampu bicara selama tiga hari tiga malam, padahal dia dalam keadaan sehat.[22][23]

Alkitab menjelaskan bahwa malaikat Jibril mendatangi Zakariyya saat dia mendapat jadwal tugas untuk membakar ukupan atau dupa di dalam Baitul Maqdis, sementara jamaah berdoa di luar. Jibril menyatakan bahwa Zakariyya akan dikaruniai anak yang akan menjadi utusan Tuhan yang kuat dan berkuasa seperti Ilyas. Zakariyya menjelaskan bahwa dia dan istrinya sudah tua dan Jibril membalas bahwa Zakariyya tidak akan bisa bicara sampai Yahya lahir karena dia tidak percaya dengan kabar yang dibawa Jibril. Di luar, jamaah heran karena Zakariyya begitu lama berada di dalam. Saat keluar, Zakariyya tidak bisa bicara dan terus-menerus menggunakan isyarat tangan. Orang-orang paham bahwa Zakariyya telah mendapat penglihatan saat di dalam.[24]

Ada yang berpendapat bahwa saat itu Zakariyya telah berusia 77 tahun atau lebih muda.[25] Pendapat lain menyebutkan 92 tahun.[26]

Yahya

Alkitab menyebutkan bahwa saat kandungan Elisyeba memasuki usia enam bulan, Maryam mengandung 'Isa.[27] Setelah Elisyeba melahirkan, putranya disunat saat berusia delapan hari.[28]

Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah memberi nama anak itu Yahya dan "Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya."[29] Alkitab menjelaskan bahwa keluarga besarnya hendak menamai anak itu Zakariyya sebagaimana nama bapaknya, tetapi Elisyeba menolak dan ingin menamainya Yahya (Yohanan/Yohanes). Mereka membalas bahwa tidak ada yang memiliki nama seperti itu di keluarga besar mereka. Zakariyya kemudian menulis di batu tulis bahwa namanya adalah Yahya.[30][31][32]

Wafat

 
Makam Zakariyya di Masjid Agung Aleppo, Syria

Al-Qur'an dan hadits tidak menyebutkan kematian Zakariyya dan ada beberapa pendapat terkait masalah ini. Sebagian ulama menyebutkan bahwa Zakariyya melarikan diri dari kejaran kaumnya dan bersembunyi di dalam pohon. Pengejarnya kemudian menggergaji pohon tersebut menjadi dua dan Zakariyya terbunuh. Dijelaskan pula bahwa Zakariyya dibunuh setelah Yahya dibunuh.[33] Namun ulama lain menolak pendapat tersebut dan menyatakan bahwa Zakariyya meninggal karena usia tua dan nabi yang digergaji di dalam pohon adalah Asya'ya (Yesaya)[34] yang hidup sekitar tujuh ratus tahun sebelum Zakariyya.

Alkitab juga tidak mencantumkan secara jelas mengenai kematian Zakariyya. Dalam Alkitab disebutkan bahwa 'Isa mengecam para rabi (guru agama dan ahli Taurat) dan dipandang bertanggung jawab atas berbagai pembunuhan nabi dan orang-orang tak bersalah, di antaranya Zakariyya bin Berekhya yang dibunuh di antara Bait Suci dan mezbah (altar).[35] Sebagian teolog menjelaskan bahwa Zakariyya yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang yang sama dengan Zakariyya ayah dari Yahya.[36] Tradisi Kristen Ortodoks menceritakan bahwa ketika Raja Herodes yang Agung memerintahkan pembantaian semua anak laki-laki di bawah usia dua tahun dalam upaya untuk mencegah datangnya Mesias, Zakariyya menolak untuk membocorkan keberadaan putranya, dan karena itu dia dibunuh oleh tentara Herodes. Dalam versi ini, Zakariyya dibunuh saat Yahya masih belia.

Kedudukan

Islam

Zakariyya dipandang sebagai nabi dalam Islam. Al-Qur'an menyebutkan bahwa Zakariyya adalah sosok yang diberi petunjuk oleh Allah, orang-orang yang berbuat baik, saleh, dilebihkan derajatnya,[37] bersegera mengerjakan kebaikan, dan khusyuk.[38]

Sebagian umat Muslim percaya bahwa Masjid Agung Aleppo dulunya adalah rumah bagi Zakariyya.[39][40]

Kristen

Gereja Katolik Roma memperingati Zakariyya sebagai santo, bersama dengan Elisyeba, pada 23 September.[41] Dia juga dihormati sebagai nabi dalam Kalender Orang Suci Gereja Lutheran pada tanggal 5 September. Gereja Ortodoks Timur juga merayakan hari raya Zakariyya pada tanggal 5 September, bersama dengan Elisyeba yang dianggap sebagai bunda leluhur. Zakariyya dan Elisyeba disebut dalam beberapa doa selama Sakramen Pernikahan Ortodoks, ketika memberkati pasangan yang baru menikah, imam mengatakan "Berkati mereka, ya Tuhan, Allah kami, seperti Engkau melakukannya terhadap Zakariyya dan Elisyeba." Dalam kalender Ortodoks Yunani, Zakariyya dan Elisyeba juga diperingati pada 24 Juni.

Orang Armenia percaya bahwa Biara Gandzasar di Nagorno-Karabakh, Azerbaijan berisi peninggalan Zakariyya. Namun, peninggalannya juga disimpan di Gereja Besar Konstantinopel, dibawa oleh Prefek urban Ursus pada tanggal 4 September 415.[42]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Zakariyya disebutkan tujuh kali, yakni pada surah:
    1. Ali 'Imran (3): 37 (2 kali), 38
    2. Al-An'am (6): 85
    3. Maryam (19): 2, 7
    4. Al-Anbiya' (21): 89
  2. ^ Namanya dalam bahasa Ibrani adalah Ĕlîšéḇa (אֱלִישָׁבַע) dan dalam bahasa Yunani Elisavet (Ἐλισάβετ). Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru mengeja namanya "Elisabet".

Rujukan

  1. ^ 1 Raja–raja 12: 1–24
  2. ^ Broshi, Maguen (2001). Bread, Wine, Walls and Scrolls. Bloomsbury Publishing. hlm. 174. ISBN 1841272019. 
  3. ^ Flavius Josephus Antiquities 13.257–258
  4. ^ Josephus, Ant. xiii, 9:1., via
  5. ^ Herod at Encyclopædia Britannica: "...thus, Herod was, although a practicing Jew, of Arab origin on both sides."
  6. ^ "National Geographic Magazine - NGM.com". ngm.nationalgeographic.com. 
  7. ^ Aryeh Kasher dan Eliezer Witztum, King Herod: A Persecuted Persecutor: A Case Study in Psychohistory, hlm. 19-23
  8. ^ Jan Retsö, The Arabs in Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, Routledge (2013), hlm. 374
  9. ^ Richard R. Losch, All the People in the Bible, Wm. B. Eerdmans Publishing (2008), hlm. 155
  10. ^ Lukas 1: 5
  11. ^ Ali 'Imran (3): 35-37
  12. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 787.
  13. ^ Wheeler, Brannon M. (2002). Prophets in the Quran: an introduction to the Quran and Muslim exegesis. Continuum International Publishing Group. ISBN 0-8264-4957-3. 
  14. ^ Da Costa, Yusuf (2002). The Honor of Women in Islam. LegitMaddie101. ISBN 1-930409-06-0. 
  15. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 789-790.
  16. ^ Ali 'Imran (3): 37-38
  17. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 770.
  18. ^ Ali 'Imran (3): 38
  19. ^ Maryam (19): 1-6
  20. ^ Lives of the Prophets, Leila Azzam, Zacharias and John
  21. ^ Keluaran 28: 1
  22. ^ Ali 'Imran (3): 39-41
  23. ^ Maryam (19): 7-11
  24. ^ Lukas 1: 8–25
  25. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 772.
  26. ^ Historical Dictionary of Prophets In Islam and Judaism, B. M. Wheeler, Zechariah, father of John
  27. ^ Lukas 1: 39–45
  28. ^ Lukas 1: 57–59
  29. ^ Maryam (19): 7
  30. ^ Lukas 1: 59–63
  31. ^ Young's Literal Translation of the Bible. Luke 1:59, 1:5, et al. http://www.biblestudytools.com/ylt/luke/1.html
  32. ^ King James Bible. Luke 1:59, 1:5, et al. https://www.kingjamesbibleonline.org/Luke-Chapter-1/
  33. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 782.
  34. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 777.
  35. ^ Matius 23: 35
  36. ^ Reimund Bieringer, The Corinthian Correspondence (Peeters Publishers, 1996), hlm 497, catatan kaki 20, ISBN 978-9068317749.
  37. ^ Al-An'am (6): 84-86
  38. ^ Al-Anbiya' (21): 90
  39. ^ "The Great Mosque of Aleppo | Muslim Heritage". www.muslimheritage.com. Diakses tanggal 2016-06-30. 
  40. ^ The Great Mosque (The Umayyad Mosque) Diarsipkan 2008-11-03 di Wayback Machine. Syria Gate.
  41. ^ Martyrologium Romanum (Libreria Editrice Vaticana 2001 ISBN 88-209-7210-7)
  42. ^ Chronicon Paschale, sub anno 415.

Daftar pustaka