Produksi Film Negara

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 28 November 2021 07.01 oleh Pratama26 (bicara | kontrib) (Menyusun ulang)

Perum Produksi Film Negara atau disingkat PFN adalah perusahaan Indonesia jenis BUMN yang berdiri di bidang perfilman. PFN merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia pada saat terbentuk.

Perum Produksi Film Negara
Sebelumnya
Pusat Produksi Film Negara Departemen Penerangan
BUMN / Perusahaan Umum, dulunya bagian dari Departemen Penerangan
IndustriPerfilman
PendahuluJava Pacific Film (1934-1942)
Nippon Eigasha (1943-1945)
Didirikan6 Oktober 1945 (sebagai Berita Film Indonesia, diperingati sebagai hari lahir PFN)
1 Januari 1950 (sebagai Perusahaan Pilem Negara)
17 Agustus 1972 (sebagai Perusahaan Film Negara)
16 Agustus 1975 (sebagai Pusat Produksi Film Negara, Departemen Penerangan)
7 Mei 1988 (sebagai Perum Produksi Film Negara)
Kantor pusat
Jl. Otista Raya No.125-127, RT.9/RW.8, Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13330
,
Tokoh kunci
Dwi Heriyanto (Direktur Utama) Sutjiati Tjandra Wibowo (Direktur Produksi)
Produkkonten kreatif, film cerita]] & film dokumenter
PemilikPemerintah Indonesia Kementerian BUMN
Situs webpfn.co.id

PFN berawal dari perusahaan Java Pacific Film (JPF) yang didirikan oleh Albert Balink di Batavia. JPF mengalami beberapa pergantian nama sebelum akhirnya menjadi PFN pada tahun 1975.

Sejarah

Masa-masa awal

Terbentuknya perusahaan PFN diawali dengan pendirian perusahaan film oleh Albert Balink pada tahun 1934 yang bernama Java Pacific Film. Java Pacific Film terpisah dengan Kolonial Institute atau Institut Kolonial yang pada 1919 memproduksi film "Onze Oost" atau "Timur Milik Kita". Kelahiran Java Pacific Film justru bersamaan dengan pembentukan Nederlandsch Indiche Bioscoopbond (Gabungan Bioskop Hindia) dan Film Commisie (cikal bakal Lembaga Sensor Film). Pada tahun 1936 nama Java Pacific Film berubah menjadi Algemeene Nederlands Indiesche Film (ANIF). Perusahaan ini memfokuskan diri pada pembuatan film cerita dan film dokumenter.

Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942 disertai dengan pengambilalihan seluruh kekayaan yang berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda oleh pihak Jepang, salah satunya adalah ANIF. Dari aset-aset perusahaan ANIF Tentara Kekaisaran Jepang kemudian mendirikan sebuah perusahaan perfilman yang diberi nama Nippon ii Eiga Sha (日本映画社) yang berada di bawah pengawasan Sendenbu. Film yang diproduksi Nippon Eiga Sha pada umumnya bertujuan sebagai alat propaganda politik Jepang sebagai pemersatu Asia.

Nippon Eiga Sha didirikan pada bulan April 1943 oleh pemerintah pendudukan Jepang di Jakarta. Tenaga Pribumi-Nusantara yang bekerja dalam perusahaan itu yaitu Raden Mas Soetarto, yang sudah berpengalaman di bidang film dan diangkat sebagai juru kamera; ia menjadi orang Pribumi-Nusantara pertama dalam kedudukan itu. Ketika Nippon Eiga Sha berdiri, Soetarto diangkat oleh Jepang sebagai wakil pimpinan perusahaan merangkap Ketua Karyawan Indonesia dan juru kamera.

Pasca-kemerdekaan

Memasuki era kemerdekaan, perusahaan ini diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Seiring dengan langkah tersebut, para karyawan perusahaan melakukan peliputan berbagai peristiwa bersejarah, dan berubah menjadi Berita Film Indonesia (disingkat BFI) pada 6 Oktober 1945.[1] BFI) merupakan lembaga pembuat film pertama milik Republik Indonesia.

Satu setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Soetarto memprakarsai pengambil alihan Nippon Eiga Sha dari pimpinannya, T. Ishimoto, atas sepengetahuan Menteri Penerangan kala itu, Amir Sjarifuddin. Karena Jakarta tidak aman lagi akibat serangan-serangan tentara pensering Sekutu, bulan Desember 1945 BFI diungsikan ke Surakarta. Sebelum pindah, BFI masih sempat memfilmkan hari proklamasi, penempelan poster, tulisan di tembok-tembok, rapat raksasa 19 September di Lapangan Ikada, peristiwa perlucutan senjata Jepang oleh Sekutu, dan pengangkutan serdadu Jepang ke Pulau Galang serta Kongres Pemuda Indonesia di Yogyakarta, November 1945.

Setelah ditinggalkan oleh BFI, studio di Polonia Jatinegara, Jakarta, digunakan tentara NICA untuk kepentingan propaganda dengan didirikannya Regerings Film Bedrijf (Perusahaan Film Pemerintah). Selain itu studio tersebut juga dimanfaatkan oleh NV Multi Film bersama South Pacific Film Co. Karena adanya pengakuan kedaulatan Indonesia, Belanda kemudian menyerahkan aset Regrings Film Bedrijf kepada pihak Republik Indonesia Serikat. Perusahaan itu mendapat nama baru: Perusahaan Pilem Negara (PPN) di bawah naungan Kementerian Penerangan. Pimpinan PPN pertama adalah Suska. Pada akhir tahun 1950, RM Harjoto diangkat sebagai Direktur dan RM Soetarto sebagai Kepala Produksi Umum, yang meliputi produksi film cerita, film dokumenter dan laboratorium. Pegawai BFI di Yogyakarta pindah kembali ke Jakarta, dan bersama dengan bekas pegawai Regerings Film Bedrijf bergabung dalam PPN yang diganti namanya menjadi Perusahaan Film Negara (PFN).[2]

Pergantian nama perusahaan kembali terjadi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 55 B/MENPEN/1975 pada tanggal 16 Agustus 1975. Berdasarkan surat keputusan ini maka secara resmi PFN berubah menjadi Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Pergantian nama kembali terjadi seiring dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan dan agar perusahaan dapat dikelola secara profesional dengan menggunakan prinsip-prinsip yang dapat memberikan keuntungan bagi negara serta mampu untuk mendiri. Agar dapat mencapai hal tersebut maka PPFN mengubah statusnya menjadi Perum sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1988 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Mei 1988. Dengan demikian resmilah PPFN berganti nama menjadi Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN).[1]

Perubahan menjadi perusahaan pembiayaan perfilman

Sejak tahun 2020, Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia menginstruksikan Perum PFN untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman. Menteri BUMN Erick Thohir berharap Perum PFN dapat berkolaborasi dengan para pelaku film Indonesia dalam mengakses pembiayaan dan konten. Selain itu, Perum PFN juga akan bersinergi dengan Telkom Indonesia dalam mengembangkan dan mengelola hak kekayaan intelektual film di Indonesia.[3]

Warisan

 
Serial "Si Unyil" yang pertama kali ditayangkan untuk TVRI tahun 1981.

Sejak tahun 1946 sampai 1949 saat masih bernama Berita Film Indonesia, BFI telah membuat 13 film dokumentasi dan berita mengenai berbagai peristiwa di awal kemerdekaan RI. Yang diabadikan antara lain Pekan Olahraga Nasional I di Surakarta (1948), Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun (1948), Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II, perundingan di atas kapal Renville dan di Linggajati, dan upacara penyerahan kedaulatan Indonesia di Den Haag, Belanda, 27 Desember 1949.

Film-film dokumenter dan berita itu menggugah semangat perjuangan bangsa dan kesadaran bernegara, setiap kali diputar oleh Jawatan Penerangan di daerah-daerah. Selain itu, dari dokumentasi itu kemudian dapat disusun film dokumenter Indonesia Fights for Freedom (1951) dan 10 November yang mengabadikan pertempuran Surabaya. Beberapa film berita juga diserahkan kepada perwakilan tentara Australia, Amerika, Inggris dan India di Jakarta. Berkat penyiaran kembali film-film itu oleh mereka, perjuangan kemerdekaan Indonesia mendapat tanggapan positif dari dunia internasional.[2]

Film terkenal yang dirilis oleh Produksi Film Negara antara lain serial teater boneka Si Unyil di TVRI (sejak 1981), dan film dokumenter drama propaganda Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984) yang terus diputar setiap tahun di semua saluran televisi di Indonesia saat masa pemerintahan Orde Baru sampai jatuhnya Presiden Soeharto.

Filmografi

 
Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, film dokudrama propaganda anti-komunisme, anti-PKI dan pro-Soeharto yang paling dikenal dan paling ditonton kala era Orde Baru di Indonesia.

Penghargaan

Penghargaan Tahun Judul Film Penerima Hasil
Festival Film Indonesia 1955 Belenggu Masjarakat Penata Kamera Terbaik Menang
1980 Harmonikaku Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Sutradara Terbaik Nominasi
Film Terbaik Nominasi
Si Pincang Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa Artistik Terbaik II (Piala Akademi Sinematografi) Menang
Film Terbaik Nominasi
Fotografi Terbaik Nominasi
Musik Terbaik II (Piala Akademi Sinematografi) Menang
Pemeran Harapan Wanita (Medali Emas PARFI) Menang
Pemeran Pembantu Pria Terbaik Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Pemeran Utama Wanita Terbaik Nominasi
Penata Artistik Terbaik Nominasi
Penata Suara Terbaik Nominasi
Penyuntingan Terbaik Nominasi
Skenario Terbaik Nominasi
Sutradara Terbaik Nominasi
Tata Musik Terbaik Nominasi
1981 Laki-Laki dari Nusakambangan Pemeran Utama Pria Terbaik Menang
1982 Serangan Fajar Cerita Terbaik Menang
Film Terbaik Menang
Fotografi Terbaik Nominasi
Pemeran Anak-Anak Terbaik (Piagam Penghargaan Khusus) Menang
Pemeran Pembantu Pria Terbaik Nominasi
Pemeran Pembantu Wanita Terbaik Menang
Penata Artistik Terbaik Menang
Skenario Terbaik Nominasi
Sutradara Terbaik Menang
Tata Musik Terbaik Menang
1984 Pengkhianatan G 30 S PKI Film Terbaik Nominasi
Fotografi Terbaik Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Nominasi
Penata Artistik Terbaik Nominasi
Skenario Terbaik Menang
Sutradara Terbaik Nominasi
Tata Musik Terbaik Nominasi
1985 Pengkhianatan G 30 S PKI Film Unggulan Terlaris 1984-1985 (Piala Antemas) Menang
Festival Film Bandung 1989 Djakarta 1966 Editing Terpuji Menang
Film Sejarah Terpuji Menang
Fotografi Terpuji Menang
Musik Terpuji Menang
Penata Artistik Terpuji Menang
Penulis Skenario Terpuji Menang
Sutradara Terpuji Menang
Festival Film Taormina 1994 Surat untuk Bidadari Film Terbaik (Piala Cariddi d'Oro) Menang

Referensi

Pranala luar