Dialek Banyumasan[2] atau Basa Penginyongan adalah salah satu dialek bahasa Jawa yang dituturkan di eks-Keresidenan Banyumas Jawa Tengah dan sekitarnya. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Indramayu termasuk Cirebon.

Bahasa Jawa Banyumasan
Dituturkan di
Wilayah Jawa Tengah
Penutur
4.914.500 jiwa (2010)[1]
    • Jawa Banyumasan
Kode bahasa
ISO 639-1342
ISO 639-20-342
ISO 639-3
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  +  Info templat

Bahasa Jawa dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah eks-Keresidenan Banyumas.

Kosakata

Berikut beberapa kosakata dalam dialek Banyumasan:

Dalam kenyataan sehari-hari keberadaan basa banyumasan termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna basa banyumasan 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa basa banyumasan sesungguhnya wong penginyongan boleh dikata akan Terhapus dari Peta etnik bangsa ini. Kekhawatiran belau lainnya: Mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat wong penginyongan harus segera disediakan

Dialek Banyumasan Jawa Baku Indonesia
agèh[3] ayo ayo
ambring sepi sepi
batir[4] kanca teman
bae, baen wae saja
bangkong kodok katak
bengel mumet pusing
bodhol rusak rusak
brug[5] kreteg jembatan
bringsang sumuk panas
clebek kopi kopi
cocot cangkem/lambe mulut
londhog/dolog alon pelan
druni medhit pelit
dheweke deke/ndekne dia
dhongé/dhongané kudune harusnya
egun isih masih
gableg duwé punya
gering[6] kuru kurus
gigal tiba jatuh
gili dalan jalan
gujih rewel rewel
jagong[7] lungguh duduk
jukut jupuk ambil
kes saka dari
kiyé iki ini
kuwé iku itu
letek asin asin
madhang mangan awan makan siang
maen apik baik
maning maneh lagi
maregi nyebeli buruk
lomboan ngapusi bohong
endhas sirah kepala
dog teka sampai
kencot ngelih lapar
laut bali pulang
nyekek mangan makan
longok delok lihat
ngalongok nyawang melihat
penter padang terang
setamplat terminal terminal
teyeng isa bisa
bajag gede besar
blag buka buka
tegi tutup tutup

Pranala Luar

  1. ^ "Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA Tengah". bps.go.id. Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Oktober 2011. Diakses tanggal 29 Mei 2020. 
  2. ^ Ahmad Tohari, dkk (2014). Kamus Bahasa Jawa Banyumasan-Indonesia. Semarang: Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. ISBN 9786027664630. 
  3. ^ Dalam bahasa Jawa Baku kata agé atau juga dikenal.
  4. ^ Kata batur dalam bahasa Jawa Kuno berarti "teman"
  5. ^ Dari bahasa Belanda brug.
  6. ^ Juga dikenal dalam bahasa Jawa Baku.
  7. ^ Dalam bahasa Jawa Baku artinya "mengobrol".