Bahasa Jawa Kedu

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 17 Januari 2022 10.17 oleh Vinrama (bicara | kontrib)

Bahasa Jawa Keduatau Dialek Kedu adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di daerah Karesidenan Kedu, tersebar di Kabupaten dan Kota Magelang,Kabupaten Temanggung Kabupaten Purworejo, sebagian timur Kabupaten Wonosobo, sebagian timur Kabupaten Kebumen. Dialek Kedu adalah nenek moyang dari bahasa Jawa yang biasa digunakan di Suriname.

Bahasa Jawa Kedu
Dituturkan di
Wilayah Jawa Tengah
Penutur
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Kedu dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Kode bahasa
ISO 639-3
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Dialek ini terkenal dengan cara bicaranya yang khas, sebab merupakan pertemuan antara dialek "Mataram/bandek" (Yogya-Solo) dan dialek Banyumasan. Contoh: Kata-katanya masih menggunakan dialek ngapak dalam tuturannya agak bandek:

  • "Nyong": aku. Kata "aku" hanya digunakan di Kabupaten dan Kota Magelang, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Purworejo yang masih menggunakan dialek Mataram/bandek, sedangkan "nyong" hanya digunakan di Kabupaten Wonosobo yang berbatasan dengan karesidenan Banyumas.
  • "njagong": duduk (bahasa Jawa standar: lungguh (kabupaten dan kota Magelang, kabupaten Purworejo dan kabupaten Temanggung))
  • "Njur piye": Lalu bagaimana (bahasa Jawa standar: "banjur piye" atau "terus piye" (kabupaten dan kota Magelang, kabupaten Purworejo dan kabupaten Temanggung))
  • "gandhul": pepaya
  • "mbaca": membaca (bahasa Jawa standar: maca (kabupaten dan kota Magelang, kabupaten Purworejo dan kabupaten Temanggung))
  • "mberuh" = embuh ora weruh (kabupaten dan kota Magelang, kabupaten Purworejo dan kabupaten Temanggung)) : tidak tahu
  • "mbek" = kambek, karo (kabupaten dan kota Magelang dan kabupaten Temanggung): dengan contoh "mbek sopo?" artinya "dengan siapa?"
  • "krongsi" = kursi (kabupaten dan kota Magelang, kabupaten Purworejo dan kabupaten Temanggung)
  • "petek poteh sekele koneng numpak dhugar gejedud-jedud" = (dialek Prembun) yang berarti: ayam putih kakinya kuning menumpang dokar terantuk.
  • "Pinten" = Berapa? (Krama Karanganyar)
  • "Sae" = Baik atau Bagus.

Adanya pengantar: eeee, oooo, lha kok, ehalah, ha- inggih, sering digunakan dalam tuturan basa-basi masyarakat Temanggung dan Magelang jika lagi mengobrol. Ini menandakan jika orang Temanggung dan Magelang memang menyenangkan jika diajak mengobrol.

Pranala luar