Bahasa Javindo
Bahasa Javindo yang juga dikenal dengan istilah peyoratif Krontjong adalah bahasa Kreol Belanda yang dituturkan di Pulau Jawa. Nama Javindo merupakan lakuran dari kata Java (Jawa) dan Indo, kata Belanda untuk campuran keturunan Indonesia dan Belanda. Bahasa ini dikembangkan dari komunikasi antara ibu yang berbahasa Jawa dan ayah yang berbahasa Belanda dalam keluarga Indo. Pembicara utamanya ialah orang Indo Eurasia. Tatabahasa didasarkan pada bahasa Jawa, sementara kosakata didasarkan pada bahasa Belanda. Leksikon Belanda diucapkan dengan cara Jawa.[1]
Meskipun sebagian besar kata-katanya berasal dari bahasa Belanda, tata bahasa dan penyusunan kalimat sebagian besar berasal dari bahasa Jawa, termasuk unsur-unsur seperti: morfologi; kurangnya kata kerja, ada bentuk lampau, ada kata kerja yang terbatas.[6]
Javindo harap jangan dikelirukan dengan bahasa Pecok, bahasa Kreol Belanda-Melayu yang juga dituturkan di Indonesia. Seiring hilangnya generasi yang hidup pada era Hindia Belanda, bahasa ini hampir punah.
Bacaan lanjut
- ^ Willems, Wim Sporen van een Indisch verleden (1600–1942)., Part III by de Gruiter, V.E. (COMT, Leiden, 1994) ISBN 90-71042-44-8 hal.140-143
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Javindo". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ "Bahasa Javindo". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Willems, Wim Sporen van een Indisch verleden (1600–1942)., Part III by de Gruiter, V.E. (COMT, Leiden, 1994) ISBN 90-71042-44-8 hal.150
- De Gruiter, Miel (1994). "Javindo, a contact language in pre-war Semarang". Dalam Peter Bakker & Maarten Mous. Mixed Languages: 15 Case Studies in Language Intertwining. Amsterdam: IFOTT. hlm. 151–159.