Hipohidrosis
Hipohidrosis adalah kondisi seseorang yang hanya mengeluarkan sedikit keringat ketika suhu di sekitar panas. Hipohidrosis merupakan kondisi lebih ringan dari anhidrosis (penderitanya tidak dapat berkeringat sama sekali).[1][2]
Hipohidrosis | |
---|---|
Informasi umum | |
Spesialisasi | Dermatologi, neurologi |
Prognosis | hipertermia, sengatan panas dan kematian |
Gejala
Penyebab
Kerusakan atau penyakit kulit
Kerusakan pada jaringan kulit dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar keringat yang ada di bawahnya. Penyebab rusaknya jaringan kulit tersebut bisa diakibatkan oleh:
- Infeksi bakteri (lepra)[1]
- Peradangan kulit
- Terpapar radiasi berbahaya[2]
- Luka bakar[2]
- Iktiosis[4]
- Sklerodema[4]
- Psoriasis[4]
- Dermatitis eksfoliatif[4]
- Atrofi kelenjar keringat akibat penyakit jaringan ikat (sklerosis sistemik, lupus eritematosis sistemik)[2]
Kerusakan sistem saraf
Selain kerusakan pada kulit, kerusakan pada sistem saraf juga dapat menyebabkan seseorang sulit berkeringat. Kerusakan pada sistem saraf dapat menghalangi pengiriman sinyal dari saraf pusat ke kelenjar kulit. Beberapa kondisi saraf yang dapat memengaruhi hal ini adalah:[4]
- Sindrom Horner[4]
- Penyakit Fabry[4]
- Sindrom Sjorgen[1][4]
- Parkinson[4]
- Diabetes melitus[4]
- Sindrom Ross[4]
- Amiloidosis[4]
- Kanker paru sel kecil[4]
- Atropi sistem multipel[4]
- Alkoholisme[4]
- Sindrom Guillain-Barre[2]
- Defisiensi vitamin B[3]
Efek samping obat
Dehidrasi
Dehidrasi juga bisa menjadi penyebab kondisi mengapa Anda sedikit sekali berkeringat. Alasannya sederhana, tubuh tidak memiliki air yang cukup untuk memproduksi keringat.[3][6]
Kondisi bawaan
Kondisi sedikit berkeringat juga dapat disebabkan oleh kondisi bawaan karena seseorang terlahir dengan kelenjar keringat yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Dalam dunia medis, istilah ini disebut displasia ektodermal hipohidrotik.[4][6]
Hipohidrosis idiopatik
Gangguan produksi keringat yang tidak diketahui penyebabnya yaitu anhidrosis idiopatik kronis atau anhidrosis idiopatik dapatan.[2]
Diagnosis
Selain riwayat kesehatan dan keluhan yang dirasakan oleh penderita, ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis hipohidrosis yaitu:[3]
Tes termoregulasi kulit. Penderita akan diberi tepung jagung yang mengandung iodin atau tepung alizarin merah dengan perbandingan alizarin merah:tepung jagung:sodium karbonat 1:2:1 di seluruh badannya yang akan berubah warna jika kulit menghasilkan keringat. Setelahnya, penderita akan dimasukkan ke dalam ruangan yang dapat merangsang peningkatan suhu tubuh sehingga diharapkan produksi keringat akan semakin banyak. Suhu di dalam ruangan ini antara 45-50°C dengan kelembapan relatif 35-40%. Durasi pemeriksaan ini adalah 30-65 menit dan tidak boleh melebihi 70 menit. Daerah tubuh yang bubuknya tidak mengalami perubahan warna menunjukkan tidak adanya keringat yang diproduksi. Perubahan warna yang terjadi adalah dari warna kuning menjadi merah gelap untuk tepung alizarin merah dan dari cokelat menjadi ungu untuk tepung dengan iodin.[7]
Tes refleks akson sudomotor kuantitatif atau quantitative sudomotor axon reflex test (QSART). Pada pemeriksaan ini kelenjar keringat dirangsang untuk menghasilkan keringat dan jumlah keringat yang dihasilkan dhitung. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi saraf yang mengatur proses terbentuknya keringat.[7]
Tes jejak keringat silastik (polimer silikon). Pemeriksaan ini juga berfungsi untuk menilai fungsi saraf.
Biopsi kulit. Pemeriksaan ini dilakukan jika dokter mencurigai kondisi hipohidrosis terjadi akibat masalah pada kulit.
Pencitraan resonansi magnetik otak atau saraf tulang belakang. Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai penyebab hipohidrosis berasal dari sistem saraf pusat.
Komplikasi
- Keram akibat panas. Gejalanya adalah nyeri otot atau spasme otot.[8]
- Kelelahan akibat panas, gejalanya adalah kelemahan, mual, dan denyut nadi yang cepat.[8]
- Sengatan panas, merupakan kondisi yang mengancam jiwa jika suhu tubuh mencapai 39,5°C atau lebih tinggi. Sengatan panas dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadarannya.[8]
Referensi
- ^ a b c Das, Shinjita (Juni 2020). "Hypohidrosis". www.msdmanuals.com. Diakses tanggal 25 Februari 2022.
- ^ a b c d e f g h i j k Richa, Chimene (10 Januari 2020). "Anhidrosis or Hypohidrosis: The Inability to Sweat". Health Guide. Diakses tanggal 25 Februari 2022.
- ^ a b c d e f Lillis, Charlotte (20 Juni 2018). Luo, Elaine K., ed. "Hypohidrosis: Symptoms, causes, treatment, and complications". www.medicalnewstoday.com. Diakses tanggal 25 Februari 2022.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Nall, Rachel (23 Juli 2012). Murell, Daniel, ed. "Hypohidrosis (Absent Sweating): Causes, Symptoms, and Treatments". Healthline. Diakses tanggal 25 Februari 2022.
- ^ Cheshire, William P.; Fealey, Robert D. (2008). "Drug-induced hyperhidrosis and hypohidrosis: incidence, prevention and management" (PDF). Drug Safety. 31 (2): 109–126. doi:10.2165/00002018-200831020-00002. ISSN 0114-5916. PMID 18217788.
- ^ a b Pieretti, Lisa. "Anhidrosis (No Sweat) - International Hyperhidrosis Society | Official Site". www.sweathelp.org. Diakses tanggal 25 Februari 2022.
- ^ a b Illigens, Ben M.W.; Gibbons, Christopher H. (April 2009). "Sweat testing to evaluate autonomic function". Clinical autonomic research : official journal of the Clinical Autonomic Research Society. 19 (2): 79–87. doi:10.1007/s10286-008-0506-8. ISSN 0959-9851. PMC 3046462 . PMID 18989618.
- ^ a b c "Anhidrosis - Symptoms and causes". Mayo Clinic. Diakses tanggal 25 Februari 2022.