Bahasa Cirebon

bahasa di pulau Jawa yang dituturkan oleh etnik Cirebon

Bahasa Jawa Cirebon (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀, translit. Båså Jawa Cerbonan) adalah sebuah dialek bahasa jawa yang dituturkan di Cirebon Jawa Barat.

Bahasa Jawa Cirebon
BPS: 0084 2
ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀
Båså Jawa Cerbonan
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
Penutur
2.086.721 [butuh rujukan] (2010)[1]
Posisi bahasa Cirebon dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Status resmi
Diatur olehLembaga Basa lan Sastra Cirebon
Kode bahasa
ISO 639-1-
ISO 639-2-
ISO 639-3-
Glottologcire1240[2]
BPS (2010)0084 2
Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Cirebon
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Jawa Cirebon dituturkan oleh 2.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11[butuh rujukan] bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa umum, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak.[1] Pengembangan bahasa Jawa Cirebon dilakukan oleh Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).

Pengaruh

Pada abad ke-15-17 M, bahasa Jawa dialek Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Jawa Cirebon dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di Kuningan dan di Majalengka, bahasa Jawa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. Contoh kosakata serapannya antara lain: taocang ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, bakda ('setelah') dari bahasa Arab, dan sonder ('tanpa')[3] dari bahasa Belanda. Dialek Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti ingsun (saya) dan sira (kamu) dalam bahasa sehari-hari.

Sastra Cirebonan merupakan bagian dari Sastra Pesisiran yang berkembang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Beberapa ahli[siapa?] percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sejak zaman Hindu Awal, dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat di Jawa[butuh rujukan]. Sebagai pengaruh budaya Hindu, dapat ditemui dua macam karya Sastra Cirebonan, yang disebut tembang gedhé dan tembang tengahan. Setelah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh walisanga sekitar abad ke-14-15 M, muncul tembang cilik, yang oleh kebanyakan orang disebut tembang macapat. Setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).[4]

Pada masa lalu[butuh rujukan], di kota Cirebon padatnya aktivitas pelabuhan menarik banyaknya urbanisasi kelompok masyarakat dari wilayah sekitarnya termasuk dari Losari dan Brebes yang notabene sebagiannya merupakan wilayah suku Sunda dan suku Jawa selain itu di sekitar pelabuhan Cirebon juga dapat ditemukan kelompok-kelompok masyarakat suku Madura, pendatang China dan warga keturunan Arab yang pada akhirnya telah menjadikan wilayah ini beragam secara adat maupun bahasa, pada pola kehidupan di sekitar pelabuhan, bahasa Jawa Cirebon telah menjadi bahasa ater-ater (bahasa Indonesia: bahasa pengantar) pada pergaulan di berbagai kalangan masyarakatnya, bahkan ketika terjadi penurunan aktivitas pelabuhan Cirebon pada era modern dengan tidak lagi berhentinya kapal Pelni di pelabuhan Cirebon dan pelabuhan hanya dijadikan tempat bongkar batubara dari Kalimantan saja yang notabene menurunkan tingkat interaksi berbagai kelompok masyarakat yang ada, bahasa Cirebon tetap dan telah menjadi bahasa ater-ater yang dominan pada wilayah tersebut.[5]

Bahasa Jawa Cirebon adalah sebuah dialek dari Bahasa Jawa

Bahasa Jawa dialek Cirebon.

Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek bahasa Jawa

Penelitian menggunakan 2.400 kuesioner sebagai indikator pembanding, seperti kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("makan", "minum", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosakata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 24%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 25%. Sedangkan persamaan dengan Jawa Tengah & Yogyakarta sebesar 76%, dengan Jawa Timur berkisar 75%. Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.

Kosakata

Sebagian besar kosakata asli dari bahasa Cirebon memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa Dialek Dermayon, Tegal-Brebes maupun Bahasa Jawa Banyumasan baik secara morfologi maupun fonetik, memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon itu meskipun oleh sebagian orang dikatakan sebagai bagian dari bahasa Jawa namun mempunyai perbedaan dengan “bahasa Jawa baku (Surakarta-Yogyakarta)”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Cirebon (pada era tahun 1970-an masih disebut sebagai bahasa Jawa dialek Cirebon).[6]

Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat)

Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Jawa Cirebon dengan Dialek lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Banten,[7] Bahasa Jawa dialek Dermayon, dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level Bagongan atau Bahasa Rakyat.

Banten Utara Cirebonan[8] Dermayonan Banyumasan Tegal, Brebes Pemalang Solo/Jogja Kediri - Madiun Surabaya (arekan) Sunda Priangan Indonesia
Ateng Adi / kacung Adi Adi Adi Adi Adhi Adek Adek Dede Adik Laki-laki
Nong Nok Denok / Senok Senok Gendhuk Genduk Níng, Yuk Enèng Adik Perempuan
kita kita reang/isun/inyong (Cilamaya dan Subang) inyong/nyong inyong/nyong nyong aku aku, awakku aku urang aku/saya
sire sira/ko (Subang) slira/dika rika/ko kowen koe kowé awakmu, kowé koen, riko, peno maneh kamu
pisan pisan nemen/temên/pisan pisan nemen/temen/pisan nemen/temen/teo tenan tenan temèn pisan sangat
keprimen keprewe/keprewen/prime/primen kepriben/kepripun/keprimen/pribe kepriwe kepriben/priben/pribe keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe piyé/kepiyé gek piyé, piyé ya'opo kumaha bagaimana
ore ora/beli ora/belih ora ora/belih ora ora ora, ogak gak henteu tidak
manjing manjing manjing/mlebu mlebu manjing/mlebu manjing/mlebu mlebu mlebu (masuk ruangan) , manjing (masuk kerja) mlebu asup masuk
arep arep/pan arep/arepan arep pan pan/pen/ape/pak arep arepan, arep, arepe katene, apene arek akan
sake sing sing / saka kang sing kadi/kading såkå tekå tekå ti dari
kelambi Kelambi kelambi Kelambi Kelambi Kelambi Klambi Klambi Klambi Acuk Pakaian
Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Barat
Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Meuli Beli
Durung Durung Durung Urung Durung Durung Durung Durung, Urung Durung, Gurung Acan Belum
Kependak Ketemu Ketemu/Kepethuk Ketemu Ketemu Ketemu Kepetuk/Ketemu Petukan Ketemu Kapendak Bertemu
Bise Bisa Bisa Teyeng Bisa Bisa Bisa Isa Isa Bisa Bisa
Lan Lan Lan Lan Lan Lan Lan Lan Lan Jeung Dan
Teke Teka Teka Teka, Gutul Teka, Anjog Teka Teka Teka Totok, Teka Dongkap Datang
Kare Karo Karo Karo Karo Karo Karo Karo kambik Sareng Dengan
Entek Entok Entok / Entek Entong Enténg Entek/Enténg Entek Entek Entek Séép Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang)

Perbandingan bahasa Cirebon Bebasan (bahasa halus)

Berikut ini adalah perbandingan antara bebasan (Bahasa Halus) Cirebon, bebasan Dermayonan, bebasan Pemalangan, dengan bebasan Banten[7]

Banten Utara Cirebonan[3] Dermayonan Pemalangan/Tegalan Sunda Priangan Indonesia
Kasih Jeneng Jeneng/wasta/nami/asmi/asma Jeneng/nami/asmi Nami Nama
Boten Boten Mboten Mboten Henteu Tidak
Teteh Rara Mbayu mbokayu Teteh Kakak perempuan (mbak)
Koh/iku/puniku Kuh/puniku Niku/Mèriku/Puniku Puniku/niku Eta Itu
Kepetuk Kepanggih Kepanggih Kepanggih Kapendak Ketemu
Iki Niki Niki Niki Ieu Ini
nggih Inggih Inggih/ènggeh Inggih/nggih Muhun Ya
Ugi Ugi Ugi Ugi Oge Juga
Kelipun Punapa Punapa Punåpå Naha Kenapa
Hampura Hampura Nyuwun Pangapunten / Nyuwun Ngapura Ngampunten, Ngampura Hapunten Maaf
Sege Sekul Sekul Sekul Sangu Nasi
Linggar Kesah Tindak/kesah Tindak/kesah Angkat Pergi
Darbe Gadah Gadah Gadah Gaduh Punya
Seniki Seniki Saniki Sakniki Dinten ieu Sekarang
Matur nuhun Matur kesuwun/kesuwun Matur nuwun / Matur Subanuwun Matur nuwun Hatur nuhun Terima kasih
Ayun ning pundi Bade teng pundi Lajeng teng pundi / Bade teng pundi Bade teng pundi Bade kamana Mau ke mana?
Pasar Peken Peken Peken Pasar Pasar
Salah Salah Sawon Salah Salah Salah
Kule Ingsun Kula Kulå Kuring Saya
Uning Uning Ngertos/Sumerep Ngertos/Sumerep Ngartos Tahu
Bangkit Saged Saged Saged Tiasa Bisa
Napik Sampun/mpun Ampun Ampun Ulah Jangan
Nire Sampeyan Panjenengan Panjenengan Anjeun Anda
Cepe Cape Cape Cape Saur Kata
Gelem Bade Bade Bade Bade Mau
Sare Kulem Sare/Tilem Sare/Tilem Kulem Tidur
Mantuk Wangsul Wangsul/Mantog Wangsul/Mantuk Wangsul Pulang
Saus Mawon Mawon Mawon Wae/Bae Saja
Wau Wau Wau Wau Tadi Tadi
Maler Maksih Taksih/Tesih Taksih/Tesih Masih Masih

Kamus bahasa Indonesia - Cirebon

Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan dan Bahasa Cirebon Bebasan.

Cirebon Bagongan Cirebon Bebasan Bahasa Indonesia Penjelasan
Abad ? Abad
Abang Abrit Merah
Abot ? Berat
Adi ? Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan)
Nang / Enang Ayi Adik (Laki-Laki)
Adoh Tebih Jauh
Adol Sadean Dagang
Adu Aben
Adus Siram Mandi
Adhem ? Sejuk
Agama Agami Agama
Aja Sampun Jangan (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!"
Akeh Katah Banyak
Kakang Raka Kakak Laki-Laki
Aki Ki Kakek
Aku Akên Aku (Mengaku) ngaken (mengaku)
Alas / Luwung Wana Hutan
Alih ? Pindah (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan)
Amarga Amargi Akibat (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar)
Aig / Age Aglis Segera
Amba Wiwir Luas
Ambir Supadon Biar
Amit /Permisi ? Permisi
Ana Wonten Ada
Angel Sesah Susah
Angon Angen Gembala Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau)
Angot ? Kambuh
Antarane Antawise Antaranya
Apa Punapa Apa
Apik Sae Baik
Aran Jeneng/wasta/

nami/asmi

Nama
Arep Ajeng Akan
Garep mendhi Bade pundi Mau ke mana?
Asli ? Asli
Asu ? Anjing
Ati Manah Hati
Aturan Pakem Aturan
Awan Siyang Siang
Awak Selira / Badan Badan
Ayam Sawung Ayam
Bae Mawon Saja
Bagen Sanggine Biarkan
Bagus Sae Bagus
Baka Menawi Kalau
Balik Wangsul Pulang
Banyu Toya Air
Bapak Rama Bapak
Batur Rencang Kawan
Banyu Toya Air
Bari Kaliyan Bersama
Bawi ? Babi
Bebek ? Bebek
Belah Palih Sepalih (sebelah)
Beli / Ora Boten Tidak
Bênêr Lêrês Benar
Bendrongan ? Main Musik (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan"
Bêngên Rumiyen Dahulu
Bêngi Dalu Malam
Beras Uwos Beras
Bobad ? Bohong
Bocah / Anak Lare Anak
Bokat ? Takut / Barangkali "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)

"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana)

Bonggan ? Awas! Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang
Brêsi Rêsik Bersih
Bubar Bibar Bubar
Bulit ? Curang
Buri Wingking Belakang Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang)
Buru-Buru Kêsusu Tergesa-gesa
Buwang Bucal Buang / Melemparkan
Cangkêm Lêsan Mulut
Caos Seba Menghadap / Menemui
Carita ? Cerita
Cêg ? Pegang Cêgcêgan (Pegangan)
Cilik Alit Kecil
Coba Cobi Coba
Cungur / Irung ? Hidung
Cukur Paras Cukur
Dadi Dados Jadi
Dagang Sadean Dagang
Dake Gadah Punya (Dapat)
Dalan Dêrmagi Jalan
Dandan ? Berhias
Dawuk ? Dewasa
Dêlêng Ningali Melihat
Dhadha Jaja Dada
Damar Pandhêm Lampu
Dêmên Tresna Cinta
Dêmplon ? Seksi
Dêngkul / Tur ? Lutut
Dewek ? Sendiri
Di Di Di (Imbuhan) Cirebon Bebasan: "Dibarokahi", Basa Dermayon Krama: "Dipun Barokahi"
Dina Dintên Hari (Sedinten-dinten = Sehari-hari)
Dolan ? Main
Dom Jarum Jarum
Doyan Purun / Kersa Suka / Mau
Duit Yatra Uang
Dulung Ndahari Suap (Makan)
Durung Dêrêng Belum
Duwe Gadah Punya
Duwur Inggil Tinggi
êling êmut Ingat
êmbah êyang Kakek-Nenek
Embuh Wikan Tidak Tahu
? ? Embun-embun
Emong Boten Tidak Mau
Enak Eca Enak
êndas Sirah Kepala
êndhêp êndhap Pendek
êndi Pundi Mana
êndog Tigan Telur
êngko Ajeng Nanti
ênom ênêm Muda
êntêk Têlas Habis
Enteni ? Menunggu
Erti Ertos Arti (Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!)
Esuk Enjing Pagi
Etung Etang Hitung
Gajah Liman Gajah
Gampang Gampil Mudah
Ganti Gantos Ganti
Gawa Bakta Bawa mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan)
Gawe Damel Kerja
Gedang Pisang Pisang
Gede Ageng Besar
Gêlêm Purun Mau
Gelang Binggel Gelang
Gelung Ukel Gulung
Gemuyu Gemujeng Tertawa
Gen Ugi Juga
Genap Jangkep Lengkap
Geni Brama Api
Gering / Kuru /Pêyang ? Kurus
Getek ? Geli
Getih Rah Darah
Gigir Pêngkêran Punggung
Godhong Ron Daun
Golek ? Wayang Kayu (Golek)
Gugah Wungu Bangun
Gula Gêndis Gula
Gulu Jangga Leher
Gawean Damelan Pekerjaan
Guyon Gujêng Bercanda Gegujengan (Bercandaan)
Idêp Ibing Bulu Mata
Idu Kecoh Ludah
Iga ? Iga
Ijo Ijêm Hijau
Ilang Ical Hilang
Ilat Lidah Lidah
Imbuh ? Tambahan
Inep ? Bermalam
Ingu Ingah Pelihara
Irêng Cêmêng Hitam
Isor Andhap Bawah
Isin Lingsem Malu
Isun Ingsun / Kula Saya
Iwak Ulam Ikan
Iya Inggih Ya
Jaga Raksa Menjaga
Jago Sawung Ayam Jago
Jagong Linggih Duduk
Jala Jambêt Jala
Jalir ? Pelacur
Jaluk Pundhut Ambil
Jamu Jampi Jamu
Jaran ? Kuda
Jare Cape Kata (Ucap) Cirebonan: "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?)
Jenggot ? Jenggot
Jêriji ? Jari
Jero Lebet Dalam
Jingkat ? Terkejut
Joget ? Goyang
Kabar / Warta Wartos Berita
Kabeh Sedantên Semua
Kabênêran Kalêrêsan Kebetulan
Kaca Kaca
Kae Punika Itu (Dekat dengan si Pembicara)
Kali / Lêpên Benawi Sungai
Kalung ? Kalung Kalung
Kandha ? Sanjang Bercerita
Kanggo Kangge Untuk
Karang Kawis Karang
Karena Kêrantên Karena
Kari Kantun Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir Kantun-kantun (akhirnya)
Karo Kaliyan Bersama Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?)
Karo Sareng Dengan (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!")
Katon Kêtingal Dapat dilihat
Katok / Cangcut Lancing Celana dalam
Kaweruh ? Pengetahuan
Kaya / ala-ala Kados Seperti (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu)
Kayu Kajeng Kayu
Kebanjur ? Tersiram
Kêbo ? Kerbau
Kêdêr Ewed Bingung
Kelanjutan Kelanjêngan Kelanjutan
Kelapa Kerambil Kelapa
? ? Keliru
Kembang Sekar Bunga
Kêmit ? Kèmit Kuncên Jaga (Tugas Jaga) Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa)
Kêmul Singep Selimut
Kên / Kahin / Jarit / Tapih ? Kain
Kene Riki Sini
Kêponakan Kêpênakan Keponakan
Kêpriben Kêpripun Bagaimana
Kêramas Jamas Keramas
Kêrasan / Bêtah Betah
Kêringet Riwe Keringat
Kêris ? Keris
Kêrtas Kertas Cirebonan: "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu)
Kêtara ? Jelas
Kêtemu Kêpanggih Bertemu
Kêtuwon ? Percuma / tidak dilayani dengan baik
Kêyok ? Kekalahan (Cirebon: Kasoran)
Kie Puniki / Kih Ini
Kijing Sekaran Gilang Makam
Kira Kinten Kira (Perkiraan) Kinten-Kinten (Kira-Kira)
Kirim Kintun Kirim
Klambi Rasukan Pakaian
Kongkon Kengken Suruh
Kuburan Pasarean Kuburan
Kudu / Mesthi Harus
Kuku ? Kuku
Kulon Kulen / Kulwan Barat
Kumat ? Kumat
? ? Kumpul
Kuno Kina Kuno
Kuning Jener Kuning
Kuping Talinga Telinga
Kurang Kirang Kurang
Kuwasa ? Kuwaos Kuasa
? ? Khawatir
Kuwayang ? Terbayang
Kuwe Kuh / Puniku Itu (Jauh dari si pembicara)
Lahiran ? Melahirkan
Lain Dudu / Sanes Bukan
Laka Botên wêntên Tidak Ada
Laki Jali Suami
Lama Dangu Lama
Lamun Bilih Seandainya
Lamun Umpami Umpama
Lanang Jali Laki-laki
Larang Hawis Mahal
Lenga Lisa Minyak
Lenga Latung Lisa latung Minyak tanah
Lêwih Langkung Lebih
Lima Gangsal Lima
Lunga Kesah Pergi
Lupa Lêpat Lupa
Luru Ngilari Cari
Luru Nggulati Cari
Mabok Mêndhêm Mabuk
Maca Maos Baca
Manfaat / Faedah Guna Manfaat / Faedah Gina Manfaat
Mangan Dahar Makan
Mangkat Tindak Berangkat
Maning Malih Lagi
Manjing Mlebet Masuk
Mata Soca Mata
Mati Pejah Mati
Mayid Laywan Jenazah
Melu Milet Ikut
Mencleng ? Lompat
Mêngana Mrika Kesana
Mênê Mriki Kesini
Mêngkonon Mêngkotên Begitu
Mêtu Medal Keluar
Mlaku Mlampah Berjalan
Mlayu Mlajeng Lari
Mungkin ? Mungkin
Nang / Ning Teng Di (Tempat)
Nang Arep Teng Ajeng Di Depan
Nang Isor Teng Andap Di Bawah
Nang kana Teng Riku Di situ
Nang Mendhi Teng Pundi Dimana
Nini ? Nenek
Ngaji Ngaos Mengaji
Nginum Ngombe Minum
Nguyu Nyeni Kencing
Olih Angsal Mendapat
Omong Gunêm Bicara
Pada Sami Sama
Pada bae Sami mawon Sama saja
Pancal ? Tendang
Papat Sêkawan Empat
Parêk Cakêt Dekat
Pasar Pêkên Pasar
Pate Padem Padam
Pati Patos Terlalu Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka)
Payung Pajeng Payung
Pêrabot Pêranti Perabotan
Pêrcaya Pêrcantên Percaya
Lawang Kontên Lawang Kontên Pintu Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas
Pira Pintên Berapa
Piring ? Piring
Polah ? oleh / laku akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah)
Punten Hampura Maaf
Purun ? Mau Panjenengan purun?(kamu mau?)
Putih Pethak Putih
Rabi / Kurên Istri Sekurên = Sejodoh
Rada Rabi Agak Rada Manis (agak manis)
Rewel ? Cerewet
Ro / Rua Kalih Dua
Rungu Pireng Dengar Ngrungu, Mireng (Mendengar)
Sabên Unggal Setiap
Salah Salah Salah
Sambut Sambêt Pinjam
Sapa Sintên Siapa (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?")
Sawah Sabin Sawah
Sedang Siweg Sedang (Melakukan) (Siweg Punapa? "Sedang Apa")
Sega Sêkul Nasi
Sejen Liya Lain (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya")
Sekien Sêniki Sekarang
Sekiki Benjing Besok
Senajan / Ari Menawi Walau
Seneng Bungah Senang
Setitik Sakedik Sedikit
Siji Sêtunggal Satu
Sira Sampeyan Anda
Sira Sampeyan Kamu
Srog Mangga Silakan Ambil Cirebonan: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
Suwe ? Lama
Ya Mangga Silakan Cirebon: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
Taken Dangu Takon Taken Tanya Andangu (Bertanya)
Tamu Sema Tamu
Tanduk Singat Tanduk
Teka Dugi Tiba
Telu Tiba Tiga
Terus Teras Teruskan
Tua Sepuh Tua
Tuku Tumbas Beli
Tur Tunten Selanjutnya
Turu Kilem / Tilem / Kulem Tidur
Umah Griya Rumah
Untap ? Durhaka
Upai Sukani Beri Ngupai, Nyukani (Memberi)
Urip Gesang Hidup
Uwis Sampun Sudah
Wadon Istri Perempuan
Waktu Sela Waktu
Wanci Wayah Saat
Wareg Tuwuk Kenyang
Wong Tiyang Orang
Wulan Sasi Bulan
? Kajaba ? Kecuali
? Lan Dan
? Jentik Kelingking
? Leb Tutup "Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
? Maksad Maksud (Maksadipun = Maksudnya)
? Wiraos Bicara
Belajar Sinau / Ginau Belajar
? Kah Itu (dekat dari si pembicara)
? Waras Sehat
? Bethek Menanak Nasi
? Serat Serabut / Serat
? ? Bantal

Bahasa Jawa Di Cirebon

Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon[butuh rujukan] atau yang dikenal Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh (Kosa Kata Jawa dan Sunda).

Untuk wilayah Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara) sebenarnya bahasa penduduk Gegesik menggunakan Bahasa Dermayon atau pengaruh dari Indramayu wangsa Kesultanan Demak pada 1526 Masehi. Sedangkan menurut Bapak Sugeng selaku penyurvei asal Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta pada tahun 2004.

Bahasa Dermayon adalah bahasa Induk dari Bahasa Jawa Cirebon. Sejarahnya Bahasa Jawa masuk ke Cirebon pada pertengahan abad ke 16 Masehi terutama pada era kepemimpinan Sultan Trenggono, yang mana pada saat Prajurit Perang Kesultanan Demak paling banyak dari daerah Dermayon Indramayu di Migrasi ke Cirebon, Karawang, Banten dan Lampung.

Sedangkan jika di lihat dari sejarah lewat catatan naskah Kuno yang disimpan di daerah Tukdana, Indramayu yang sekarang di simpan di Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta. Daerah Indramayu adalah wilayah dari Kerajaan Majapahit yang sekaligus berpenduduk Jawa, tapi tidak meliputi Cirebon. Pada wangsa Sunan Gunung Jati daerah Cirebon masih berpenduduk Sunda dan oleh sebab itu masuknya Demak ke Cirebon atas dasar Politik Sultan Trenggono yang bertujuan menduduki wilayah-wilayah Kadhipaten yang ada di daerah Pasundan Jawa Barat wangsa Kesultanan Demak. Jadi tidak bisa dikatakan dengan mudah karena catatan sejarah yang lurus dari pada pembuatan sejarah yang imajinatif (Karangan).

Bahasa Cirebon belum bisa diakui sebagai bahasa Induk, dikarenakan bahasa Jawa Cirebon bukan akar dari setiap daerah seperti Majalengka, Kuningan, Subang, Brebes, Indramayu dan Karawang.

bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Jawa Dermayon dialek Arjawinangun dan Dialek Plered. Bahasa Cirebon dialek Campuran.[9] Peneliti


Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)

Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon[butuh rujukan] yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes. Contohnya bagian utara yakni di Kecamatan Losari bagian utara dan Gebang bagian utara, merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa Cirebon dan separuh bahasa Jawa Tegal. Sedangkan sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Brebes bagian selatan seperti di Kecamatan Losari bagian selatan dan Kecamatan Ciledug, dan sekitar perbatasan Majalengka dan Kuningan merupakan gabungan dari Bahasa Jawa Cirebon dengan Bahasa Sunda. Dialek Jawareh .[10]

Bahasa Cirebon dialek Arjawinagun

Dialek Arjawinangun merupakan dialek yang dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon.[9]

Bahasa Jawa Cirebon dialek Plered, Panguragan dan Cirebon Lor (Cirebon Barat dan Utara)

Dialek Plered dan Lor merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara Kabupaten Cirebon. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara (Kapetakan,Suranenggala) ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"[10]

Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)

Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka

Widudung Hamdan:
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..


maso iyo, digawo-gawo menggawe

Sipo:
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu

Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..

Wahyu Pawaka:
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngejer layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...

Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...


adaaaaauuw...

Wahyu Pawaka:
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...


hehee...

Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..


glegek ndipit...
akaka...

Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)

Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.[11]


  • Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.[butuh rujukan]

Tata Bahasa Cirebon (Wyakarana Basa Cirebon)[8]

Kata Ganti (Purusa)

Kata Ganti Orang Pertama (Utama Purusa)

  • Sun (artinya Saya, jika ditambahkan awalan "re/ra" menjadi "resun" maka artinya "saya adalah orang yang terhormat")
  • Isun (artinya Saya, jika kata isun bertemu dengan kata kerja maka "isun" berubah menjadi "tak' atau "tek")
  • Ngwang (artinya Saya, jika ditambahkan kata "sang" menjadi "sangwang" maka maknanya menjadi lebih terhormat dari kata "ngwang")
  • Pwanghulun (artinya Saya adalah seorang Hamba)
  • Nghulun (artinya Saya adalah seorang Hamba, jika ditambahkan kata "Pinaka" menjadi "Pinaka nghulun" maka artinya "diperhamba" dan jika ditambahkan kata "sang" menjadi "sanghulun" maka maknanya menjadi terhormat daripada "nghulun")
  • Pinun (artinya Saya adalah milik Tuan)
  • Manehta (artinya Saya adalah hamba tuanku, khusus digunakan untuk perempuan)
  • Bujangga Mpu (artinya Saya adalah orang yang terpelajar dan alim, biasa digunakan oleh kaum agamawan)

Kata Ganti Orang Kedua (Madyatama Purusa)

  • Ko (artinya Anda)
  • Twa / Ta (artinya Anda)
  • Kamu (artinya Anda, bisa digunakan untuk menyatakan lebih dari satu orang)
  • Kita (artinya Anda atau Tuan. Kata ini lebih terhormat dibandingkan "Ko","Twa/Ta","Kamu")
  • Ngcarira (artinya Anda (secara umum), kata ini lebih terhormat dibandingkan "Ko","Twa/Ta","Kamu")
  • Sira (artinya Anda, namun penggunaan kata ini ditujukan pada Sultan untuk Bawahan atau Pejabat untuk Bawahan yang makna tingkatannya lebih rendah)
  • Kanyu (artinya Anda, kata ini setara dengan "Ko")
  • Rahadyan Sanghulun (artinya anda adalah tuanku, dipergunakan oleh Pekerja kepada Majikannya)

Kata Ganti Orang Ketiga (Pratama Purusa)

  • Ya (artinya Dia)
  • Sira (artinya Dia, jika ditambahkan kata "hana" menjadi "hana sira" yang artinya "ada seseorang")
  • Rasiki (artinya Dia)

Kata Ganti Milik (Empunya)

Kata Ganti Milik Orang Pertama

  • Ku atau Ngku (artinya milik -ku)
  • Mami (artinya milik -kami)
  • i ngwang (artinya milik -ngwang)
  • i nghulun (artinya milik -nghulun)
  • i sanghulun (artinya milik -sanghulun)
  • Pinaka hulun (artinya milik -pinaka hulun)
  • Bujangga Mpu (artinya milik -bujangga mpu)

Kata Ganti Milik Orang Kedua

  • Mu (artinya milik -kamu)
  • Nta / Ta (artinya milik -kita)
  • Nyu (artinya milik -kanyu)
  • Rahadian Sanghulun (artinya milik -rahadian sanghulun)

Kata Ganti Milik Orang Ketiga

  • Nya (artinya milik -ya)
  • Nira / ira (artinya milik -sira)
  • Rasika (artinya milik -rasiki)

Kongres Bahasa Cirebon

(artikel ini merupakan bagian dari artikel Kongres Bahasa Cirebon)

Kongres Bahasa Cirebon pertama kali dicetuskan secara resmi oleh sekitar 70-an orang yang terdiri dari para budayawan, pakar dan pengajar bahasa, seniman dan kaum intelektual yang menghadiri seminar sehari "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" yang diselenggarakan di kota Cirebon atas kerjasama Pikiran rakyat, Mitra Dialog dan Forum Dialog Budaya Cirebon (FDBC), Wali kota Cirebon yang pada saat itu dijabat oleh bapak Subardi segera menyatakan dukungan penuh terhadap rencana penyelenggaraan Kongres Bahasa Cirebon.

Dalam seminar sehari tersebut di antaranya dihadiri oleh ;

  • Dr. H. Dadang Dally, M.Si (Kadisdik Jawa Barat)
  • Drs. H. Zakaria Mahmud (Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati - UNSWAGATI)
  • Drs. H. Wahyo, M.Pd (Kadisdik kota Cirebon)
  • Drs. H. Zaenal Abidin, M.Si (Kadisdik kabupaten Cirebon)
  • Ahmad Sybubanuddin Alwi (Budayawan)
  • Saptaguna (Budayawan)
  • H. Nurdin M. Noer (Kepala Balitbang Mitra Dialog)
  • Drs. Made casta, M.Pd (Budayawan dan Karikaturis)
  • Drs. Wasikin Marzuki atau Ki Jatira (Pemimpin Mitra Dialog)

Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) Drs. Zakaria Mahmud merupakan orang pertama yang mula-mula mengemukakan usulan diadakannya Kongres Bahasa Cirebon.

"Perlu ada Kongres Bahasa Cirebon. Kongres Bahasa Cirebon merupakan momentum bagi tumbuhnya kesadaran bersama dalam pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon. Melalui Kongres Bahasa Cirebon, bahasa Cirebon juga bisa menjadi alternatif kebahasaan. Bahkan ke depan, bahasa Cirebon bisa ikut memengaruhi bahasa nasional,"

Wali kota Cirebon bapak Subardi yang mendukung ide ini kemudian menyatakan,

Kongres Bahasa Cirebon menjadi penanda bahwa masyarakat Cirebon dari berbagai latar belakang, sepakat dengan satu hal, yakni penegasan bahwa bahasa Cirebon sebagai salah satu identitas khas dari keberadaan budaya (kultur) Cirebon. Cirebon ini memiliki kekhasan budaya. Cirebon bukan Sunda, juga bukan Jawa, tetapi Cirebon dengan kekhasannya. Mengangkat khazanah bahasa, berarti mengangkat pula kultur Cirebon yang spesifik. Siapa lagi yang akan mengapresiasi khazanah lokal itu kalau bukan masyarakat Cirebon itu sendiri,"

Disela-sela dukungan yang ada, Drs. Made Casta M.Pd juga angkat bicara mengenai fenomena kebahasaan ini, di mana telah terjadi pembunuhan bahasa (linguacide) oleh bahasa Indonesia yang merupakan bahasa lingua-franca yang ditetapkan secara politis terhadap bahasa-bahasa daerah, termasuk bahasa Cirebon yang jika tidak dilestarikan akan segera menemui kepunahannya.

Karena kekeliruan politik bahasa itu (red: bahasa Indonesia) menjadikan bahasa lokal, termasuk Cirebon bisa mengalami kepunahan, tingkat apresiasi masyarakat akan terus mengalami degradasi, karena itu dibutuhkan kajian dari aspek sosial-budaya untuk pelestarian dan pengembangan.

Harus dicari benang merah pengembangan bahasa lokal dari aspek hubungan dialektikanya dengan masyarakat. Pendekatannya mencerminkan dialektika antara bahasa dengan kompentensi sosiokultural. Sekarang ini, kurikulum dan pembelajaran bahasa Cirebon masih menekankan pada kompetensi linguistik. Sistem tata bahasa Jawa yang diseleraskan dengan pengistilahan dalam bahasa Indonesia begitu kuat didesakan kepada para siswa. Padahal itu terlepas dari konteks sosial-budayanya. Harusnya dibangun kurikulum dan pembelajaran bahasa Cirebon yang berpusat pada lingkup sosial budaya siswa atau student centred. Tanpa itu,

semua akan sia-sia,"

Pada acara "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" tersebut disepakati bahwa Kongres Bahasa Cirebon pertama akan diadakan pada tahun 2006.[12]

Kongres Bahasa Cirebon pertama

Kongres Bahasa Cirebon pertama (KBC I) dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan seminar sehari "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" yang diselenggarakan di kota Cirebon.

Kongres Bahasa Cirebon pertama bertujuan untuk memperkuat posisi bahasa Cirebon dan mendukung upaya-upaya pelestariannya.

Kongres Bahasa Cirebon kedua

Kongres Bahasa Cirebon kedua (KBC II) diadakan selama tiga hari yang sejak tanggal 26 - 28 Juni 2013 di Hotel Prima kota Cirebon dengan tema Dedangdan basa, mengkuhaken budaya (memperbaiki bahasa, memperkokoh budaya)

Salah satu target yang ingin dicapai dengan kongres bahasa Cerbon saat ini yakni, segera mewujudkan wacana dibukanya program studi bahasa Cerbon di perguruan tinggi swasta maupun negeri, setidaknya yang ada di wilayah Cirebon. Berdasarkan survey, penutur bahasa Cerbon cukup banyak mencapai 4 juta. (Supali Kasim - Ketua Panitia Kongres Bahasa Cirebon kedua sekaligus Budayawan Indramayu)

[13]

Pra-Kongres Bahasa Cirebon kedua

Sebelum diadakanya Kongres Bahasa Cirebon kedua, pada tanggal 3 - 4 Desember 2012 diadakan terlebih dahulu pra-Kongres Bahasa Cirebon yang berbentuk saresehan (acara silaturahmi), dalam teks sambutan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bahwa ia sangat menghargai dan mengapresiasi masyarakat yang masih peduli untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan bahasa Cirebon dalam kehidupannya pada era globalisasi ini.[14]

Sementara, Prof. Dr. H. Wahyudin Zarkasih yang merupakan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam makalah bahasa Cirebon miliknya yang berjudul Melu Ngurip-urip lan Ngembangaken Basa Cerbon menyatakan, kebijaksanaan pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal mengembangkan dan memelihara bahasa Cirebon itu merupakan landasan untuk menyusun program dan kegiatan yang intinya perencanaan strategis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan tugas pokok, fungsi, rincian tugas Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian sebagai UPTD Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Tim perumus pra-Kongres Bahasa Cirebon di antaranya merekomendasikan untuk melaksanakan Kongres Bahasa Cirebon kedua (KBC II) pada tahun 2013 agar lebih bermanfaat bagi perkembangan bahasa Cirebon.[15]

"Dari hasil kegiatan ini diharapkan akan lebih tergali lagi potensi bahasa Cirebon dan akan bermanfaat bagi perkembangan bahasa Cirebon itu sendiri," (Wiyana Sundari - Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Peserta kongres Bahasa Cirebon kedua

Peserta Kongres Bahasa Cirebon kedua diikuti sekitar 150 orang yang berasal dari unsur seperti guru, dosen, ustad, seniman, budayawan, jurnalis, legislatif, eksekutif dan penggiat bahasa Cirebon.

Selain dari wilayah kota dan kabupaten Cirebon serta kabupaten Indramayu, para peserta juga datang dari wilayah utara kabupaten Majalengka yang dikenal dengan nama pakaleran, wilayah kabupaten Subang dan kabupaten Karawang.

Narasumber yang hadir pada Kongres Bahasa Cirebon kedua di antaranya ;

  • Ajip Rosidi (Budayawan)
  • Hj. Anna Sophanah (Bupati Indramayu)
  • Drs. H. Ano Sutrisno, M.Si (Wali kota Cirebon)
  • Drs. H. Dedi Supardi, M.M (Bupati Cirebon)
  • Prof. Dr. H. Wahyudin Zarkasyi, CPA (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat)

Rekomendasi Kongres Bahasa Cirebon kedua

Kongres Bahasa Cirebon kedua yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni 2013 menghasilkan keputusan dua belas butir rekomendasi yang dirumuskan oleh tim perumus yang beranggotakan Made Casta (ketua), Raffan Hasyim (sekretaris), Adin Imadudin (anggota), Nurdin M. Noer (anggota)dan Supali Kasim (anggota sekaligus budayawan indramayu)terkait upaya-upaya pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon, butir-butir rekomendasi tersebut ditulis dengan bahasa Cirebon, berikut rekomendasinya[16].[17]

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu nglakukaken pamengkuhan status basa Cerbon ngliwati penetepan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Wali kota lan Keputusan Bupati/Wali kota perkawis pelanggengan basa, sastra lan carakan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu melakukan penguatan terhadap status bahasa Cirebon melalui penetapan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Wali kota dan Keputusan Bupati/Wali kota berkenaan upaya pelestarian bahasa, sastra dan aksara carakan Cirebon)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu madahi plaksanan penelitiyan-penelityan perkawis basa, sastra lan carakan Cerbon kanggé mantepaken keajegan basa Cerbon kanggé ngangsalaken legitimasi ilmiyah minangka wujud prancanan sumber data pelanggengan lan ngembangaken basa Cerbon.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu mewadahi pelaksanaan penelitian-penelitian berkenaan bahasa, sastra dan aksara carakan Cirebon untuk menguatkan posisi bahasa Cirebon guna mendapatkan legitimasi ilmiah sebagai wujud perencanaan sumber data pelestarian sekaligus menyembangkan bahasa Cirebon)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu netepaken basa Cerbon, minangka basa padinan/bagongan lan bebasan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu menetapkan bahasa Cirebon sebagai bahasa sehari-hari/bagongan dan bebasan)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu swagata (menjamin) kalaksanané piwulangan basa Cerbon, teng kubengan kaluwarga, masyarakat lan sekolah awit undagan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA kelayan nganggé kecaketan budaya, boten nganggé kecaketan wewengkon pulitik (geopolitik) ingkang bakal nrubusaken rasa ingkang boten adil.

(pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu secara bersama-sama menjamin pelaksanaan pengajaran bahasa Cirebon di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah mulai dari tingkatan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA secara bersinergi guna menumbuhkan kedekatan budata, tidak untuk menumbuhkan kedekatan wilayah politik (geopolitik) yang akan memunculkan rasa tidak adil)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu swagata (menjamin) kasediyaané buku teks lan buku penunjang piwulangan basa Cerbon ingkang selaras sareng kebutuhan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu secara bersama-sama menjadim tersedianya buku bacaan dan buku penunjang pengajaran bahasa Cirebon yang selaras dengan kebutuhan)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu netepaken lan megaraken sarta nrubusaken bebasaan Cerbon, pamberdayan waktos-waktos bebasaan basa Cerbon lan nyukani pengajénan dumateng pelanggeng, pegiyat minangka piyambek utawi lembaga lan seniman ingkang nggadahi prestasi.

(Pemenrintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu menetapkan dan menghidupkan kembali serta memunculkan bahasa cirebon tingkat bebasan, mengadakan waktu-waktu wajib berbahasa Cirebon dan memberikan apresiasi terhadap para pelestari, penggiat perorangan atau lembaga dan seniman yang memiliki prestasi)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu nyambungaken pamengkuhan Lembaga Basa lan Sastra Cerbon (LBSC) saking aspek organisasi kelembagaan lan program-program dedamelan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu melanjutkan penguatan Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC) dari aspek-aspek organisasi kelembagaan hingga program-program kerja)

Unggal pengguron inggil (perguruan tinggi) lan lembaga penelitiyan/kajiyan ngembangaken peran Tri Dharmanipun kanggé mundhakaken aji basa Cerbon sacara kaélmuwan ngliwati pinten-pinten dedamelan ingkang selaras.

(Setiap perguruan tinggi dan lembaga penelitian/kajian mengembangkan peran Tri Darma-nya untuk memuliakan nilai luhur bahasa Cirebon secara keilmuan melalui berbagai program kerja yang selaras)

Media massa ambika rubrik lan madetaken rubrikasi, program utawi dedamelan pelanggengan lan pangembangan basa Cerbon.

(Media massa menyediakan rubik dan memperkaya rubrikasi, program atau usaha pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon)

Masyarakat penganggé basa Cerbon kedah mundhakaken rasa anderbéni lan tanggungjawab dumateng pelanggengan lan pangembangan basa Cerbon, teng kubengan kluwarga lan tundunan sosial budaya masyarakat.

(Masyarakat pengguna bahasa Cirebon harus meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon di lingkungan keluarga dan dilingkungan pergaulan sosial budaya masyarakat)

Pesantrén-pesantrén kedah ngunggulaken penganggéyan basa Cerbon teng selebeté komunikasi lan basa ater-ater piwulangan.

(Pesantren-pesantren harus menguatamakan penggunaan bahasa Cirebon di dalam berkomunikasi dan sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran)

Keraton-keraton Cirebon ngutamakaken pengayoman, bedaran lan pangembangan naskah-naskah, kempalan-kempalan sosial minangka wujud pelanggengan pangembangan basa Cerbon.

(keraton-keraton Cirebon harus mengutamakan upaya perlindungan, penelitian dan pengembangan naskah-naskah, tempat berkumpul masyarakat sebagai wujud pelestarian pengembangan bahasa Cirebon)

Pengembangan dan Pelestarian

Pengembangan dan pelestarian bahasa Cirebon menurut Imam Miftahul Jannah (aktifis bahasa Cirebon) dikatakan masih minim, sebagai contohnya adalah hanya diberikannya waktu satu jam bagi muatan lokal bahasa Cirebon sementara pelajaran bahasa Inggris diberikan waktu lebih banyak ketimbang bahasa Cirebon yang merupakan bahasa ibu.[18]

Pelestarian Era Digital dan Media Sosial

Bahasa Cirebon pada setiap masanya memiliki model pelestarian yang beragam, termasuk pada era digital dan media sosial. Salah satu yang cukup menonjol adalah apa yang dilakukan oleh situs kamuscirebon.com. Selain fungsi utamanya sebagai kamus (investasi kosakata) di dalamnya juga menambahkan blog sebagai penjang informasi terkait dengan bahasa cirebon. Menariknya kamus cirebon online ini menancapkan satu tujuan utama adalah untuk membantu siapapun yang ingin bersentuhan langsung dengan Bahasa Cirebon, baik untuk kebutuhan akademis ataupun hanya sebagai tambahan kosa-kata dalam komunikasi sehari-hari.[19]

Selain bentuk kamus digital, pelestarian bahasa Cirebon juga dilakukan secara digital dengan pembuatan aplikasi permainan berwawasan tebakan kosakata-kosakata dalam bahasa Cirebon, aplikasi tersebut dinamakan Badekan basa Cerbon dan dibuat oleh Muhammad Anis Al Hilmi dan tim[20][21]

Catatan kaki

Referensi

Catatan