Papua Selatan

provinsi di Pulau Papua, Indonesia

Papua Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang dimekarkan dari provinsi Papua.[1] Ibukotanya berada di Kota Merauke.[2][3] Papua Selatan dimekarkan dari provinsi Papua bersama dua provinsi lainnya yakni Papua Pegunungan dan Papua Tengah pada 30 Juni 2022.

Papua Selatan
Anim Ha
Peta
Peta
Negara Indonesia
Ibu kotaKota Merauke
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 4
  • Kota: 1
  • Distrik: 74
  • Kelurahan: 13
  • Kampung: 674
Luas
 • Total85,885 km2 (33,160 sq mi)
Populasi
 (2021)
 • Total517,623
 • Kepadatan6,0/km2 (16/sq mi)
Demografi
 • AgamaKristen 100.00%
- Protestan 95.30%
- Katolik 4.70%
 • BahasaIndonesia (resmi), Asmat, Boazi, Citak, Jawa, Kolopom, Marori, Mombum, dan bahasa lainnya[butuh rujukan]
Zona waktuUTC+09:00 (WIT)
Kode area telepon
Daftar
  • 0902 - Agats (Asmat)
  • 0971 - Merauke
  • 0975 - Tanah Merah
Kode ISO 3166ID-PA
Pelat kendaraanPA
Kode Kemendagri93 Edit nilai pada Wikidata

Papua Selatan telah diperjuangkan untuk menjadi provinsi tersendiri sejak tahun 2002 dan kembali diajukan menjadi provinsi pada tahun 2020. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Indonesia ingin rakyat Papua maju.[4][5] Pemekaran Provinsi Papua Selatan awalnya direncanakan akan terdiri atas lima kabupaten, yakni Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Merauke. Atas dasar pertimbangan wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang kemudian memilih undur diri.[6]

Papua Selatan berada di dataran rendah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini dengan banyak rawa-rawa dan sungai besar seperti Digul dan Maro. Wilayah ini kaya dengan hasil bumi seperti sagu dan ikan yang menghidupi suku-suku di tepian sungai dan pantai seperti Marind, Asmat, Kombay, Koroway, dan Muyu maupun suku-suku lainnya. Suku-suku di Papua Selatan termasuk dalam wilayah adat Anim Ha. Mereka umumnya menggunakan perahu dayung dan membuat ukiran-ukiran kayu khususnya Asmat. Papua Selatan terdapat Taman Nasional Wasur yang memiliki kekayaan hayati yang tinggi seperti walabi, musamus atau rumah semut raksasa, dan cenderawasih.[7][8][9][10]

Sejarah

Sebelum datangnya bangsa Eropa, wilayah rawa-rawa Papua Selatan dihuni oleh berbagai suku seperti Asmat dan Marind yang masih menjaga tradisinya. Suku Marind atau disebut juga Malind dulunya hidup berkelompok di sepanjang sungai-sungai di wilayah Merauke dan hidup dengan berburu, meramu, dan berkebun. Selain itu orang Marind juga dikenal sebagai suku pengayau atau pemburu kepala (headhunting). Orang Marind menggunakan perahu mengarungi sungai dan pantai menuju kampung yang jauh dan memenggal kepala penghuninya. Orang Marind kemudian pulang membawa kepala korbannya untuk diawetkan dan dirayakan.[11][12][13]

Pada abad ke-19, bangsa Eropa mulai melakukan penjajahan di Pulau Papua. Pulau Papua dibelah dengan garis lurus, bagian barat masuk ke wilayah Nugini Belanda dan bagian timur masuk wilayah Inggris. Suku Malind sering melewati perbatasan tersebut untuk pergi mengayau. sehingga pada tahun 1902, Belanda mendirikan pos militer di ujung timur Papua Selatan untuk memperkuat perbatasan dan menghilangkan tradisi mengayau. Pos ini berada di sungai Maro sehingga kemudian daerahnya sekitarnya diberi nama Merauke. Belanda juga menempatkan misi Katolik di pos ini untuk menyebarkan agamanya serta membantu menghapuskan tradisi pengayauan. Pos ini lama kelamaan semakin ramai sehingga menjadi sebuah kota. Kemudian Merauke dijadikan ibukota dari Afdeeling Zuid Nieuw Guinea atau Provinsi Nugini Selatan. Pada masa penjajahan Belanda juga, Orang Jawa didatangkan ke Merauke untuk membuka lahan persawahan.[11][13]

Selain sungai Maro, Belanda juga mendengar informasi tentang sungai lain yang lebih besar yang dinamakan Sungai Digul. Belanda kemudian mengirim ekspedisi kesana. Tahun 1920an, muncul ide untuk memanfaatkan pedalaman Papua sebagai kamp tahanan. Lokasi yang cocok adalah hulu sungai Digul (Boven Digoel) yang kemudian didirikan kamp bernama Tanah Merah. Hutan yang lebat dan sungai Digul yang ganas ditambah wabah malaria menyebabkan tahanan tersiksa namun tak bisa meloloskan diri. Beberapa tokoh yang pernah ditahan disini antara lain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Setelah Belanda pergi tahun 1960an, Tanah Merah semakin ramai sehingga menjadi distrik dan akhirnya dijadikan ibukota Kabupaten Boven Digoel.[13][14][15]

Tahun 1960an, seluruh Nugini Belanda berhasil dikuasai Indonesia. Bekas Zuid Nieuw Guinea diubah menjadi Kabupaten Merauke dengan ibukotanya di Kota Merauke. Pada tahun 2002, Kabupaten Merauke dimekarkan menjadi empat kabupaten seperti sekarang yaitu Merauke, Mappi, Asmat, dan Boven Digoel. Seluruh bekas wilayah Kabupaten Merauke terdahulu yang mencakup empat kabupaten akhirnya kembali disatukan menjadi provinsi Papua Selatan pada tahun 2022.

Pemerintahan

Daftar Gubernur

Dewan Perwakilan

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km²)[16] Jumlah penduduk Distrik Kelurahan/kampung Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Asmat Agats Elisa Kambu 31.983,69 110.105 19 -/221
 
 
2 Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah Hengky Yaluwo 27.108,00 64.285 20 -/112
 
 
3 Kabupaten Mappi Kepi Michael Rooney Gomar (Pj.) 24.118,00 108.295 15 2/162
 
 
4 Kabupaten Merauke Merauke Romanus Mbaraka 44.071,00 230.932 20 11/179
 
 

Pendidikan

Provinsi ini terdapat satu perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Musamus Merauke (UNMUS). Sekolah ini awalnya bernama Sekolah Tinggi Teknologi Merauke (STTM) yang berdiri di tahun 2001 kemudian berubah status menjadi perguruan tinggi negeri di tahun 2010.[17]

Ekonomi

Kesehatan

Demografi

Referensi

  1. ^ "Sah! DPR Setujui Pemekaran Papua, RI Punya 37 Provinsi | Kabar24". Bisnis.com. 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-06-30. 
  2. ^ "Tito Karnavian: Pemekaran Provinsi Papua didasari Data Intelijen". nasional.okezone.com. Diakses tanggal 2021-05-06. 
  3. ^ "Pemekaran Provinsi Papua, Indonesia". www.bbc.com. Diakses tanggal 2021-05-06. 
  4. ^ "Rakyat Mana yang Menginginkan Provinsi Papua Selatan?". jubi.co.id. Diakses tanggal 2021-05-06. 
  5. ^ "Kabupaten Pegunungan Bintang Tolak Gabung Provinsi Papua Selatan". jubi.co.id. Diakses tanggal 2021-05-06. 
  6. ^ "Mendagri Tito Sebut Pemekaran Provinsi Papua Selatan Hanya 4 Kabupaten". detik.com. Diakses tanggal 2021-09-12. 
  7. ^ "PROFIL WILAYAH ADAT ANIM HA". papua.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-21. 
  8. ^ Batbual, Agapitus (2015-10-21). "Kala Cendrawasih Terus jadi Incaran Pemburu". mongabay.co.id. 
  9. ^ Paino, Christopel (2022-04-04). "Mengenal Rayap yang Membangun "Katedral" di Merauke". mongabay.co.id. 
  10. ^ Batbual, Agapitus (2014-09-03). "Walabi, Minyak Kayu Putih dari Taman Nasional Wasur". mongabay.co.id. 
  11. ^ a b Daeli, Onesius Otenieli (2018). "Spiritualitas dan Transformasi". Melintas : An International Journal of Philosophy and Religion. Fakultas Filsafat UNPAR. 34 (1). 
  12. ^ Sinaga, Jaya; Fenetiruma, Raymond; Pelu, Handika (2021). "Pengangkatan Anak Adat dalam Suku Malind di Kabupaten Merauke". Jurnal Restorative Justice. Fakultas Hukum Universitas Musamus. 5 (1). 
  13. ^ a b c J.P.D.Groen (2022-01-25). "Pengayauan Marind". kombai.nl. Diakses tanggal 2022-07-01. 
  14. ^ "Sejarah Boven Digoel". Pemerintah Kabupaten Boven Digoel. Diakses tanggal 2022-07-01. 
  15. ^ J.P.D. Groen (2020-12-08). "Belanda Masuk Kali Digul". kombai.nl. Diakses tanggal 2022-07-01. 
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  17. ^ "PROFIL UNIVERSITAS MUSAMUS". unmus.ac.id. 

4°46′S 137°48′E / 4.767°S 137.800°E / -4.767; 137.800