Produksi Film Negara
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Perum Produksi Film Negara atau disingkat PFN adalah perusahaan Indonesia jenis BUMN yang berdiri di bidang perfilman. PFN merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia pada saat terbentuk.
Sebelumnya | Pusat Produksi Film Negara Departemen Penerangan |
---|---|
BUMN / Perusahaan Umum, dulunya bagian dari Departemen Penerangan | |
Industri | Perfilman |
Pendahulu | Java Pacific Film (1934-1942) Nippon Eigasha (1943-1945) |
Didirikan | 6 Oktober 1945 (sebagai Berita Film Indonesia, diperingati sebagai hari lahir PFN) 1 Januari 1950 (sebagai Perusahaan Pilem Negara) 17 Agustus 1972 (sebagai Perusahaan Film Negara) 16 Agustus 1975 (sebagai Pusat Produksi Film Negara, Departemen Penerangan) 7 Mei 1988 (sebagai Perum Produksi Film Negara) |
Kantor pusat | Jl. Otista Raya No.125-127, RT.9/RW.8, Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13330 , |
Tokoh kunci | Dwi Heriyanto (Direktur Utama) Sutjiati Tjandra Wibowo (Direktur Produksi) |
Produk | konten kreatif, film cerita & film dokumenter |
Pemilik | Pemerintah Indonesia |
Situs web | pfn |
PFN berawal dari perusahaan Java Pacific Film (JPF) yang didirikan oleh Albert Balink di Batavia. JPF mengalami beberapa pergantian nama sebelum akhirnya menjadi PFN pada tahun 1975.
Sejarah
Masa-masa awal
Terbentuknya perusahaan PFN diawali dengan pendirian perusahaan film oleh Albert Balink pada tahun 1934 yang bernama Java Pacific Film. Java Pacific Film terpisah dengan Kolonial Institute atau Institut Kolonial yang pada 1919 memproduksi film "Onze Oost" atau "Timur Milik Kita". Kelahiran Java Pacific Film justru bersamaan dengan pembentukan Nederlandsch Indiche Bioscoopbond (Gabungan Bioskop Hindia) dan Film Commisie (cikal bakal Lembaga Sensor Film). Pada tahun 1936 nama Java Pacific Film berubah menjadi Algemeene Nederlands Indiesche Film (ANIF). Perusahaan ini memfokuskan diri pada pembuatan film cerita dan film dokumenter.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942 disertai dengan pengambilalihan seluruh kekayaan yang berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda oleh pihak Jepang, salah satunya adalah ANIF. Dari aset-aset perusahaan ANIF Tentara Kekaisaran Jepang kemudian mendirikan sebuah perusahaan perfilman yang diberi nama Nippon ii Eiga Sha (日本映画社) yang berada di bawah pengawasan Sendenbu. Film yang diproduksi Nippon Eiga Sha pada umumnya bertujuan sebagai alat propaganda politik Jepang sebagai pemersatu Asia.
Nippon Eiga Sha didirikan pada bulan April 1943 oleh pemerintah pendudukan Jepang di Jakarta. Tenaga Pribumi-Nusantara yang bekerja dalam perusahaan itu yaitu Raden Mas Soetarto, yang sudah berpengalaman di bidang film dan diangkat sebagai juru kamera; ia menjadi orang Pribumi-Nusantara pertama dalam kedudukan itu. Ketika Nippon Eiga Sha berdiri, Soetarto diangkat oleh Jepang sebagai wakil pimpinan perusahaan merangkap Ketua Karyawan Indonesia dan juru kamera.
Pasca-kemerdekaan
Memasuki era kemerdekaan, perusahaan ini diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Seiring dengan langkah tersebut, para karyawan perusahaan melakukan peliputan berbagai peristiwa bersejarah, dan berubah menjadi Berita Film Indonesia (disingkat BFI) pada 6 Oktober 1945.[1] BFI) merupakan lembaga pembuat film pertama milik Republik Indonesia.
Satu setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Soetarto memprakarsai pengambil alihan Nippon Eiga Sha dari pimpinannya, T. Ishimoto, atas sepengetahuan Menteri Penerangan kala itu, Amir Sjarifuddin. Karena Jakarta tidak aman lagi akibat serangan-serangan tentara pensering Sekutu, bulan Desember 1945 BFI diungsikan ke Surakarta. Sebelum pindah, BFI masih sempat memfilmkan hari proklamasi, penempelan poster, tulisan di tembok-tembok, rapat raksasa 19 September di Lapangan Ikada, peristiwa perlucutan senjata Jepang oleh Sekutu, dan pengangkutan serdadu Jepang ke Pulau Galang serta Kongres Pemuda Indonesia di Yogyakarta, November 1945.
Setelah ditinggalkan oleh BFI, studio di Polonia Jatinegara, Jakarta, digunakan tentara NICA untuk kepentingan propaganda dengan didirikannya Regerings Film Bedrijf (Perusahaan Film Pemerintah). Selain itu studio tersebut juga dimanfaatkan oleh NV Multi Film bersama South Pacific Film Co. Karena adanya pengakuan kedaulatan Indonesia, Belanda kemudian menyerahkan aset Regrings Film Bedrijf kepada pihak Republik Indonesia Serikat. Perusahaan itu mendapat nama baru: Perusahaan Pilem Negara (PPN) di bawah naungan Kementerian Penerangan. Pimpinan PPN pertama adalah Suska. Pada akhir tahun 1950, RM Harjoto diangkat sebagai Direktur dan RM Soetarto sebagai Kepala Produksi Umum, yang meliputi produksi film cerita, film dokumenter dan laboratorium. Pegawai BFI di Yogyakarta pindah kembali ke Jakarta, dan bersama dengan bekas pegawai Regerings Film Bedrijf bergabung dalam PPN yang diganti namanya menjadi Perusahaan Film Negara (PFN).[2]
Pergantian nama perusahaan kembali terjadi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 55 B/MENPEN/1975 pada tanggal 16 Agustus 1975. Berdasarkan surat keputusan ini maka secara resmi PFN berubah menjadi Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Pergantian nama kembali terjadi seiring dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan dan agar perusahaan dapat dikelola secara profesional dengan menggunakan prinsip-prinsip yang dapat memberikan keuntungan bagi negara serta mampu untuk mendiri. Agar dapat mencapai hal tersebut maka PPFN mengubah statusnya menjadi Perum sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1988 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Mei 1988. Dengan demikian resmilah PPFN berganti nama menjadi Perusahaan Umum Produksi Film Negara (Perum PFN).[1]
Perubahan menjadi perusahaan pembiayaan perfilman
Pada tahun 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia menginstruksikan Perum PFN untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman. Menteri BUMN Erick Thohir berharap Perum PFN dapat berkolaborasi dengan para pelaku film Indonesia dalam mengakses pembiayaan dan konten. Selain itu, Perum PFN juga akan bersinergi dengan Telkom Indonesia dalam mengembangkan dan mengelola hak kekayaan intelektual film di Indonesia.[3]
Warisan
Sejak tahun 1946 sampai 1949 saat masih bernama Berita Film Indonesia, BFI telah membuat 13 film dokumentasi dan berita mengenai berbagai peristiwa di awal kemerdekaan RI. Yang diabadikan antara lain Pekan Olahraga Nasional I di Surakarta (1948), Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun (1948), Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II, perundingan di atas kapal Renville dan di Linggajati, dan upacara penyerahan kedaulatan Indonesia di Den Haag, Belanda, 27 Desember 1949.
Film-film dokumenter dan berita itu menggugah semangat perjuangan bangsa dan kesadaran bernegara, setiap kali diputar oleh Jawatan Penerangan di daerah-daerah. Selain itu, dari dokumentasi itu kemudian dapat disusun film dokumenter Indonesia Fights for Freedom (1951) dan 10 November yang mengabadikan pertempuran Surabaya. Beberapa film berita juga diserahkan kepada perwakilan tentara Australia, Amerika, Inggris dan India di Jakarta. Berkat penyiaran kembali film-film itu oleh mereka, perjuangan kemerdekaan Indonesia mendapat tanggapan positif dari dunia internasional.[2]
Film terkenal yang dirilis oleh Produksi Film Negara antara lain serial teater boneka Si Unyil di TVRI (sejak 1981), dan film dokumenter drama propaganda Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984) yang terus diputar setiap tahun di semua saluran televisi di Indonesia saat masa pemerintahan Orde Baru sampai jatuhnya Presiden Soeharto.
Galeri logo
-
Logo lama PFN
-
Logo baru PFN (27 Januari 2014-sekarang)
Filmografi
- Pareh (1935) dikenal sebagai Java Pacifc Film
- Terang Boelan (1937) dikenal sebagai ANIF
- Antara Bumi dan Langit (1950)
- Inspektur Rachman (1950) dikenal sebagai Perusahaan Film Negara (PFN)
- Untuk Sang Merah-Putih (1950) dikenal sebagai Perusahaan Film Negara (PFN)
- Djiwa Pemuda (1951)
- Rakjat Memilih (1951)
- Si Pintjang (1951) dikenal sebagai Perusahaan Film Negara
- Penjelundup (1952) dikenal sebagai Perusahaan Film Negara
- Sekuntum Bunga Ditepi Danau (1952)
- Mardi dan Keranya (1952) dikenal sebagai Perusahaan Film Negara
- Sajap Memanggil (1952)
- Meratjun Sukma (1953)
- Belenggu Masjarakat (1953)
- Kopral Djono (1954)
- Kembali ke Masjarakat (1954)
- Si Melati (1954)
- Antara Tugas dan Tjinta (1954)
- Merapi (1954)
- Peristiwa Didanau Toba (1955)
- Djajaprana (1955)
- Rajuan Alam (1956)
- Tiga-Nol (1958)
- Ni Gowok (1958)
- Lajang-Lajangku Putus (1958)
- Kantjil Mentjuri Mentimun (1959)
- Daun Emas (1963) dikenal sebagai Perusahaan Film Negara
- Kelabang Hitam (1977) dikenal sebagai PPFN
- Warok (1978) dikenal sebagai PPFN
- Si Pincang (1979) dikenal sebagai PPFN
- Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa (1979) dikenal sebagai PPFN
- Harmonikaku (1979) dikenal sebagai PPFN
- Sinila (Peristiwa Gunung Dieng) (1979) dikenal sebagai PPFN
- Cita Pertiwi (1980) dikenal sebagai PPFN
- Si Gura-gura (1980) dikenal sebagai PPFN
- Laki-laki dari Nusakambangan (1980) dikenal sebagai PPFN
- Orang-Orang Laut (1980) dikenal sebagai PPFN
- Juara Cilik (1980) dikenal sebagai PPFN
- Hadiah Buat Si Koko (1980) dikenal sebagai PPFN
- Serangan Fajar (1981) dikenal sebagai PPFN
- Kereta Api Terakhir (1981) dikenal sebagai PPFN
- Dia yang Kembali (1982) dikenal sebagai PPFN
- Senja Masih Cerah (1982) dikenal sebagai PPFN
- Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1982) dikenal sebagai PPFN
- Djakarta 1966 (1982) dikenal sebagai PPFN
- Film dan Peristiwa (1985) dikenal sebagai PPFN
- Penumpasan Sisa-sisa PKI Blitar Selatan (Operasi Trisula) (1986) dikenal sebagai PPFN
- Surat untuk Bidadari (1992) dikenal sebagai PPFN
- Pelangi di Nusa Laut (1992) dikenal sebagai PPFN
- Kuambil Lagi Hatiku (2019) dikenal sebagai PFN
Penghargaan
Penghargaan | Tahun | Judul Film | Penerima | Hasil |
---|---|---|---|---|
Festival Film Indonesia | 1955 | Belenggu Masjarakat | Penata Kamera Terbaik | Menang |
1980 | Harmonikaku | Pemeran Utama Pria Terbaik | Nominasi | |
Sutradara Terbaik | Nominasi | |||
Film Terbaik | Nominasi | |||
Si Pincang | Pemeran Utama Pria Terbaik | Nominasi | ||
Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa | Artistik Terbaik II (Piala Akademi Sinematografi) | Menang | ||
Film Terbaik | Nominasi | |||
Fotografi Terbaik | Nominasi | |||
Musik Terbaik II (Piala Akademi Sinematografi) | Menang | |||
Pemeran Harapan Wanita (Medali Emas PARFI) | Menang | |||
Pemeran Pembantu Pria Terbaik | Nominasi | |||
Pemeran Utama Pria Terbaik | Nominasi | |||
Pemeran Utama Wanita Terbaik | Nominasi | |||
Penata Artistik Terbaik | Nominasi | |||
Penata Suara Terbaik | Nominasi | |||
Penyuntingan Terbaik | Nominasi | |||
Skenario Terbaik | Nominasi | |||
Sutradara Terbaik | Nominasi | |||
Tata Musik Terbaik | Nominasi | |||
1981 | Laki-Laki dari Nusakambangan | Pemeran Utama Pria Terbaik | Menang | |
1982 | Serangan Fajar | Cerita Terbaik | Menang | |
Film Terbaik | Menang | |||
Fotografi Terbaik | Nominasi | |||
Pemeran Anak-Anak Terbaik (Piagam Penghargaan Khusus) | Menang | |||
Pemeran Pembantu Pria Terbaik | Nominasi | |||
Pemeran Pembantu Wanita Terbaik | Menang | |||
Penata Artistik Terbaik | Menang | |||
Skenario Terbaik | Nominasi | |||
Sutradara Terbaik | Menang | |||
Tata Musik Terbaik | Menang | |||
1984 | Pengkhianatan G 30 S PKI | Film Terbaik | Nominasi | |
Fotografi Terbaik | Nominasi | |||
Pemeran Utama Pria Terbaik | Nominasi | |||
Penata Artistik Terbaik | Nominasi | |||
Skenario Terbaik | Menang | |||
Sutradara Terbaik | Nominasi | |||
Tata Musik Terbaik | Nominasi | |||
1985 | Pengkhianatan G 30 S PKI | Film Unggulan Terlaris 1984-1985 (Piala Antemas) | Menang | |
Festival Film Bandung | 1989 | Djakarta 1966 | Editing Terpuji | Menang |
Film Sejarah Terpuji | Menang | |||
Fotografi Terpuji | Menang | |||
Musik Terpuji | Menang | |||
Penata Artistik Terpuji | Menang | |||
Penulis Skenario Terpuji | Menang | |||
Sutradara Terpuji | Menang | |||
Festival Film Taormina | 1994 | Surat untuk Bidadari | Film Terbaik (Piala Cariddi d'Oro) | Menang |
Referensi
- ^ a b http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/801
- ^ a b http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3836 Diarsipkan 2013-01-01 di Wayback Machine. Diakses pada 16 Oktober 2011.
- ^ Akbar, Caesar. "Erick Thohir Ingin PFN Jadi Lembaga Pembiayaan, Tak Lagi Bikin Film". Diakses tanggal 21 November 2021.
Pranala luar
- Situs resmi Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.
- Laman "Produksi Film Negara" di indonesianfilmcenter.com Diarsipkan 2016-03-22 di Wayback Machine.