Elang Mulia Lesmana

aktivis Reformasi 1998
Revisi sejak 26 Agustus 2022 01.03 oleh RaFaDa20631 (bicara | kontrib) (gunakan)

Elang Mulia Lesmana (5 Juli 1978 – 12 Mei 1998) adalah seorang mahasiswa Fakultas Arsitektur Universitas Trisakti angkatan 1996 yang meninggal karena terkena peluru tajam pada Tragedi Trisakti.[3][4] Pada tragedi ini beberapa mahasiswa gugur ketika menyampaikan aspirasi untuk memperjuangkan reformasi.[5]

Elang Mulia Lesmana
Lahir(1978-07-05)5 Juli 1978
Indonesia Jakarta, Indonesia
Meninggal12 Mei 1998(1998-05-12) (umur 19)
Indonesia Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Orang tuaBagus Yoga Nandita dan Hira Tetty Yoga
KerabatSari Ratna Dewi [1] (Kakak)
Raden Mulia Awangga [2] (Adik)

Kematian

Kesaksian dari teman-teman

Kronologi meninggalnya Lesmana diingat jelas oleh Arfianda Bachtiar atau dikenal dengan nama Frankie, pria lulusan Fakultas Teknik Industri, Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, angkatan 1996, yang merupakan sahabat karib Lesmana.[6] Sehari sebelum tragedi atau tepatnya pada 11 Mei 1998, Frankie dan Lesmana berniat mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan esok hari.[6] Frankie memang kerap menginap di rumah Lesmana untuk belajar bersama, terlebih minggu itu akan diadakan ujian tengah semester.[6] Ketika hujan deras, keduanya berboncengan menuju rumah Lesmana di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan.[6] Malam itu, Lesmana menunjukkan sikap yang berbeda dari biasanya, sosok ceria dan pandainya menghilang.[6] Lesmana lebih banyak melamun, sehingga Frankie harus menegur berkali-kali saat Elang mengacuhkan pertanyaan Frankie.[6]

Keesokan harinya, pada pukul 09.00 WIB, keduanya berangkat ke kampus.[6] Sebelum pergi, ibunda Elang sempat berpesan pada Frankie agar berhati-hati mengendarai motor.[6] Mendengar pesan ibunda Elang yang begitu mengkhawatirkan keduanya, Elang membalasnya dengan candaan,"Mami jangan ngomong gitu dong ke Frankie, Elang kan jadi malu,".[6] Hari itu, ujian tengah semester dibatalkan karena mahasiswa diharapkan berpartisipasi dalam demonstrasi di kampus.[6] Keduanya memang telah berniat untuk ikut serta dalam aksi tersebut.[6] Frankie langsung mengeluarkan jaket almamater yang telah disiapkan, begitu juga seharusnya Elang.[6] Tetapi ternyata Elang lupa untuk membawa jaket almamaternya.[6] Di situlah Frankie melihat bahwa Elang seperti orang yang banyak pikiran yang mengakibatkan lupa terhadap sesuatu hal yang lain.[6]

Sebelum ikut berorasi, Frankie mengajak Elang melihat proyek kos-kosan milik orang tuanya yang tengah dibangun persis di seberang gedung kampus.[6] Setelah berjalan kaki lima menit keduanya sampai di lokasi proyek, lalu menghabiskan waktu di sana sekitar sejam.[6] Menjelang siang, keduanya kembali ke kampus.[6] Ketika akan meninggalkan lokasi proyek tiba-tiba salah satu tukang bangunan memanggil Frankie dan memberikan pensil gambar kesayangan Elang yang terjatuh.[6] Kejadian aneh pun kembali dirasakan Frankie, saat keduanya melewati halte bus di tikungan Jalan Letjen S Parman, tiba-tiba ada seorang perempuan yang menangis ketika Elang melintasinya.[6] Namun, ketika orasi tengah berlangsung di tengah-tengah parkiran kampus, Frankie kembali menemukan sosok perempuan lain di antara rapatnya peserta demo di sana yang menangis saat berada di dekat Elang.[6]

Hari semakin sore, perlahan seluruh mahasiswa bergerak ke luar kampus untuk menuju ke gedung DPR.[6] Namun, aksi para mahasiswa dihadang aparat keamanan.[6] Negoisasi antara mahasiswa dan aparat pun berlangsung alot.[6] Selama kurang lebih tiga jam para demonstran menghabiskan waktu di jalanan, beberapa mahasiswa menyempatkan mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama.[6] Frankie memutuskan untuk meminta bantuan seorang temannya yang saat itu membawa kamera untuk mengambil gambar dirinya bersama Elang dan satu sahabatnya lagi, Adny.[6] Suasana kian memanas, aparat memaksa para demonstran untuk kembali masuk ke kampus.[6] Melihat kondisi yang mulai tak terkendali, Frankie berpesan pada dua sahabatnya yakni Elang dan Adny, jika terpisah ketiganya berjanji akan berkumpul di pos satpam di depan pintu masuk kampus.[6]

Penembakan

 
Aparat keamanan dan mahasiswa di luar Trisakti

Aparat mulai menyerang para demonstran dengan gas air mata dan peluru karet serta tembakan peringatan ke atas.[6] Mendengar suara tembakan tersebut, ribuan mahasiswa serentak berlari dan berebut untuk masuk kampus melalui gerbang di Jalan S Parman.[6] Karena Frankie dan Elang posisinya di depan polisi, Frankie melihat tidak ada peluang untuk masuk kampus karena posisinya paling belakang, sedangkan polisi semakin dekat jaraknya.[6] Oleh sebab itu, Frankie memutuskan untuk segera memanjat pagar kampus yang pada saat itu terkunci.[6] Ketika dalam posisi memanjat, Frankie merasakan panas pada bagian perut.[6] Ternyata ia terkena puluru karet yang meleset dan mengenai kancing celananya.[6] Frankie mencoba kembali ke kampusnya dengan memanjat tembok pembatas kedua kampus (Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti) yang letaknya bersebelahan.[6] Ia mencoba mencari keberadaan kedua sahabatnya.[6] Seperti yang dijanjikan ketiganya akan berkumpul di pos satpam.[6] Bergegas ia menuju tempat tersebut.[6] Namun ia hanya mendapati dirinya sendiri, tak ada Elang maupun Adny.[6]

 
Peristiwa Trisakti Jakarta

Tak lama kemudian, Frankie mendengar kabar bahwa Elang terkena tembak.[6] Ia bertanya kepada temannya di bagian mana Elang tertembak, lalu temannya menunjuk ke arah jantungnya.[6] Dengan emosi Frankie menuju ke Rumah Sakit Sumber Waras, di mana semua korban dilarikan ke rumah sakit tersebut.[6] Di sana Frankie menemukan sosok sahabatnya telah terbaring di kamar jenazah dengan terbalut kain tubuhnya telah kaku dan dingin.[6] Luka peluru Elang menembus jantung hingga punggung.[6] Peluru tajam yang menembus jantung Elang ditemukan di dalam tas punggung yang dibawanya.[6] Di dalam tas itu ada botol parfum yang juga pecah terkena peluru.[6] Parfum itu merupakan kado ulang tahun untuk teman wanitanya yang belum sempat Elang berikan.[6]

Penghargaan

 
Penghargaan korban Tragedi Trisakti

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Senin pagi tanggal 15 Agustus 2005 memberikan Bintang Jasa Pratama kepada 4 orang mahasiswa Trisakti yang tewas dalam kerusuhan massa Mei 1998 lalu yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Heriyanto dan Hendriawan Sie.[7] Pemberian penghargaan kehormatan dilakukan di Istana Negara dalam suatu upacara penghormatan.[7] Mereka dianggap berjasa sebagai pejuang reformasi karena pengorbanan jiwa mereka dapat mendorong terjadinya perubahan besar dalam kehidupan bernegara.[7]

Rujukan

  1. ^ Templat:Https://web.facebook.com/sariratnad
  2. ^ Templat:Https://web.facebook.com/iwang.awangga
  3. ^ Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap. Penebar Swadaya Grup. 2012. hlm. 158. ISBN 979-788-343-4. 
  4. ^ Nana Supriatna (2006). Sejarah Untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam. Grafindo Media Pratama. hlm. 26. 
  5. ^ T. Wardaya, Baskara (2007). Menguak Misteri Kekuasaan Suharto. Galangpress. hlm. 270. ISBN 978-979-23-9981-3. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at "Detik Detik Elang Mulya Lesmana Sebelum Tewas Ditembak". Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  7. ^ a b c "Presiden Berikan Bintang Jasa 4 Mahasiswa Trisakti". www.indosiar.com. Diakses tanggal 11 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]