Akmal Nasery Basral
Artikel ini mungkin mengandung riset asli. |
Akmal Nasery Basral (lahir 28 April 1968) adalah seorang novelis, penulis, dan mantan wartawan asal Indonesia berdarah Minangkabau. Dia sudah menulis 24 judul buku (sampai Agustus 2022).
Akmal Nasery Basral | |
---|---|
Lahir | 28 April 1968 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Uda Akmal |
Almamater | Universitas Indonesia Institut Agama Islam Tazkia |
Pekerjaan | novelis da'i |
Dikenal atas | Sang Pencerah (novel) Trilogi Imperia |
Suami/istri | Sylvia Horo |
Anak | Jihan Maghfira Aurora Zaslin Elena Maryam Aylatira |
Orang tua | Basral Sutan Ma'ruf (1941-2005) Asmaniar (1941-2004) |
Kerabat | Betrina Basral (adik) |
Penghargaan | Fiksi Utama Islamic Book Fair 2011 (novel Sang Pencerah) National Writer's Award 2021 SATUPENA |
Kehidupan awal
Akmal Nasery Basral adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya Basral Sutan Ma'ruf bin Umar Datuk Batungkek (1941-2005) dari Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat seorang wiraswastawan yang pernah kuliah di FE Universitas Andalas (tidak selesai). Ibunya Asmaniar binti Barakan Sutan Rajo Ameh (1941-2004) dari Magek, Kamang Magek, Agam, Sumatra Barat, adalah lulusan IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) dan memulai karir sebagai seorang guru berprofesi sebelum menjadi kepala sekolah SMP PGRI di Jakarta sampai akhir hayatnya.[1]. Mereka menikah pada 2 November 1966.
Akmal lahir di RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Tak lama kemudian orang tuanya membeli rumah kecil di kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Akmal menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja sampai lulus SMA di daerah yang tak jauh aliran sungai Ciliwung itu. Di daerah tersebut tinggal juga keluarga Raja Dangdut Rhoma Irama bersama istri pertama (Hj. Veronica Agustina).[2]
Basral dan Asmaniar menyekolahkan Akmal dan adiknya Betrina di TK 'Aisyiyah dan SD Muhammadiyah VI Pagi, Tebet Timur. Ketika masuk kelas 3-6 SD, setiap hari dari jam 14-17 keduanya mendalami pelajaran agama Islam di Madrasah Muhammadiyah.[3]. Lulus SD Akmal melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 73 Jakarta yang juga berlokasi di Tebet Timur. Beberapa kakak kelasnya seperti Titi DJ, Astri Ivo dan Marissa Haque[4] kemudian menjadi artis nasional.
Selesai SMP, Akmal mendaftar ke SMA Negeri 8 Jakarta di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.[5]. Kelak sekolah yang populer disebut Smandel ini muncul dalam novel Te o Toriatte (Genggam Cinta) (2019) sebagai bentuk apresiasinya bagi alma maternya.[6]. Sebagai siswa jurusan IPA, target Akmal ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun dia gagal dalam Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) 1986. Alih-alih malah diterima di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Awalnya dia akan menjadi mahasiswa sosiologi hanya untuk setahun, menunggu Sipenmaru tahun berikutnya dengan tujuan yang sama untuk masuk FK UI. Namun pada hari pertama penataran, dia bertemu seorang kawan satu kelas yang cara bicara, keluasan pengetahuan, dan energi positifnya memukau Akmal. Mahasiswa itu bernama Radhar Panca Dahana, dramawan-sastrawan-budayawan yang pamornya sudah berkibar kencang. RSetelah itu Radhar sering menyuntikkan motivasi dan inspirasi kepada Akmal untuk menekuni dunia penulisan melalui obrolan mereka di kampus, atau saat lesehan di emperan Melawai Blok M pada malam hari saat Radhar bertemu kawan-kawannya sesama seniman. Hasil interaksi itu membuat Akmal melupakan cita-citanya menjadi dokter dan mengubahnya menjadi keinginan untuk menjadi sosiolog yang bisa menulis renyah dan mudah dikunyah.
Oleh sebab itu ketika Radhar wafat (22 April 2021) setelah menjalani penderitaan panjang akibat komplikasi belasan penyakit dan proses cuci darah yang harus dialaminya bertahun-tahun,[7] Akmal menulis obituari untuk sosok yang menginspirasinya masuk ke dalam dunia penulisan itu. [8][9]
Karier
Awal '90'an: Radio
Menjelang lulus kuliah, Akmal menemani seorang kakak kelas yang ingin melamar kerja di Radio ARH (Arif Rahman Hakim) milik pengusaha Fahmi Idris. (Sejak 2005 nama radio menjadi ARH Global Radio dan pada 2017 berubah lagi menjadi Global Radio) 88.4 FM.[10] Ketika menunggu kawannya di lobi, Akmal disodori formulir pendaftaran oleh resepsionis dan diminta mengikuti wawancara juga. Tak dinyana, bukannya sang kakak kelas yang diterima melainkan justru Akmal yang dinyatakan lulus dan mendapat posisi sebagai Assistant Program Director.
Direktur Utama Radio ARH adalah Zainal Abidin Suryokusumo (1939-2007), aktivis mahasiswa 1966 dan tokoh radio yang memiliki nama julukan sohor 'Bung Daktur'. [11] Bung Daktur kemudian mendirikan sindikasi radio Anggit Radio Nusantara (ARN) yang membuat aneka program siap putar bagi puluhan radio anggota sindikasi se-Indonesia. Akmal ikut dalam gerbong karyawan yang meninggalkan ARH dan pindah ke ARN.[12]. Targetnya bukan untuk berkarier di dunia radio melainkan agar tetap punya pendapatan untuk membiayai kursus bahasa Jerman di Goethe-Institut Jakarta dan kursus bahasa Prancis di CCF (sekarang Institut Français Indonesia) Jakarta yang lumayan mahal untuk kantong mahasiswa bukan dari keluarga kaya. Dua bahasa asing itu diyakini Akmal akan dibutuhkan untuk menambah bekal bagi keinginannya menjadi jurnalis Tempo (majalah Indonesia) yang diincarnya.
1994-1998: Gatra
Namun saat dia usai diwisuda, Tempo sedang tak membuka lowongan jurnalis. Majalah berita mingguan itu justru membuka Program Pengembangan Pemasaran bagi sarjana baru. Akmal memutuskan melamar dan berhasil menjadi satu dari 25 orang yang lulus saringan (dari 300-an pelamar dari seluruh Indonesia). Peserta yang diterima menjalani pelatihan khusus di Wisma Tempo Sirnagalih, Megamendung, Bogor, Jawa Barat selama sepekan dalam jadwal harian aneka topik promosi, pemasaran dan penjualan. Para mentor selain direksi dan para manajer TEMPO, juga praktisi dan akademisi kampus seperti Rhenald Kasali yang baru pulang dari AS. Usai pelatihan peserta disebar ke bagian iklan atau sirkulasi majalah-majalah grup TEMPO (Forum Keadilan, Matra, Swa, Humor, Vista, dan Aku Anak Saleh). Akmal mendapat tugas sebagai account executive di majalah TEMPO.
Baru tiga bulan bekerja, majalah TEMPO dibredel Orde Baru atas perintah Presiden Soeharto yang marah akibat laporan utama korupsi impor 39 kapal perang bekas Jerman Timur.[13] Media lainnya yang dibredel adalah majalah Editor dan tabloid Detik.[14]. Sebagian wartawan dan karyawan berinisiatif mendirikan majalah baru, Gatra, yang beredar mulai 19 November 1994. Akmal ikut bergabung sebagai reporter di majalah yang dinakhodai wartawan senior Herry Komar mantan redaktur eksekutif TEMPO itu.[15]
April 1995 terjadi lonjakan 'manusia perahu' (pengungsi) dari Timor Timur (sekarang Timor Leste) ke Australia.[16]. Akmal mendapat tugas melakukan investigasi sekaligus tugas pertamanya ke luar negeri. Dia meliput ke Melbourne dan Sydney melalui jaringan klandestin dan simpatisan Fretilin di kedua kota. Di Melbourne dia berhasil bertemu seorang mantan pejabat protokol Gubernur Timor Timur José Abílio Osório Soares yang membelot dan membawa Akmal ke pertemuan komunitas mereka yang anti Indonesia. Di Sydney, Akmal mendapat bantuan dari Max Lane, penerjemah karya-karya Pramoedya Ananta Toer,[17] yang memperkenalkannya dengan beberapa orang Timor Timur di kantor media Green Left. Saat liputan ke Australia ini Akmal belum pernah mengunjungi Timor Timur. Dia baru menjejakkan kaki di bumi Loro Sa'e ("matahari terbit") itu dua tahun kemudian (1997) ketika suasana sudah semakin panas keinginan masyarakat untuk lepas dari Indonesia yang berujung pada Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999.
Pengalaman liputan lain yang unik baginya adalah ketika mendadak ditugaskan ke London, Inggris di awal September 1997 untuk meliput pemakaman Putri Diana Spencer janda cerai Charles, Pangeran Wales yang tewas secara tragis di terowongan Place de L'Alma, Paris, Prancis.[18]. Akibat sempitnya waktu, staf sekretariat redaksi di Jakarta tak bisa mencarikan hotel di London yang dibanjiri pelayat dari berbagai pelosok dunia untuk mengikuti pemakaman. Untungnya, sebelum berangkat Akmal sempat melakukan reservasi internet ke sebuah hotel kecil. Ini merupakan pengalaman pertamanya melakukan reservasi online di awal kebangkitan internet. Akmal menggunakan pengalaman itu, termasuk mengunjungi *Althorp Estate* kawasan pribadi keluarga Spencer yang menjadi lokasi pemakaman Sang Putri dan perjuangan mencari makam Dodi al-Fayed (pacar Diana) di pemakaman Brookwood, Surrey, sebagai bagian konstruksi kisah dalam novel Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018).[19]
1999-2001: Gamma, @-ha & Komunitasmusik.com
Gatra pecah di akhir 1998 akibat konflik internal. Seluruh direksi (Herry Komar, Mahtum Mastoem, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan) dan sebagian karyawan mendirikan majalah baru Gamma. Akmal memilih bergabung dengan Gamma. Selain sebagai staf redaksi di desk Seni & Budaya dan desk International, juga membuat suplemen Virtual berisi topik teknologi informasi. Dalam waktu singkat, perolehan iklan Virtual melebihi pendapatan iklan sang induknya, majalah Gamma, seperti ditulis wartawan-sastrawan Sori Siregar.[20]
Namun suasana kerja di Gamma yang penuh intrik membuat Akmal memutuskan membuat majalah tren digital mandiri dengan mengambil inspirasi dari Wired (majalah) dan T3 (majalah). Akmal menjadi pemimpin redaksi majalah yang diberi nama @-ha dan mendapat sambutan positif pasar domestik yang sebelumnya hanya mengenal majalah komputer dari perspektif perangkat keras. Namun perbedaan visi dan strategi dengan investor yang menangani bisnis dan pemasaran secara konvensional membuat mereka pecah kongsi.
Di tengah eforia portal berita digital yang baru beroperasi, Akmal bergabung dengan Komunitasmusik.com anak usaha Adhitama Enterprise yang sebelumnya dikenal sebagai promotor pentas musisi dunia seperti Julio Iglesias, Roxette, dll. Bersama Nandi D. Nadpodo (CEO) dan Abang Edwin SA (CTO), Akmal sebagai CCO mengembangkan salah satu situs berita musik pertama di tanah air ini. Komunitasmusik.com menjadi leader bagi portal sejenis yang bermunculan seperti jamur di musim hujan termasuk yang didanai korporasi-korporasi raksasa yang rela membakar uang dengan enteng untuk promosi jorjoran dengan memasang baliho-baliho raksasa di berbagai strategis serta membom iklan media cetak dan televisi tanpa henti. Komunitasmusik.com keteter dan perlahan-lahan menepi ke pinggir lapangan.
2002: MTV Trax
Di awal 2002, Akmal menjadi pemimpin redaksi pertama MTV Trax, majalah musik kolaborasi MRA Group dan kanal musik MTV yang terbit bulanan. Di jajaran dewan direksi terdapat Meuthia Kasim (direktur MRA Media) dan Yoris Sebastian (GM Hard Rock Jakarta). Posisi GM Bisnis ditempati Erwin Arnada (belakangan mundur mendirikan majalah Playboy Indonesia, 2007)
Akmal merumuskan isi MTV Trax, dari nama rubrik sampai deskripsi konten. Dia membentuk tim kecil tiga orang staf redaksi yang semuanya masih baru di dunia jurnalistik yakni Arian13 (vokalis band indie Puppen dan Seringai); Salman Aristo yang baru lulus dari Universitas Padjajaran (kini penulis skenario film produktif) dan Gupta Mahendra (gitaris grup jazz Chlorophyl, sarjana Sastra Cina UI). Untuk reporter lapangan, direkrut lima orang mahasiswa/i dari berbagai kampus yang aktif bergaul dan menyukai musik. Mereka tak harus ke kantor setiap hari layaknya reporter konvensional karena majalah terbit bulanan. Mereka boleh menyesuaikan dengan jadwal kuliah dan ujian kampus masing-masing.
Pada Oktober 2022 konsep MTV Trax digunakan MTV Trax Thailand sebagai franchisee (penerima waralaba). Akmal yang penggemar berat musik menikmati kiprahnya namun sulit beradaptasi dengan lingkungan yang glamor, liberal dan permisif. Dengan berat hati dia putuskan mundur dari majalah yang ikut dibangunnya dari nol besar. Posisinya kemudian digantikan Hagi Hagoromo--nama MTV Trax menjadi Trax saja setelah kerjasama MRA dan MTV tak berlanjut--kemudian setelah Hagi juga mundur, Andre Sumual (Andre Opa) yang menempati posisi pemimpin redaksi sampai Trax berhenti terbit pada 2016.[21].
2004-2010: Tempo
Setelah mendapat cukup pengalaman di luar majalah berita Akmal berlabuh di majalah Tempo, yang pernah menjadi profesi impiannya saat masih kuliah. Pada 2005, Akmal meluncurkan novel perdana berjudul Imperia yang bergenre thrillerpolitik di sebuah acara buku nasional di Istora Gelora Bung Karno. Bertindak sebagai pembahas adalah penulis senior Leila S. Chudori (Leila Salikha Chudori dan pengamat politik Eep S. Fatah.
Pada 2006 Akmal mendapat tugas liputan ke BusanKorea Selatan untuk meliput Festival Film Internasional Busan dan fenomena kebangkitan K-Pop di seluruh dunia.[22]. Liputan lain yang berkesan baginya adalah melaporkan perkembangan di Pakistan usai pembunuhan Benazir Bhutto di akhir Desember 2007. Akmal berkeliling empat kota (Karachi, Islamabad, Rawalpindi, Lahore) sampai berlangsung Pemilu Februari 2008 di negeri yang penuh kemelut itu.[23][24].
Setelah enam tahun berkiprah sebagai wartawan TEMPO dan melahirkan tiga buku (Imperia, Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku dan Nagabonar Jadi 2), Akmal memutuskan untuk pindah kuadran, meninggalkan dunia jurnalistik dan masuk kuadran kehidupan baru sebagai penulis kreatif penuh waktu. Keputusan itu dilakukannya pada awal 2010.
2010-sekarang: Novelis, Kolumnis, Da'i
Juli 2010 Akmal meluncurkan novel sejarah Sang Pencerah dalam momentum Satu Abad Muhammadiyah dan Muktamar ke-46 yang berlangsung di Daerah Istimewa Yogyakarta.[25]. Sampai Agustus 2022, Akmal sudah menghasilkan 24 buku yang mayoritas merupakan novel beragam genre (untuk judul lengkap lihat Karya).
Untuk melatih kepekaannya terhadap fenomena sosial, Akmal menulis kolom (nonfiksi) bertajuk SKEMA (Sketsa Masyarakat) yang dimulai sejak bulan Ramadan 1443 H (April 2022) yang dipostingnya setiap hari ke sejumlah WAG (grup WhatsApp) yang diikutinya. Ternyata hampir setiap tulisan diunggah ulang oleh berbagai portal dan situs berita di laman mereka masing-masing.[26]. Mengingat sambutan positif pembaca, usai Ramadan Akmal melanjutkan menulis SKEMA dengan frekuensi 1-2 tulisan per pekan, tidak harian.[27]. Akmal tidak mengirimkan tulisan SKEMA ke media cetak konvensional lebih dulu selain untuk memangkas waktu tunggu penerbitan, juga karena ingin berwakaf tulisan kepada pembaca. Beberapa topik yang ditulisnya bahkan menempati artikel terpopuler di beberapa situs. Misalnya tulisan tentang wafatnya santri Gontor asal Palembang setelah dianiaya sesama santri.[28]
Pada 2014, Akmal mendapat beasiswa pascasarjana untuk studi Ekonomi syariah di Institut Agama Islam Tazkia, Sentul City. Sejak itu dia mulai sering mendapatkan permintaan mengisi kajian di masjid komplek (pemukiman) atau perkantoran. Namun Akmal membatasi hanya menyampaikan materi yang berkaitan dengan sejarah Islam dan tokoh-tokoh Islam atau fenomena sosial budaya yang masih berkaitan dengan pendidikan formalnya sebagai sarjana sosiologi, bukan berkaitan dengan fikih ibadah atau fikih muamalah.
Untuk itu dia tak pernah mau dipanggil ustaz. Dia selalu meminta dipanggil Uda Akmal. Pertama karena panggilan itu beraroma Minang (uda = kakak), dan kedua sebagai seloroh, "Uda berarti ustaz dadakan," ujar. Namun dia tak keberatan jika disebut da'i karena berbeda dengan ustaz yang berarti 'guru besar', maka 'da'i' berarti 'penyeru'. Bagi Akmal apapun profesi seseorang, jika orang tersebut menyerukan ajakan kebaikan kepada orang lain maka individu itu memenuhi syarat dipanggil da'i.
Sebagai seorang sastrawan, Akmal Nasery Basral telah menghasilkan beberapa karya sastra, di antaranya novel Imperia yang merupakan karya pertamanya yang dibuat pada tahun 2005. Pada tahun 2010 ia menyelesaikan Sang Pencerah, sebuah novel yang berkisah tentang kehidupan dan perjuangan KH Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi massa Islam Muhammadiyah. Novel tersebut telah difilmkan dengan sutradara Hanung Bramantyo dan mendapatkan sambutan luas dari masyarakat.[29].
Pada tahun 2012, Akmal meluncurkan Anak Sejuta Bintang, novel tentang masa kecil Aburizal Bakrie.[30] Karya Akmal yang lain, di antaranya cerpen Legenda Bandar Angin pernah dinobatkan sebagai cerpen terbaik harian Pikiran Rakyat pada tahun 2006.
Kehidupan pribadi
Akmal menikah dengan Sylvia Emilia Horo pada 9 April 1998. Mereka dikaruniai tiga orang putri dan tinggal di Cibubur.[31]
Pendidikan
Karya
Ke-24 karya Akmal Nasery Basral yang sudah terbit terdiri dari 1 nonfiksi (tentang orkestra), 2 antologi cerpen 1 antologi puisi esai, dan 20 novel.
Nonfiksi
- Simfoni Untuk Negeri: Twilite Orchestra & Magenta Orchestra (2011)[34]
Antologi Cerpen
- Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006, catatan akhir oleh Prof. Dr. Budi Darma)[35]
- Putik Safron di Sayap Izrail (2020, endorsement oleh Prof. Dr. Budi Darma, "Kumpulan cerita pendek ini mengokohkan Akmal Nasery Basral sebagai pengarang yang kuat dengan pemikiran penting dalam sastra kita.")[36]
Antologi Puisi Esai
- Taman Iman Taman Peradaban (2021, antologi puisi esai 10 tokoh agama di Indonesia) [37]
Novel
- Imperia (2005)[38]
- Nagabonar Jadi 2 (2007)[39]
- Sang Pencerah (2010, novel sejarah kehidupan KH Ahmad Dahlan[40]
- Presiden Prawiranegara (2011, novel sejarah perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara era PDRI)[41]
- Batas (2011, novel)[42]
- Anak Sejuta Bintang (2012, novelisasi masa kanak-kanak Aburizal Bakrie)[43]
- Tadarus Cinta Buya Pujangga (2013, novel sejarah Buya Hamka)[44]
- Napoleon dari Tanah Rencong (2013, novel sejarah tentang Hasan Saleh)[45]
- Trilogi Imperia: Ilusi Imperia (2014)[46]
- Trilogi Imperia: Rahasia Imperia (2014)[47]
- Trilogi Imperia: Coda Imperia (2018)[48]
- Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018)[49]
- Teo Toriatte (Genggam Cinta) (2019) [50]
- Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta (2020)[51]
- Setangkai Pena di Taman Pujangga (2020, dwilogi novel sejarah Buya Hamka)[52]
- Disorder (2020)[53]
- Dwilogi Dayon & Sabai: Dayon (2021)[54]
- Kincir Waktu (2021)[55]
- Dwilogi Dayon & Sabai: Sabai Sunwoo (2022)[56]
- Serangkai Makna di Mihrab Ulama (2022, dwilogi novel sejarah Buya Hamka)[57]
- Kincir Waktu 2 (2022-segera terbit)
Penghargaan
Referensi
- ^ https://forumterkininews.id/berhari-raya-tanpa-orang-tua/
- ^ https://zh-cn.facebook.com/notes/forsa-fans-of-rhoma-irama-and-soneta-banjarmasin/rhoma-irama-tentang-sejarah-deklarasi-soneta-the-voice-of-moeslim/419757681418388
- ^ https://sdmuh06tebet.sch.id/sejarah-singkat-perguruan-muhammadiyah-tebet-timur.html
- ^ https://wiki-indonesia.club/wiki/Marissa_Haque
- ^ https://www.gpu.id/author-detail/38456/akmal-nasery-basral
- ^ https://www.gpu.id/book-detail/92772/te-o-toriatte-genggam-cinta
- ^ https://nationalgeographic.grid.id/read/132663247/sastrawan-budayawan-dramawan-radhar-panca-dahana-berpulang?page=all
- ^ https://kumparan.com/akmal-nasery-basral/mengenang-radhar-panca-dahana-1965-2021-hidup-harus-lebih-dari-sekadarnya-1vbo18LXdVv
- ^ https://mediaindonesia.com/opini/400362/mengenang-radhar-hidup-harus-lebih-daripada-sekadarnya
- ^ http://mncnetworks.com/index.php/radio-stations/detail/1/global-radio
- ^ http://bungdaktur-arh.blogspot.com/
- ^ https://pantau.or.id/liputan/2003/01/centang-perenang-industri-radio/
- ^ https://nasional.tempo.co/read/458741/habibie-heboh-kapal-perang-jerman-dan-beredel
- ^ https://nasional.tempo.co/read/1474929/kronologi-pembredelan-majalah-tempo-editor-dan-detik-27-tahun-silam
- ^ http://koleksikemalaatmojo.blogspot.com/2011/07/majalah-lama-gatra-edisi-perdana.html
- ^ https://espace.curtin.edu.au/handle/20.500.11937/86770
- ^ https://jakartaglobe.id/news/max-lane-not-get-lost-translating-pramoedya-ananta-toer
- ^ https://seleb.tempo.co/read/1500754/kilas-balik-24-tahun-kecelakaan-mobil-yang-menewaskan-putri-diana
- ^ https://www.goodreads.com/book/show/43228281-dilarang-bercanda-dengan-kenangan
- ^ http://pantaulama.klienakses.com/?/=d/79
- ^ http://kencomm-id.com/portfolio/andre-opa/
- ^ https://books.google.co.id/books?id=d0vODwAAQBAJ&pg=PA34&lpg=PA34&dq=Akmal+Nasery+Basral++K-Pop+Tempo&source=bl&ots=N0gJISWkIT&sig=ACfU3U01-xc_5aNS5DQPFKsk-izMPiCEDA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj83s2mqoT6AhVnSmwGHUzZCasQ6AF6BAgREAM#v=onepage&q=Akmal%20Nasery%20Basral%20%20K-Pop%20Tempo&f=false
- ^ https://dunia.tempo.co/read/117667/pemilu-di-pakistan-super-sederhana
- ^ https://www.datatempo.co/MajalahTeks/detail/ARM20180612136451/selamat-tinggal-q
- ^ https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/07/100706_muhammadiyahintro#:~:text=Muhammadiyah%20menggelar%20Muktamar%20ke%2D46,dan%20Tajdid%20Menuju%20Peradaban%20Utama
- ^ https://jakarta.suaramerdeka.com/opini/pr-1343197379/masjid-isa-dan-perawan-maria
- ^ https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1511735-endgame-dua-akhir-dramatis-dari-hidup-yang-sebelumnya-manis?page=2
- ^ https://www.orbitindonesia.com/kolom/pr-5444546317/ke-gontor-apa-yang-kau-cari-penganiayaan-berbuah-kematian-di-perkemahan-kamis-dan-jumat
- ^ http://www.goodreads.com Sang Pencerah
- ^ nasional.news.viva.co.id Mau Nilai Musik: Dengarkan, Nilai Buku: Baca!
- ^ https://www.gpu.id/author-detail/38456/akmal-nasery-basral
- ^ https://indonews.id/artikel/319963/Jejak-Alumni-FISIP-UI-Sastrawan-Akmal-Nasery-FISIP-UI-Menempa-dan-Mengembangkan-Wawasan-Saya/
- ^ https://alumni.tazkia.ac.id/tag/akmal-nasery-basral/
- ^ https://www.viva.co.id/amp/foto/showbiz/5184-peluncuran-buku-simfoni-untuk-negeri
- ^ http://bukuygkubaca.blogspot.com/2006/12/ada-seseorang-di-kepalaku-yang-bukan.html
- ^ https://adesolihat.com/2021/01/16/review-kumpulan-cerpen-putik-safron-di-sayap-izrail-anb/
- ^ https://mediaindonesia.com/humaniora/423898/novelis-akmal-nasery-basral-luncurkan-buku-taman-iman-taman-peradaban
- ^ https://www.goodreads.com/en/book/show/1396759.Imperia
- ^ http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/82218
- ^ https://www.academia.edu/8779786/Representasi_Hegemoni_dalam_Novel_Sang_Pencerah
- ^ https://www.tempo.co/dw/5568/lewat-novel-sejarah-penulis-akmal-nasery-basral-hidupkan-kembali-tokoh-kemerdekaan
- ^ https://www.researchgate.net/publication/332796936_Eksistensi_Budaya_Dayak_dalam_Novel_Batas_Karya_Akmal_Nasery_Basral
- ^ https://www.kompasiana.com/budiliem/550e96a4813311ba2cbc6475/resensi-novel-anak-sejuta-bintang
- ^ https://adoc.pub/nilai-nilai-religiusitas-islam-dalam-novel-tadarus-cinta-buy.html
- ^ https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20403474&lokasi=lokal
- ^ https://bookishstory.wordpress.com/2015/09/22/book-review-67-ilusi-imperia-by-akmal-nasery-basral/
- ^ https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20140905095753-234-2527/rahasia-imperia-labirin-pembunuhan-bernapaskan-indonesia
- ^ https://majalahpeluang.com/coda-imperia-babak-terakhir-jurnalis-melawan-konspirasi/
- ^ https://www.antvklik.com/rehat/178086-dilarang-bercanda-dengan-kenangan
- ^ https://www.thejakartapost.com/life/2020/03/18/indonesian-novel-genggam-cinta-to-become-series-in-jakarta-shimbun-newspaper.html
- ^ https://www.republika.co.id/berita/qbae2i440/resensi-gitasmara-semesta-tentang-jo-dan-kenangannya
- ^ https://kumparan.com/kumparanhits/akmal-nasery-basral-kembali-rilis-novel-soal-buya-hamka-1sw1asD8VY2
- ^ https://www.viva.co.id/vstory/lainnya-vstory/1346945-resensi-buku-disorder-menyelami-dunia-baru
- ^ https://dipidiff.com/28-terbaru-buku-impor/348-review-buku-dayon-akmal-nasery-basral
- ^ https://megapolitan.antaranews.com/berita/168549/novel-kincir-waktu-karya-akmal-nasery-basral-resmi-meluncur-di-iibf-2021
- ^ https://www.republika.co.id/berita/r7cjz0282/sabai-secangkir-kopi-model-blasteran-minangkorea
- ^ https://news.detik.com/berita/d-6011499/novel-akmal-nasery-tentang-buya-hamka-terbit-royalti-untuk-warga-mentawai
- ^ https://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pengumuman-hasil-seleksi-tahap-1-longlist-khatulistiwa-literary-award-2007/
- ^ https://www.youtube.com/watch?v=m-o218NcrWs
- ^ https://www.republika.id/posts/19602/akmal-nasery-basral-setiap-karya-punya-cerita
- ^ https://www.dailynewsindonesia.com/news/sastrawan-akmal-nasery-basral-raih-penghargaan-national-writers-award-2021/
- ^ https://www.indozone.id/life/Z8sPDM0/persaingan-scarlet-pen-awards-2022-para-nominasi-bersaing-ketat-di-11-kategori