Akmal Nasery Basral

jurnalis Indonesia

Akmal Nasery Basral (lahir 28 April 1968) adalah seorang novelis, penulis, dan mantan wartawan asal Indonesia berdarah Minangkabau yang sudah menulis 24 judul buku.[1]. Dia menerima penghargaan National Writer's Award 2021 dari Perkumpulan Penulis Nasional SATUPENA.[2]

Akmal Nasery Basral
Lahir28 April 1968 (umur 56)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Nama lainUda Akmal
AlmamaterUniversitas Indonesia
Institut Agama Islam Tazkia
Pekerjaannovelis
da'i
Dikenal atasSang Pencerah (novel)

Trilogi Imperia
Suami/istriSylvia Horo
AnakJihan Maghfira
Aurora Zaslin Elena
Maryam Aylatira
Orang tuaBasral Sutan Ma'ruf (1941-2005)
Asmaniar
(1941-2004)
KerabatBetrina Basral (adik)
PenghargaanFiksi Utama Islamic Book Fair 2011 (novel Sang Pencerah)

National Writer's Award 2021 SATUPENA

Kehidupan awal

Akmal Nasery Basral adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya Basral Sutan Ma'ruf bin Umar Datuk Batungkek (1941-2005) dari Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat seorang wiraswastawan yang pernah kuliah di FE Universitas Andalas. Ibunya Asmaniar binti Barakan Sutan Rajo Ameh (1941-2004) dari Magek, Kamang Magek, Agam, Sumatra Barat, adalah alumna IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) dan memulai karir sebagai seorang guru berprofesi sebelum menjadi kepala sekolah SMP PGRI di Jakarta sampai akhir hayatnya.[3]. Mereka menikah pada 2 November 1966.

Akmal lahir di RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Tak lama kemudian orang tuanya membeli rumah kecil di kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Akmal menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja sampai lulus SMA di daerah yang tak jauh aliran sungai Ciliwung itu. Di daerah tersebut tinggal juga keluarga Raja Dangdut Rhoma Irama bersama istri pertama (Hj. Veronica Agustina).[4]

Basral dan Asmaniar menyekolahkan Akmal dan adiknya Betrina di TK 'Aisyiyah dan SD Muhammadiyah VI Pagi, Tebet Timur. Ketika masuk kelas 3-6 SD, setiap hari dari jam 14-17 keduanya mendalami pelajaran agama Islam di Madrasah Muhammadiyah.[5]. Lulus SD Akmal melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 73 Jakarta yang juga berlokasi di Tebet Timur. Beberapa kakak kelasnya seperti Titi DJ, Astri Ivo dan Marissa Haque[6] kemudian menjadi artis nasional.

Selesai SMP, Akmal mendaftar ke SMA Negeri 8 Jakarta di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.[7]. Kelak sekolah yang populer disebut Smandel ini muncul dalam novel Te o Toriatte (Genggam Cinta) (2019) sebagai bentuk apresiasinya bagi alma maternya.[8]. Sebagai siswa jurusan IPA, target Akmal ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun dia gagal dalam Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) 1986. Alih-alih malah diterima di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Awalnya dia hanya akan menjadi mahasiswa sosiologi setahun sembari menunggu Sipenmaru tahun berikutnya. Targetnya tetap ingin masuk FK UI. Namun pada hari pertama penataran sebagai mahasiswa baru, dia bertemu seorang kawan satu kelas yang cara bicara, keluasan pengetahuan, dan energi positifnya memukau. Mahasiswa itu bernama Radhar Panca Dahana, dramawan-sastrawan-budayawan yang pamornya sudah dikenal. Dalam berbagai obrolan, Radhar sering menyuntikkan motivasi dan inspirasi kepada Akmal untuk menekuni dunia penulisan. Begitu juga saat lesehan di emperan Melawai Blok M pada malam hari saat Radhar bertemu kawan-kawannya sesama seniman berdiskusi aneka topik yang diikuti Akmal. Hasil interaksi itu membuat Akmal melupakan cita-cita menjadi dokter dan memantapkan hati untuk menjadi sosiolog yang bisa menulis renyah dan enak dikunyah.

Ketika Radhar wafat (22 April 2021) setelah menjalani penderitaan panjang akibat komplikasi belasan penyakit dan proses cuci darah yang harus dialaminya bertahun-tahun,[9] Akmal menulis obituari untuk sosok yang menginspirasinya masuk ke dalam dunia penulisan itu. [10][11]

Karier

Awal '90'an: Radio

Menjelang lulus kuliah, Akmal menemani seorang kakak kelas yang ingin melamar kerja di Radio ARH (Arif Rahman Hakim) milik pengusaha Fahmi Idris. (Sejak 2005 nama radio menjadi ARH Global Radio dan pada 2017 berubah lagi menjadi Global Radio) 88.4 FM.[12] Ketika menunggu kawannya di lobi, Akmal disodori formulir pendaftaran oleh resepsionis dan diminta mengikuti wawancara juga. Tak dinyana, bukannya sang kakak kelas yang diterima melainkan justru Akmal yang dinyatakan lulus dan mendapat posisi sebagai Assistant Program Director.

Direktur Utama Radio ARH adalah Zainal Abidin Suryokusumo (1939-2007), aktivis mahasiswa 1966 dan tokoh radio yang memiliki nama julukan sohor 'Bung Daktur'. [13] Bung Daktur kemudian mendirikan sindikasi radio Anggit Radio Nusantara (ARN) yang membuat aneka program siap putar bagi puluhan radio anggota sindikasi se-Indonesia. Akmal ikut dalam gerbong karyawan yang meninggalkan ARH dan pindah ke ARN.[14]. Targetnya bukan untuk berkarier di dunia radio melainkan agar tetap punya pendapatan untuk membiayai kursus bahasa Jerman di Goethe-Institut Jakarta dan kursus bahasa Prancis di CCF (sekarang Institut Français Indonesia) Jakarta yang lumayan mahal untuk kantong mahasiswa bukan dari keluarga kaya. Dua bahasa asing itu diyakini Akmal akan dibutuhkan untuk menambah bekal bagi keinginannya menjadi jurnalis Tempo (majalah Indonesia) yang diincarnya.

1994-1998: Gatra

Namun saat dia usai diwisuda, Tempo sedang tak membuka lowongan jurnalis. Majalah berita mingguan itu justru membuka Program Pengembangan Pemasaran bagi sarjana baru. Akmal memutuskan melamar dan berhasil menjadi satu dari 25 orang yang lulus saringan (dari 300-an pelamar dari seluruh Indonesia). Peserta yang diterima menjalani pelatihan khusus di Wisma Tempo Sirnagalih, Megamendung, Bogor, Jawa Barat selama sepekan dalam jadwal harian aneka topik promosi, pemasaran dan penjualan. Para mentor selain direksi dan para manajer TEMPO, juga praktisi dan akademisi kampus seperti Rhenald Kasali yang baru pulang dari AS. Usai pelatihan peserta disebar ke bagian iklan atau sirkulasi majalah-majalah grup TEMPO (Forum Keadilan, Matra, Swa, Humor, Vista, dan Aku Anak Saleh). Akmal mendapat tugas sebagai account executive di majalah Tempo.

Baru tiga bulan bekerja, majalah itu dibredel Orde Baru. Perintah Presiden Soeharto berang membaca laporan utama korupsi impor 39 kapal perang bekas Jerman Timur yang menyinggung peran anak emasnya, B.J. Habibie. [15]. Bersama Tempo dibredel juga majalah Editor dan tabloid Detik.[16]. Sebagian wartawan dan karyawan berinisiatif mendirikan majalah baru, Gatra, yang beredar mulai 19 November 1994. Akmal ikut bergabung sebagai reporter di majalah yang dinakhodai wartawan senior Herry Komar mantan redaktur eksekutif TEMPO itu.[17]

April 1995 terjadi lonjakan 'manusia perahu' (pengungsi) dari Timor Timur (sekarang Timor Leste) ke Australia.[18]. Akmal mendapat tugas melakukan investigasi sekaligus tugas pertamanya ke luar negeri. Dia meliput ke Melbourne dan Sydney melalui jaringan klandestin dan simpatisan Fretilin di kedua kota. Di Melbourne dia berhasil bertemu seorang mantan pejabat protokol Gubernur Timor Timur José Abílio Osório Soares yang membelot dan membawa Akmal ke pertemuan komunitas mereka yang anti Indonesia. Di Sydney, Akmal mendapat bantuan dari Max Lane, penerjemah karya-karya Pramoedya Ananta Toer,[19] yang memperkenalkannya dengan beberapa orang Timor Timur di kantor media Green Left.

Saat liputan ke Australia, Akmal belum pernah mengunjungi provinsi ke-27 yang berjuluk Timor Loro Sa'e ("matahari terbit"). Baru dua tahun kemudian (1997) dia mendapat kesempatan menjejakkan kaki. Ketika itu suasana sudah begitu panas dan pengap dengan keinginan masyarakat untuk lepas dari Indonesia yang berujung pada Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999. Dengan hasil 80 persen masyarakat Timor Timur ingin berpisah, maka wilayah itu menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste.[20]

Pengalaman liputan lain yang unik baginya adalah tugas liputan ke London, Inggris di awal September 1997 untuk pemakaman Diana Spencer (Diana, Putri Wales yang tewas secara tragis di terowongan Place de L'Alma, Paris, Prancis.[21].

Akibat sempitnya waktu, staf sekretariat redaksi di Jakarta tak bisa mencarikan hotel di London yang dibanjiri pelayat dari berbagai pelosok dunia. Untungnya, sebelum terbang Akmal sempat melakukan reservasi online ke sebuah hotel kecil. Itu pengalaman pertamanya melakukan reservasi internet termasuk mengunjungi Althorp Estate kawasan pribadi keluarga Spencer yang menjadi lokasi pemakaman Sang Putri dan perjuangan mencari makam pacar Diana, Dodi al-Fayed, di pemakaman Brookwood, Surrey. Akmal adalah satu-satu wartawan Indonesia yang menemukan lokasi makam Dodi yang sangat dirahasiakan keluarga miliarder al-Fayed.

1999-2001: Gamma, @-ha & Komunitasmusik.com

Gatra akhirnya pecah di pengujung 1998 akibat konflik internal. Seluruh direksi (Herry Komar, Mahtum Mastoem, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan) dan separuh karyawan mendirikan majalah baru Gamma. Akmal bergabung dengan majalah ini. Selain menjadi staf redaksi di desk Seni & Budaya dan desk International, dia mendapat tugas tambahan sebagai pembuat sisipan Virtual berisi topik-topik teknologi informasi. Dalam waktu singkat, perolehan iklan Virtual melebihi pendapatan iklan induknya Gamma seperti ditulis wartawan-sastrawan Sori Siregar.[22]

Namun suasana kerja di Gamma yang penuh intrik membuat Akmal bersama beberapa orang kolega dan investor memutuskan membuat majalah tren digital mandiri dengan nama @-ha yang mengambil inspirasi dari Wired (majalah) dan T3 (majalah) dengan sejumlah penyesuaian untuk kondisi Indonesia. Akmal menjadi pemimpin redaksi. Pasar domestik yang sebelumnya hanya mengenal majalah komputer dari perspektif perangkat keras, kini mempunyai alternatif bacaan dari gaya hidup digital. Namun perbedaan strategi dengan investor tentang langkah selanjutnya dalam menggarap pasar membuat mereka pecah kongsi.

Di tengah gelombang eforia portal berita digital yang baru muncul, Akmal bergabung dengan Komunitasmusik.com anak usaha Adhitama Enterprise yang dikenal sebagai promotor pentas musisi dunia seperti Julio Iglesias, Roxette, dll. Bersama Nandi D. Nadpodo (CEO) dan Abang Edwin SA (CTO), Akmal sebagai CCO mengembangkan Komunitasmusik.com menjadi leader bagi situs sejenis. Namun munculnya situs-situs baru yang didanai korporasi besar dan rela 'membakar uang' untuk promosi jorjoran. Baliho-baliho raksasa bermunculan di berbagai lokasi strategis Jakarta. Mereka pun membom iklan media cetak dan televisi nyaris tanpa henti. Komunitasmusik.com keteteran tak mampu menghadapi perang iklan skala raksasa ini sehingga perlahan-lahan menepi ke pinggir lapangan dan mengibarkan bendera putih di awal tahun kedua beroperasi.

2002: MTV Trax

Di awal 2002, Akmal menjadi pemimpin redaksi pertama MTV Trax, majalah musik proyek kolaborasi MRA Group dengan kanal musik MTV. Majalah ini terbit bulanan. Di jajaran dewan direksi terdapat Meuthia Kasim (direktur MRA Media) dan Yoris Sebastian (GM Hard Rock Cafe Jakarta). Posisi GM Bisnis ditempati Erwin Arnada (belakangan mundur mendirikan majalah Playboy Indonesia, 2007)

Akmal merumuskan isi MTV Trax dari nama rubrik sampai deskripsi konten. Dia membentuk tim kecil tiga orang staf redaksi yang semuanya masih baru di dunia jurnalistik yakni Arian13 (vokalis band indie Puppen dan Seringai); Salman Aristo yang baru lulus dari Universitas Padjajaran (sekarang penulis skenario film produktif) dan Gupta Mahendra (gitaris grup jazz Chlorophyl, sarjana Sastra Cina UI). Untuk reporter lapangan, MTV Trax merekrut lima orang mahasiswa/i dari berbagai kampus yang aktif bergaul dan menyukai musik. Mereka tak harus ke kantor setiap hari seperti reporter media konvensional karena majalah terbit bulanan. Mereka boleh menyesuaikan kehadiran di kantor dengan jadwal kuliah dan ujian kampus masing-masing.

Pada Oktober 2022 konsep MTV Trax diadopsi MTV Trax Thailand sebagai franchisee (penerima waralaba). Akmal yang penggemar berat musik sangat menikmati pekerjaannya namun sulit beradaptasi dengan gaya hidup lingkungan sekelilingnya yang glamor, liberal dan permisif. Dengan berat hati dia putuskan mundur setelah setahun membangun majalah yang ikut dibangunnya dari nol besar. Posisinya kemudian digantikan Hagi Hagoromo. Nama MTV Trax berubah menjadi Trax saja setelah kerjasama MRA Group dan MTV tak berlanjut. Setelah Hagi juga mundur pada 2005, Andre Sumual (Andre Opa) menempati posisi pemimpin redaksi sampai Trax berhenti terbit di tahun 2016 bersama datangnya senjakala majalah-majalah musik versi cetak.[23].

2004-2010: Tempo

Dalam keadaan tak terikat komitmen dengan perusahaan manapun, majalah Tempo melalui Arif Zulkifli dan Toriq Hadad memberikan kesempatan kepada Akmal untuk bergabung. Padahal saat itu santer beredar kabar bahwa orang-orang Tempo yang pindah haluan ke Gatra pasca pembredelan 1994, tak akan diterima lagi di Tempo karena dianggap sebagai 'pengkhianat'. Namun hal itu tak berlaku terhadap Akmal. Mungkin juga karena saat pembredelan terjadi status Akmal adalah account executive bukan reporter atau staf redaksi.

Juli 2005, Akmal meluncurkan novel perdana berjudul Imperia yang bergenre thriller politik di sebuah acara buku nasional di Istora Gelora Bung Karno. Pembahas adalah penulis-jurnalis senior Leila S. Chudori (Tempo) dan pengamat politik Eep S. Fatah. Moderator Krisnadi Yuliawan, redaktur Gatra.

Di tahun 2006 Akmal mendapat tugas liputan ke Busan, Korea Selatan untuk meliput Festival Film Internasional Busan dan fenomena kebangkitan K-Pop yang sedang menyaingi J-Pop di seluruh dunia.[24]. Tugas lain yang berkesan baginya liputan di Pakistan usai pembunuhan Benazir Bhutto, Desember 2007. Akmal berkeliling empat kota (Karachi, Islamabad, Rawalpindi, Lahore) sampai berlangsung Pemilu Februari 2008. Kendati negara itu tidak sedang dilanda perang saudara, namun dentum bom dan tembakan sesekali terdengar juga. [25][26].

Setelah enam tahun berkiprah sebagai wartawan Tempo dan melahirkan tiga buku (Imperia, Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku dan Nagabonar Jadi 2), Akmal memutuskan meninggalkan dunia jurnalistik, masuk kuadran kehidupan baru sebagai penulis kreatif penuh waktu. Keputusan itu dilakukannya pada awal 2010.

2010-sekarang: Novelis, Kolumnis, Da'i

Juli 2010 Akmal meluncurkan novel sejarah Sang Pencerah dalam momentum Satu Abad Muhammadiyah dan Muktamar ke-46 yang berlangsung di Daerah Istimewa Yogyakarta.[27]. Sampai Agustus 2022, Akmal sudah menghasilkan 24 buku yang mayoritas merupakan novel beragam genre (judul lengkap lihat Karya).

Untuk melatih kepekaannya terhadap fenomena sosial, Akmal menulis kolom (nonfiksi) bertajuk SKEMA (Sketsa Masyarakat) yang dimulai sejak bulan Ramadan 1443 H (April 2022) yang dipostingnya setiap hari ke beberapa WAG (grup WhatsApp) yang diikutinya. Ternyata hampir setiap tulisan diunggah ulang oleh berbagai portal dan situs berita di laman masing-masing.[28]. Melihat sambutan positif pembaca, usai Ramadan Akmal melanjutkan SKEMA dengan frekuensi 1-2 tulisan per pekan, tidak harian seperti saat Ramadan.[29]. Akmal tidak mengirimkan tulisan SKEMA ke media cetak konvensional selain untuk memangkas waktu tunggu penerbitan, juga karena ingin berwakaf tulisan kepada para pembaca kritis. Beberapa topik yang ditulisnya menempati artikel terpopuler di situs yang mengunggah. Misalnya tulisan tentang wafatnya santri asal Palembang di Pondok Modern Darussalam Gontor akibat dianiaya sesama santri.[30]

Pada 2014, Akmal mendapat tawaran beasiswa pascasarjana untuk studi Ekonomi syariah di Institut Agama Islam Tazkia, Sentul City, melalui Ahmad Mukhlis Yusuf, mantan Pemimpin Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. Sejak itu dia mulai sering mendapatkan permintaan mengisi kajian di masjid komplek (pemukiman) atau perkantoran. Namun Akmal membatasi hanya menyampaikan materi yang berkaitan dengan sejarah Islam dan tokoh-tokoh Islam atau fenomena sosial budaya dalam bingkai peradaban, bukan berkaitan dengan fikih ibadah atau fikih muamalah yang lebih spesifik.

Akmal tak pernah mau dipanggil ustaz, dia selalu meminta dipanggil Uda Akmal karena dua alasan. Pertama, panggilan itu beraroma Minang (uda = kakak). Kedua, "Uda berarti ustaz dadakan," selorohnya dalam beberapa kesempatan. Namun dia tak keberatan jika disebut da'i. Sebab berbeda dengan ustaz yang berarti 'guru besar', maka da;i berarti 'penyeru'. Baginya apapun profesi dan latar belakang pendidikan seseorang, jika orang tersebut menyerukan ajakan kebaikan kepada sesama maka sang penyeru bisa dipanggil da'i.[31]

Kehidupan pribadi

Akmal menikah dengan Sylvia Emilia Horo, kolega kerjanya di Gatra (non-redaksi), pada 9 April 1998. Mereka dikaruniai tiga orang putri yakni Jihan Maghfira Nasery, Aurora Zaslin Elena Nasery dan Maryam Aylatira Nasery. Mereka tinggal di kawasan Cibubur.[32]

Pendidikan

  • TK Aisyiyah, Tebet Timur, Jakarta Selatan
  • SD Muhammadiyah VI Tebet Timur, Jakarta Selatan
  • SMP Negeri 73 Tebet Timur, Jakarta Selatan
  • SMA Negeri 8 Taman Bukit Duri, Jakarta Selatan
  • Jurusan Sosiologi FISIP UI, Depok [33]
  • Ekonomi Islam TAZKIA University College of Islamic Economics, Depok[34]

Karya

Ke-24 karya Akmal Nasery Basral yang sudah terbit terdiri dari 1 nonfiksi (tentang orkestra), 2 antologi cerpen 1 antologi puisi esai, dan 20 novel.

Nonfiksi

Antologi Cerpen

  • Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006, catatan akhir oleh Prof. Dr. Budi Darma)[36]
  • Putik Safron di Sayap Izrail (2020, endorsement oleh Prof. Dr. Budi Darma, "Kumpulan cerita pendek ini mengokohkan Akmal Nasery Basral sebagai pengarang yang kuat dengan pemikiran penting dalam sastra kita.")[37]

Antologi Puisi Esai

  • Taman Iman Taman Peradaban (2021, antologi puisi esai 10 tokoh agama di Indonesia) [38]

Novel

  • Imperia (2005)[39]
  • Nagabonar Jadi 2 (2007)[40]
  • Sang Pencerah (2010, novel sejarah kehidupan KH Ahmad Dahlan[41]
  • Presiden Prawiranegara (2011, novel sejarah perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara era PDRI)[42]
  • Batas (2011, novel)[43]
  • Anak Sejuta Bintang (2012, novelisasi masa kanak-kanak Aburizal Bakrie)[44]
  • Tadarus Cinta Buya Pujangga (2013, novel sejarah Buya Hamka)[45]
  • Napoleon dari Tanah Rencong (2013, novel sejarah tentang Hasan Saleh)[46]
  • Trilogi Imperia: Ilusi Imperia (2014)[47]
  • Trilogi Imperia: Rahasia Imperia (2014)[48]
  • Trilogi Imperia: Coda Imperia (2018)[49]
  • Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018)[50]
  • Teo Toriatte (Genggam Cinta) (2019) [51]
  • Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta (2020)[52]
  • Setangkai Pena di Taman Pujangga (2020, dwilogi novel sejarah Buya Hamka)[53]
  • Disorder (2020)[54]
  • Dwilogi Dayon & Sabai: Dayon (2021)[55]
  • Kincir Waktu (2021)[56]
  • Dwilogi Dayon & Sabai: Sabai Sunwoo (2022)[57]
  • Serangkai Makna di Mihrab Ulama (2022, dwilogi novel sejarah Buya Hamka)[58]
  • Kincir Waktu 2 (2022-segera terbit)

Penghargaan

  • Longlist Khatulistiwa Literary Award/Kusala Sastra Khatulistiwa (2007)[59]
  • Fiksi Utama Terbaik Islamic Book Fair (2011)[60]
  • Penulis Produktif Republika Penerbit (2020)[61]
  • National Writer's Award SATUPENA (2021)[62]
  • Nominator Best Crime Story & Best Novel Scarlet Pen Awards (2022)[63]

Referensi

  1. ^ https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1462905-akmal-nasery-basral-luncurkan-buku-kisah-buya-hamka
  2. ^ https://www.youtube.com/watch?v=CGZ8WI3teZU
  3. ^ https://forumterkininews.id/berhari-raya-tanpa-orang-tua/
  4. ^ https://zh-cn.facebook.com/notes/forsa-fans-of-rhoma-irama-and-soneta-banjarmasin/rhoma-irama-tentang-sejarah-deklarasi-soneta-the-voice-of-moeslim/419757681418388
  5. ^ https://sdmuh06tebet.sch.id/sejarah-singkat-perguruan-muhammadiyah-tebet-timur.html
  6. ^ https://wiki-indonesia.club/wiki/Marissa_Haque
  7. ^ https://www.gpu.id/author-detail/38456/akmal-nasery-basral
  8. ^ https://www.gpu.id/book-detail/92772/te-o-toriatte-genggam-cinta
  9. ^ https://nationalgeographic.grid.id/read/132663247/sastrawan-budayawan-dramawan-radhar-panca-dahana-berpulang?page=all
  10. ^ https://kumparan.com/akmal-nasery-basral/mengenang-radhar-panca-dahana-1965-2021-hidup-harus-lebih-dari-sekadarnya-1vbo18LXdVv
  11. ^ https://mediaindonesia.com/opini/400362/mengenang-radhar-hidup-harus-lebih-daripada-sekadarnya
  12. ^ http://mncnetworks.com/index.php/radio-stations/detail/1/global-radio
  13. ^ http://bungdaktur-arh.blogspot.com/
  14. ^ https://pantau.or.id/liputan/2003/01/centang-perenang-industri-radio/
  15. ^ https://nasional.tempo.co/read/458741/habibie-heboh-kapal-perang-jerman-dan-beredel
  16. ^ https://nasional.tempo.co/read/1474929/kronologi-pembredelan-majalah-tempo-editor-dan-detik-27-tahun-silam
  17. ^ http://koleksikemalaatmojo.blogspot.com/2011/07/majalah-lama-gatra-edisi-perdana.html
  18. ^ https://espace.curtin.edu.au/handle/20.500.11937/86770
  19. ^ https://jakartaglobe.id/news/max-lane-not-get-lost-translating-pramoedya-ananta-toer
  20. ^ https://intisari.grid.id/read/032690242/timor-leste-lepas-dari-indonesia-pada-masa-pemerintahan-presiden-habibie-ternyata-ini-alasan-cerdas-presiden-ke-3-indonesia-biarkan-bumi-lorosae-merdeka-meski-s?page=all
  21. ^ https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/06/160800382/pemakaman-putri-diana-kesedihan-dunia-dan-prosesi-yang-ditonton-2-5
  22. ^ http://pantaulama.klienakses.com/?/=d/79
  23. ^ http://kencomm-id.com/portfolio/andre-opa/
  24. ^ https://books.google.co.id/books?id=d0vODwAAQBAJ&pg=PA34&lpg=PA34&dq=Akmal+Nasery+Basral++K-Pop+Tempo&source=bl&ots=N0gJISWkIT&sig=ACfU3U01-xc_5aNS5DQPFKsk-izMPiCEDA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj83s2mqoT6AhVnSmwGHUzZCasQ6AF6BAgREAM#v=onepage&q=Akmal%20Nasery%20Basral%20%20K-Pop%20Tempo&f=false
  25. ^ https://dunia.tempo.co/read/117667/pemilu-di-pakistan-super-sederhana
  26. ^ https://www.datatempo.co/MajalahTeks/detail/ARM20180612136451/selamat-tinggal-q
  27. ^ https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/07/100706_muhammadiyahintro#:~:text=Muhammadiyah%20menggelar%20Muktamar%20ke%2D46,dan%20Tajdid%20Menuju%20Peradaban%20Utama
  28. ^ https://jakarta.suaramerdeka.com/opini/pr-1343197379/masjid-isa-dan-perawan-maria
  29. ^ https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1511735-endgame-dua-akhir-dramatis-dari-hidup-yang-sebelumnya-manis?page=2
  30. ^ https://www.orbitindonesia.com/kolom/pr-5444546317/ke-gontor-apa-yang-kau-cari-penganiayaan-berbuah-kematian-di-perkemahan-kamis-dan-jumat
  31. ^ https://muslim.or.id/26662-syarat-syarat-menjadi-dai.html
  32. ^ https://www.gpu.id/author-detail/38456/akmal-nasery-basral
  33. ^ https://indonews.id/artikel/319963/Jejak-Alumni-FISIP-UI-Sastrawan-Akmal-Nasery-FISIP-UI-Menempa-dan-Mengembangkan-Wawasan-Saya/
  34. ^ https://alumni.tazkia.ac.id/tag/akmal-nasery-basral/
  35. ^ https://www.viva.co.id/amp/foto/showbiz/5184-peluncuran-buku-simfoni-untuk-negeri
  36. ^ http://bukuygkubaca.blogspot.com/2006/12/ada-seseorang-di-kepalaku-yang-bukan.html
  37. ^ https://adesolihat.com/2021/01/16/review-kumpulan-cerpen-putik-safron-di-sayap-izrail-anb/
  38. ^ https://mediaindonesia.com/humaniora/423898/novelis-akmal-nasery-basral-luncurkan-buku-taman-iman-taman-peradaban
  39. ^ https://www.goodreads.com/en/book/show/1396759.Imperia
  40. ^ http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/82218
  41. ^ https://www.academia.edu/8779786/Representasi_Hegemoni_dalam_Novel_Sang_Pencerah
  42. ^ https://www.tempo.co/dw/5568/lewat-novel-sejarah-penulis-akmal-nasery-basral-hidupkan-kembali-tokoh-kemerdekaan
  43. ^ https://www.researchgate.net/publication/332796936_Eksistensi_Budaya_Dayak_dalam_Novel_Batas_Karya_Akmal_Nasery_Basral
  44. ^ https://www.kompasiana.com/budiliem/550e96a4813311ba2cbc6475/resensi-novel-anak-sejuta-bintang
  45. ^ https://adoc.pub/nilai-nilai-religiusitas-islam-dalam-novel-tadarus-cinta-buy.html
  46. ^ https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20403474&lokasi=lokal
  47. ^ https://bookishstory.wordpress.com/2015/09/22/book-review-67-ilusi-imperia-by-akmal-nasery-basral/
  48. ^ https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20140905095753-234-2527/rahasia-imperia-labirin-pembunuhan-bernapaskan-indonesia
  49. ^ https://majalahpeluang.com/coda-imperia-babak-terakhir-jurnalis-melawan-konspirasi/
  50. ^ https://www.antvklik.com/rehat/178086-dilarang-bercanda-dengan-kenangan
  51. ^ https://www.thejakartapost.com/life/2020/03/18/indonesian-novel-genggam-cinta-to-become-series-in-jakarta-shimbun-newspaper.html
  52. ^ https://www.republika.co.id/berita/qbae2i440/resensi-gitasmara-semesta-tentang-jo-dan-kenangannya
  53. ^ https://kumparan.com/kumparanhits/akmal-nasery-basral-kembali-rilis-novel-soal-buya-hamka-1sw1asD8VY2
  54. ^ https://www.viva.co.id/vstory/lainnya-vstory/1346945-resensi-buku-disorder-menyelami-dunia-baru
  55. ^ https://dipidiff.com/28-terbaru-buku-impor/348-review-buku-dayon-akmal-nasery-basral
  56. ^ https://megapolitan.antaranews.com/berita/168549/novel-kincir-waktu-karya-akmal-nasery-basral-resmi-meluncur-di-iibf-2021
  57. ^ https://www.republika.co.id/berita/r7cjz0282/sabai-secangkir-kopi-model-blasteran-minangkorea
  58. ^ https://news.detik.com/berita/d-6011499/novel-akmal-nasery-tentang-buya-hamka-terbit-royalti-untuk-warga-mentawai
  59. ^ https://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pengumuman-hasil-seleksi-tahap-1-longlist-khatulistiwa-literary-award-2007/
  60. ^ https://www.youtube.com/watch?v=m-o218NcrWs
  61. ^ https://www.republika.id/posts/19602/akmal-nasery-basral-setiap-karya-punya-cerita
  62. ^ https://www.dailynewsindonesia.com/news/sastrawan-akmal-nasery-basral-raih-penghargaan-national-writers-award-2021/
  63. ^ https://www.indozone.id/life/Z8sPDM0/persaingan-scarlet-pen-awards-2022-para-nominasi-bersaing-ketat-di-11-kategori

Pranala luar