Ali Alwi

Ulama dan politikus Indonesia
Revisi sejak 15 Oktober 2022 00.55 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Daftar pustaka: clean up)

Drs. K.H. Habib Ali Alwi bin Thohir Al Husainy[2][1] (bahasa Arab: علي علوي بن طاهر الحسيني, translit. ‘Alī ʻAlwī bin Ṭāhir al-Ḥusayny, pelafalan dalam bahasa Arab: [ʕaliː ʕlwieː bin tˤ:hir al-ħuˈsajniː]; lahir 2 September 1967)[3] adalah seorang politisi, da'i, dan ulama Indonesia pendiri Pondok Pesantren Modern Al-Husainy, Serpong, Tangerang Selatan.[4][5] Pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008, Habib Ali dicalonkan oleh Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa sebagai kandidat wakil bupati bersama Usamah Hisyam sebagai calon bupati,[6] pasangan ini kalah oleh kandidat petahana Ismet Iskandar bersama Rano Karno sebagai wakilnya.[7] Saat ini, Habib Ali menjabat sebagai senator yang mewakili Provinsi Banten di kursi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia periode 2014-2019.[3]

Drs. K.H.
Riv Ana
Habib Ali Alwi sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia periode 2014-2019
Nama asalعلي علوي بن طاهر الحسيني
Lahir02 September 1967 (umur 57)
Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku[1]
Tempat tinggalSerpong, Tangerang Selatan, Banten
Kebangsaan Indonesia
Pendidikan
PekerjaanUlama, da'i, politisi
OrganisasiHimpunan Mahasiswa Islam (selama kuliah)
Dikenal atasPendiri Pondok Pesantren al-Husainy
GelarHabib
Partai politikPartai Kebangkitan Bangsa
Suami/istriLaila Nurlaila Bajri
Anak
  • Muhammad Husein bin Thohir
  • Ali Zainal Abidin bin Thohir
  • Muhammad al-Baqir bin Thohir
Orang tuaAlwi bin Husein bin Thohir (ayah)
Anawiyah binti Utsman (ibu)
Situs webAl-Husainy Community

Biografi

Kehidupan awal

Habib Ali Alwi lahir sebagai anak ke-6 dari 7 bersaudara di desa Hitulama, kecamatan Leihitu, Maluku Tengah dari keluarga Alawiyyin bermarga Aal bin Thohir, ayahnya adalah seorang pengusaha swasta bernama Sayyid Alwi bin Husein bin Thohir, sementara ibunya bernama Anawiyah binti Utsman.[1] Habib Ali adalah keturunan ke-6[5] dari Habib Abdullah bin Husein bin Thohir (l. 1191 H; w.1272 H),[8] ulama asal Hadramaut pengarang kitab Sullam at-Taufīq,[9] yang karyanya tersebut kemudian disyarahi oleh Syekh Nawawi al-Bantani dengan judul Mirqāt Ṣu‘ūd at-Taṣhdīq Fī Syarḥi Sullam at-Taufīq.[10] Darinya kemudian lahir murid-murid yang menjadi ulama besar, di antaranya adalah Habib Ali bin Muhammad bin Husin al-Habsyi, penulis karya monumental risalah Maulid Nabi Muhammad (Simthud Durar).[11]

Pendidikan

Pendidikan agama perdana didapat dari ayahnya, Habib Ali bin Husein bin Thohir. Setelah usia empat tahun dia kemudian merantau ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya, Habib Yahya bin Husein bin Thohir di Angke, Tambora, Jakarta Barat selama satu tahun, setelah itu pindah ke rumah kakak perempuannya di Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Habib Ali bersekolah pertama kali di Madrasah Al-Mansyuriyah Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, asuhan Muhammad Mansur. Setelah satu tahun di Al-Mansyuriyah, dia kemudian melanjutkan sekolahnya di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad yang hanya ditempuh selama 4 tahun karena mengikuti kelas akselerasi.[12]

Setelah lulus dari madrasah ibtidaiyah pada tahun 1980, ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang pada jenjang madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah hingga lulus pada tahun 1986.[2] Di Tebu Ireng itulah ia memulai aktivitas keorganisasiannya, seperti menjadi ketua OSIS, wakil ketua Pelajar Islam Indonesia Tebu Ireng, hingga menjadi juru kampanye Partai Persatuan Pembangunan pada tahun 1981.[12]

Setelah 6 tahun menjadi santri di Tebu Ireng, Ia melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) jurusan Perbandingan Agama fakultas Ushuluddin, sambil mendalami kitab-kitab kuning kepada Habib Muhsin Al Attas Petamburan dan Kiai Haji Muhammad Syafi'i Hadzami.[5] Dia lulus di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1991.[13]

Kehidupan pribadi

Pada tahun 1994, Habib Ali menikah dengan Laila Nurlaila Bajri yang merupakan teman dari adik perempuannya. Dari pernikahannya dengan Laila, ia dikaruniai 3 orang anak, Muhammad Husein bin Ali bin Thohir (l. 1995), Ali Zainal Abidin bin Ali bin Thohir (l. 1999), dan Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Thohir.[13]

Karier politik

Pada Era Reformasi tahun 1998, diawali dari ajakan Abdurrahman Wahid untuk bergabung bersma Partai Kebangkitan Bangsa yang ia dirikan, maka Habib Ali pun bergabung untuk membesarkan partai yang menjadi sayap politik kaum Nahdliyin tersebut dan dipilih menjadi Ketua Tanfidziah PKB Kabupaten Tangerang.[5] Pada tahun 1999, dia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang periode 1999-2004. Kemudian pada tahun 2004, ia terpilih kembali menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten periode 2004-2008 dari daerah pemilihan Kabupaten Tangerang.[2]

Pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008, Habib Ali dicalonkan oleh Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa sebagai kandidat wakil bupati bersama Usamah Hisyam sebagai calon bupati.[6] Usamah dan Habib Ali mendapatkan nomor urut 2, dengan nomor urut 1 adalah pasangan Ismet Iskandar dan Rano Karno, dan nomor urut 3 adalah Jazuli Juwaini dan Airin Rachmi Diany.[14] Pada pilkada ini, pasangan Usamah Hisyam dan Habib Ali Alwi kalah oleh kandidat petahana Ismet Iskandar bersama Rano Karno sebagai wakilnya.[7]

Pada tahun 2009, Habib Ali terpilih kembali menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten dari daerah pemilihan Kota Tangerang.[2] Saat ini, Habib Ali menjabat sebagai senator yang mewakili Provinsi Banten di kursi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia periode 2014-2019[3] serta pernah menjabat sebagai ketua Panitia Urusan Rumah Tangga DPD RI.[15]

Aktivitas

Organisasi

Habib Ali Alwi aktif berorganisasi sejak mengenyam pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Saat itu, ia aktif sebagai ketua OSIS dan wakil ketua Pelajar Islam Indonesia Tebu Ireng.[12] Menginjak perguruan tinggi, ia aktif sebagai Senat Mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah tahun 1988–1990 dan Himpunan Mahasiswa Islam Ciputat periode 1986–1991. Setelah lulus kuliah, ia aktif sebagai Ketua Forum Ulama Habaib Banten dan Pengurus Multaqol Ulama Indonesia.[16]

Mendirikan pesantren

Pada tanggal 9 September 1991, Habib Ali Alwi menggagas ide untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di atas tanah wakaf seluas 1 hektar dari keluarga H. Sano di kampung Pregi, desa Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan. Pesantren mulai dibangun pada bulan Oktober 1991. Pada awalnya, pesantren tersebut bernama Pondok Pesantren Nur As-Sholihat sesuai nama yayasan yang didirikan oleh Syarifah Alawiyah binti Thohir (kakak perempuan Habib Ali) di Kota Bambu, Palmerah, Jakarta Barat. Namun beberapa tahun kemudian, nama pesantren diubah menjadi Pondok Pesantren Modern Al-Husainy.[4] Pada awal berdiri, di pesantren juga dibangun Taman kanak-kanak dan madrasah diniyah. Kemudian sepanjang tahun 1993-1994, barulah didirikan asrama santri, madrasah tsanawiyah, hingga madrasah aliyah.[17]

Pada tanggal 7 Maret 1994, Habib Ali dengan kakaknya, Syarifah Alawiyah binti Thohir pergi ke notaris untuk mencatat secara resmi berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Husainy di bawah naungan Yayasan Nur As-Sholihat.[17] Pada awalnya kurikulum yang diajarkan di pesantren hanya mencakup pendidikan agama saja, namun lama-kelamaan terjadi penambahan pendidkan umum pada kurikulum pesantren.[4] Akibat perluasan lahan perumahan yang terjadi di sekitar pesantren, kini Pondok Pesantren Modern Al-Husainy berada di tengah kawasan kota terencana Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan.[17]

Dakwah

Habib Ali Alwi mulai aktif ceramah di beberapa masjid saat nyantri di Pondok Pesantren Tebu Ireng antara tahun 1982-1983. Ketika kuliah di Jakarta, dia aktif membina lembaga-lembaga dakwah kampus di Universitas Indonesia, Universitas Nasional, Universitas Borobudur, instansi pemerintah dan swasta, hingga mengikuti berbagai macam perlombaan ceramah.[13]

Pada tahun 1989, Habib Ali menjuarai lomba pidato tingkat nasional di lembaga dakwah Ibnu Sina, Jakarta, mengalahkan peserta lain seperti Muhammad Arifin Ilham yang menduduki posisi ke-2. Jiwa dakwah Habib Ali sudah tumbuh dari usia muda, sehingga dia sering diundang untuk berceramah di berbagai tempat di Jakarta, bahkan di luar daerah seperti di Cirebon, Tegal, Pekalongan, Banyuwangi, Banjarmasin, Aceh, Kutai, Batam, Padang, bahkan sampai ke Merauke, Papua.[17]

Metode dakwah

Metode yang digunakan Habib Ali dalam berdakwah adalah dengan memperhatikan retorika, dakwah dengan memperhatikan retorika adalah memaparkan suatu masalah agama dan kemudian orang merasa terlibat dengan masalah yang sedang dipaparkan. Dia berpendapat, bahwa retorika dalam dakwah bil-lisan adalah suatu keterampilan berbahasa atau seni berbicara di hadapan orang lain dengan lisan secara sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain. Retorika juga merupakan salah satu perangkat ilmu yang mendukung proses pelaksanaan dakwah, sehingga retorika dan dakwah bil-lisan sudah tidak dapat dipisahkan.[18]

Sebagai seorang da'i profesional, Habib Ali memiliki penampilan yang sempurna dari cara berpakaian, berakhlak, gaya penampilan, raut wajah, mimik suara, penjiwaan, hingga kata-kata yang tersistematis dengan tegas dan enak didengar. Berkaitan dengan profesionalisme seorang da'i, dia memaparkan bahwa da'i yang profesional adalah da'i yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas dalam bidang dakwah, serta tahu tugas hingga fungsi sebagai seorang pendakwah.[19]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c Sa'diyah, 2007, hlm. 33.
  2. ^ a b c d Official (2013-07-26). "Daftar Riwayat Hidup Bakal Calon Anggota DPD: Habib Ali Al Husainy, Drs" (PDF). Website resmi Daftar Calon Anggota DPR, DPD, dan DPRD Pemilihan Umum 2014. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2018-03-21. Diakses tanggal 2018-03-21. 
  3. ^ a b c Official (2014-10-12). "Drs. Habib Ali Alwi". Website resmi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-20. 
  4. ^ a b c Hasbul, 2016, hlm. 34.
  5. ^ a b c d Official (2017). "Profil Habib Ali Alwi bin Thohir". Al-Husainy Community. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-20. 
  6. ^ a b Carolina (2007-11-12). "Harta Jazuli-Airin Terkaya, Usmah-Habib Termiskin". Okezone News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-20. 
  7. ^ a b Adi, Windoro (2008-01-20). "Ismet-Rano Dipastikan Menangkan Pilkada Tangerang". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-19. Diakses tanggal 2018-03-20. 
  8. ^ bin Thohir Ba'Alawi, 2011, hlm. 7.
  9. ^ bin Thohir Ba'Alawi, 2011, hlm. 1.
  10. ^ Kholil, Lutfy (2017-09-08). "Mirqat Su'ud At-Tashdiq Fi Syarah Sullamut-Taufiq – Karya Syekh Imam Nawawi al-Bantani". Nahdlatululama.id. Jakarta: Lembaga Ta'lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-21. Diakses tanggal 2018-03-21. 
  11. ^ Hasbul, 2016, hlm. 36.
  12. ^ a b c Sa'diyah, 2007, hlm. 34.
  13. ^ a b c Sa'diyah, 2007, hlm. 35.
  14. ^ Carolina (2007-11-19). "Pasangan Ismet-Rano Karno Mendapatkan Nomor Urut 1". Okezone News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-21. Diakses tanggal 2018-03-21. 
  15. ^ Official (2015-08-18). "Kembali, Habib Ali Alwi Pimpin PURT DPD RI". Website resmi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-21. Diakses tanggal 2018-03-21. 
  16. ^ "Profil Senator RI 2015-2019: Habib Ali Alwi". Merdeka.com. Jakarta: KapanLagi Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-21. Diakses tanggal 2018-03-21. 
  17. ^ a b c d Sa'diyah, 2007, hlm. 37.
  18. ^ Sa'diyah, 2007, hlm. 43.
  19. ^ Sa'diyah, 2007, hlm. 44.

Daftar pustaka