Aziz Ishak
Abdul Aziz bin Ishak (lahir di Perak, Malaysia, 1922 - meninggal 1999 pada umur 77 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan, politisi, wartawan, dan menteri Malaysia.[1]
Aziz Ishak | |
---|---|
Berkas:Aziz Ishak.jpg | |
Menteri Pertanian dan Koperasi Malaysia | |
Masa jabatan 1955 – 1963 | |
Perdana Menteri | Tunku Abdul Rahman |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1922 Perak, Malaya Britania |
Meninggal | 1999 (umur 77) |
Kebangsaan | Malaysia |
Partai politik | Partai Konvensi Nasional |
Suami/istri | Wan Shamsiah binti Pawanteh |
Hubungan | Orang tua : Ishak bin Ahmad dan Aishah binti Tun Haji Aminuddin Saudara : Yusof Ishak, Laili Zubaidah, Laila Latifah, Salbiah, Ramli, Zohara, Abdul Rahim Ishak, Alma Azizah |
Anak | Rahmah, Zakaria, Zabidah, Zulkifli, dan Zahrah |
Orang tua | Ishak bin Ahmad dan Aishah binti Tun Haji Aminuddin |
Almamater | Senior Cambridge |
Pekerjaan | Menteri |
Profesi | Wartawan, politisi |
Sunting kotak info • L • B |
Ia anggota Kesatuan Melayu Muda (KMM) sebelum Perang Dunia II dan adik dari Presiden Singapura, Yusof Ishak. Adiknya Abdul Rahim Ishak, juga seorang wartawan dan pernah menjadi menteri Kabinet Singapura. Dari 1955-1963, ia adalah Menteri Pertanian dan Koperasi di bawah Kabinet Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman. Ia pernah menjadi tahanan ISA (1965-1966) saat Malaysia berkonfrontasi dengan Indonesia.[2]
Kakaknya Yusof Ishak, terkenal sebagai seorang wartawan dan pendiri Utusan Melayu dan sebagai Presiden Singapura yang pertama setelah perpisahan Singapura dengan Malaysia pada tahun 1965.[1]
Latar belakang
Aziz Ishak lahir pada tahun 1922 di Perak, Malaysia, yang ketika itu bagian dari negeri-negeri Persekutuan Melayu. Dari pihak ayahnya, ia adalah keturunan Minangkabau. Ayahnya, Ishak bin Ahmad merupakan keturunan Datuk Jannaton yang berasal dari Payakumbuh, Sumatra Barat, dan seorang keturunan raja Pagaruyung yang meneroka Pulau Pinang pada tahun 1759.[3] Adapun dari pihak ibu, ia merupakan keturunan Langkat, Sumatra Timur.
Aziz Ishak bersaudara dengan Yusof Ishak, Laili Zubaidah, Laila Latifah, Salbiah, Ramli, Zohara, Abdul Rahim, dan Alma Azizah.
Ia bersekolah di Maktab Melayu Kuala Kangsar karena bukan keturunan bangsawan. Aziz bersekolah di Victoria Bridge School dan Raffles Institution di Singapura. Di Raffles, ia berkawan dengan Hamid Jumat, Tun Sardon Jubir, dan Prof. Ahmad Ibrahim, dan menulis artikel tentang nasib Melayu di koran Warta Malaya, Singapura.[3]
Kehidupan
Setelah selesai sekolah di Senior Cambridge, Aziz bekerja di Departemen Perikanan di Port Dickson (1936). Kecewa dengan kebijakan Inggris yang tidak adil, serta dituduh bekerjasama dengan Jepang, ia ditahan di Penjara Changi. Setelah itu, Aziz bergabung dengan kakaknya Yusof Ishak mendirikan Utusan Melayu.[3]
Aziz menjadi anggota Kesatuan Melayu Muda (KMM) saat bertugas sebagai pejabat perikanan di Kuala Kurau. Tahun 1946, ia dan wartawan Abdul Samad Ismail mendirikan Gerakan Angkatan Melayu Sedar (GERAM), namun pendaftarannya ditolak oleh pemerintah kolonial. GERAM dibubarkan saat ia pindah ke Kuala Lumpur (1948) dan menjadi wartawan Utusan Melayu.[1]
Pada September 1951, ia mendesak pemerintah untuk mengakhiri keadaan darurat.[1] Ia mengungkapkan bahwa Raja Melayu tidak berpuasa saat menghadiri acara pengangkatan Ratu Elizaberth di London 1955. Atas desakan tersebut, kemudian Jenderal Templer, Komisi Tinggi Inggris di Malaya, memanggilnya "wartawan tikus".[2]
Sebelum tahun 1942, ia adalah seorang anggota KMM dan setelah 1945 bersimpati dengan Parti Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM). Pada 1950, ia bergabung dengan UMNO ketika dipimpin oleh Datuk Onn Jaafar.[1]
Tahun 1951, Onn Jaafar mendirikan Parti Kemerdekaan Malaya (IMP), dan Aziz menjadi wakil presiden partai IMP cabang Kuala Lumpur. Setahun kemudian ia meninggalkan IMP karena berbeda pendapat dengan Onn. Tahun 1953 ia kembali bergabung dengan UMNO dan mengikuti pemilihan umum awal di Tanah Melayu.[1]
Pada tahun 1955, ia diangkat menjadi Menteri Pertanian dan Koperasi. Aziz mengundurkan diri dari Kabinet pada tahun 1963 setelah ia dipindahkan ke Departemen Kesehatan. Tunku Abdul Rahman menyingkirkan kaum sosialis dalam kabinet dan meneruskan kebijakan-kebijakan kapitalis dan ekonomi pasar bebas. Tidak lama setelah itu, ia dipecat dari UMNO.[1]
Aziz akhirnya membentuk Partai Konvensi Nasional dan bergabung dalam sayap kiri Barisan Sosialis Rakyat Malaya bersama-sama dengan Parti Buruh Malaya dan Parti Rakyat untuk ikut dalam Pemilihan Umum Malaysia 1964.
Tahanan politik
Pada tahun 1963, setelah Konfrontasi Indonesia-Malaysia, pemerintah aliansi menahan politisi dan aktivis oposisi di bawah Akta Keamanan Dalam Negeri (ISA). Tokoh-tokoh yang ditangkap dan ditahan, antara lain adalah Ahmad Boestamam, Ishak Haji Muhammad, Datuk Kampo Radjo, Tan Kai Hee, Tan Hock Hin, Dr Rajakumar, Hasnul Hadi, Tajuddin Kahar, dan ratusan orang lainnya.[2]
Aziz dituduh sebagai pengkhianat dan bekerjasama dengan agen Indonesia untuk membentuk pemerintahan di pengasingan. Ia ditahan pada masa 1965-1966. Di akhir hayatnya, ia menolak semua penawaran penghargaan oleh kerajaan dan persekutuan.[1]
Hasil karya
- Katak Keluar dari Bawah Tempurong, sebuah biografi (1955)
- Special Guest: The Detention in Malaysia of an Ex-Cabinet Minister, Oxford University Press (1977). Buku ini dilarang dan hanya boleh diakses di perpustakaan universitas.
- Mencari Bako (1983)
Referensi
- ^ a b c d e f g h "The ‘unknown’ Aziz Ishak" Diarsipkan 2016-03-15 di Wayback Machine. Thestar.com, 06-08-2007. Diakses 03-01-2015.
- ^ a b c "Perisik dalam Utusan Melayu?" Diarsipkan 2011-07-23 di Wayback Machine. Utusan Malaysia, 26-07-2009. Diakses 03-01-2015.
- ^ a b c "Aziz kept bucking his British bosses" Thestar.com, 06-08-2007. Diakses 03-01-2015.
Pranala luar
- "Mencari Bako" The Early Malay Doctors, 29-07-2013. Diakses 03-01-2015.