Ululazmi
Nabi dan Rasul dalam Islam |
---|
Portal Islam |
Ululazmi (bahasa Arab: أولوالعزم, translit. Ulu al-'Azmi) adalah sebuah gelar khusus bagi golongan rasul pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa. Terdapat lima rasul yang mendapatkan gelar ulul 'azmi, yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Gelar ulul 'azmi dijelaskan dalam Surah Al-Ahqaf ayat ke-35 dan Asy-Syura ayat ke-13.
Ayat
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau, dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh."
Sifat Ululazmi
Kelima rasul yang mendapat gelar ululazmi adalah para rasul yang memiliki keteguhan luar biasa selama menyebarkan berbagai risalah Allah. Tatkala para rasul ini harus menghadapi berbagai penentangan dari kaum-kaum yang didakwahi; para rasul ini berdoa agar Allah memberi hidayah untuk kaum-kaum tersebut. Tatkala Allah mendapati bahwa berbagai risalah-Nya yang disampaikan melalui para rasul ini telah secara mutlak dibantah serta diingkari oleh kaum-kaum tersebut, maka Allah yang menyelamatkan para rasul ini beserta para pengikut mereka, serta Allah timpakan hukuman setimpal kepada kaum-kaum pengingkar itu.
Ciri-ciri ululazmi adalah sebagai berikut:
Daftar
Nuh
Nama Nuh (bahasa Arab: نوح, translit. Nūḥ) disebutkan 43 kali dalam Al-Qur'an. Dia merupakan leluhur dari rasul ululazmi yang lain. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah melebihkannya atas segala umat[5] dan dinyatakan sebagai hamba Allah yang banyak bersyukur.[6] Sebuah riwayat hadits menerangkan bahwa Nuh adalah rasul pertama.[7]
Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa kaum Nuh melakukan penyembahan berhala dan Nuh diutus agar mereka kembali ke jalan Allah.[8] Nuh mendakwahi mereka siang dan malam,[9] baik secara diam-diam, terang-terangan, kemudian kedua cara tersebut sekaligus.[10] Namun para pembesar kaum Nuh tidak menyambut baik seruan tersebut. Nuh dianggap sesat,[11] pendusta,[12] dan gila.[13] Penentangan dari kaum Nuh juga diwariskan kepada generasi setelahnya. Para orang tua yang menentang Nuh akan memerintahkan anak-anak mereka yang sudah baligh agar ikut memusuhi dan menentang Nuh, sehingga orang-orang kafir ini melahirkan generasi yang kafir pula.[14][15]
Setelah berdakwah sekian lama, Nuh kemudian meminta pertolongan kepada Allah atas penolakan kaumnya.[16] Allah kemudian memerintahkan Nuh agar membuat bahtera karena Allah akan mendatangkan air bah yang akan menenggelamkan orang-orang kafir.[17][18] Setelah pembuatan bahtera selesai, Nuh diperintahkan membawa binatang-binatang ke bahtera secara berpasangan, jantan dan betina.[19]
Terkait manusia yang menaiki perahu, Al-Qur'an menjelaskan bahwa mereka adalah Nuh sendiri, keluarganya yang beriman, dan para pengikutnya. Tidak disebutkan nama atau jumlah pastinya, tetapi dijelaskan bahwa orang-orang beriman yang bersama Nuh hanya sedikit.[19] Ibnu 'Abbas berpendapat bahwa ada delapan puluh laki-laki dan keluarganya yang ikut dalam bahtera Nuh.[20] Kaum Nuh yang kafir hancur tenggelam, termasuk anak Nuh yang kafir yang menolak naik bahtera.[21]
Ibrahim
Nama Ibrahim (bahasa Arab: إبراهيم, translit. Ibrāhīm) disebutkan 69 kali dalam Al-Qur'an, menjadikannya sebagai tokoh manusia yang namanya disebutkan terbanyak kedua dalam Al-Qur'an. Ibrahim mendapat julukan khalilullah (خلیل اللہ; kesayangan Allah) [22] dan leluhur umat Muslim.[23] Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Ibrahim adalah imam bagi manusia,[24] keluarganya dilebihkan atas segala umat,[25] dan keturunannya dianugerahi kitab dan hikmah.[26] Agama Islam yang dibawa Muhammad juga dipandang sebagai kesinambungan dari ajaran Ibrahim.[27] Ibrahim juga disebut sebagai teladan[28][29] dan Nabi Muhammad beserta umat Muslim diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim yang lurus.[23][30][31][32] Ditegaskan pula bahwa yang membenci agama Ibrahim adalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri[33] dan orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang yang mengikuti ajarannya, Nabi Muhammad, dan orang-orang yang beriman.[34] Namanya juga disandingkan dengan Muhammad dalam shalawat.[35][36][37]
Ibrahim mendakwahi ayah dan kaumnya agar meninggalkan penyembahan berhala yang mereka lakukan. Ibrahim menyeru mereka untuk bertakwa kepada Allah, mengesakan-Nya, dan meninggalkan sesembahan lain. Ibrahim juga menegaskan bahwa sesembahan mereka tidak mampu memberi rezeki pada penyembahnya.[38] Saat penduduk keluar kota untuk mengadakan perayaan tahunan, Ibrahim kemudian pergi ke kuil pemujaan dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di sana.[39][40] Para penduduk terkejut dengan keadaan berhala mereka dan kemudian melemparkan Ibrahim ke dalam api besar sebagai hukuman.[41] Namun Allah membuat api menjadi dingin sehingga tidak menyakiti Ibrahim.[42][43]
Setelahnya, Ibrahim hijrah menuju Palestina dan kemudian memiliki beberapa anak, tetapi yang paling dikenal adalah Isma'il dan Ishaq.[44] Allah juga memerintahkan Ibrahim menyembelih putranya sebagai ujian keimanan dan Ibrahim mematuhinya. Namun saat Ibrahim hendak menyembelihnya, Allah menggantinya dengan hewan sembelihan yang besar.[45] Bersama Ismail, Ibrahim juga diperintahkan meninggikan pondasi Ka'bah.[46]
Ibrahim dikenal sebagai Abraham dalam Yahudi dan Kristen dan merupakan sosok yang dihormati dalam kedua agama tersebut. Dalam tradisi Yahudi, Ibrahim disebut Avraham Avinu (אברהם אבינו), "bapak kami Abraham," menunjukkan kedudukannya sebagai leluhur biologis bangsa Yahudi dan ayah dari agama Yahudi, juga dipandang sebagai bangsa Yahudi pertama.[47]
Musa
Nama Musa (bahasa Arab: موسى, translit. Mūsā) disebutkan 136 kali dalam Al-Qur'an, menjadikannya sebagai tokoh manusia yang namanya disebutkan terbanyak dalam Al-Qur'an. Dia mendapat julukan kalīmullāh (bahasa Arab: كليم الله) yang bermakna "orang yang berbicara dengan Allah."[48][49] Musa merupakan keturunan Lewi bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Al-Qur'an menyebutnya sebagai seseorang yang membawa bukti-bukti kebenaran,[50][51] diberi petunjuk oleh Allah,[52] dilebihkan atas manusia yang lain,[53] dan memiliki kedudukan terhormat di sisi Allah.[54] Dalam menjalankan tugas kerasulan, Musa didampingi kakaknya, Harun.[55][56][57]
Musa diperintahkan agar mendakwahi Fir'aun dan memintanya membebaskan Bani Israil dari penindasan dan membawa mereka keluar dari Mesir. Fir'aun menolak permintaan Musa dan terjadi permusuhan di antara kedua belah pihak.[58][59][60][61][62] Saat Musa membawa Bani Israil pergi, Fir'aun dan bala tentaranya mengejar, tapi mereka hancur tenggelam.[63][64][65][66][67]
Ketika Musa bermunajat di atas gunung, Bani Israil justru menyembah patung sapi betina yang dibuat Samiri, bahkan mengancam akan membunuh Harun yang telah mengingatkan mereka.[68][69] Saat Musa memerintahkan Bani Israil berperang agar bisa memasuki Palestina, mereka menolak dan justru meminta Allah dan Musa berperang sendiri melawan penduduk tersebut, sementara mereka akan menanti. Maka Allah mengharamkan negeri itu pada Bani Israil selama empat puluh tahun dan selama itu, mereka akan berputar-putar kebingungan di muka bumi.[70] Kitab Taurat yang diwahyukan pada Musa menjadi pedoman hukum bagi Bani Israil pada masa-masa setelahnya.[71]
Musa juga dihormati dalam Yahudi dan Kristen. Tradisi Yahudi memandang Musa sebagai nabi teragung yang pernah hidup.[72][73]
Isa
Nama Isa (bahasa Arab: عيسى, translit. `Īsā) disebutkan 25 kali dalam Al-Qur'an. Dia juga disebut ٱبْنُ مَرْيَمَ ibnu Maryam sebanyak 23 kali dan المسيح Al-Masih sebanyak 11 kali. Dia merupakan keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.
Tiga agama samawi memiliki pandangan yang saling bertolak belakang terkait Isa. Umat Yahudi memandangnya sebagai murtad sundal, dieksekusi oleh mahkamah agung Yahudi karena menyebarkan penyembahan berhala dan mempraktikkan sihir.[74] Terdapat perbedaan pandangan mengenai status Isa dalam Kristen, tapi pada umumnya Isa diagungkan sampai derajat ketuhanan.
Penyebutannya dalam Al-Qur'an utamanya menekankan pada dua aspek: kemuliaan dan kemanusiaannya. Isa disebutkan sebagai sosok yang terkemuka di dunia dan akhirat, didekatkan kepada Allah, saleh,[75] suci,[76] dan diberkahi.[77] Disebutkan pula bahwa Allah mengajarkan kitab, hikmah, Taurat, dan Injil kepada Isa.[78][79] Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Isa, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.[80][81]
Di sisi lain, Isa juga disebutkan sebagai seorang hamba Allah[79][82] dan tidak enggan untuk menjadi hamba Allah.[83] Bersama Maryam, Isa disebutkan biasa menyantap makanan,[84] ungkapan akan sisi kemanusiaannya. Penciptaan Isa juga disejajarkan dengan penciptaan Adam, menjelaskan bahwa penciptaan keduanya adalah karena kekuasaan Allah.[85][86] Al-Qur'an juga memberikan penentangan terhadap berbagai macam paham yang mengultuskan Isa, seperti menganggapnya sebagai Tuhan,[87][88] putra Allah,[89] atau memandang bahwa Allah adalah Isa itu sendiri.[90][91]
Selain penyembahan pada Allah, seruan Isa yang paling sering disebutkan dalam Al-Qur'an adalah bahwa dia datang untuk membenarkan kitab Taurat.[92][93][94] Terdapat beberapa teori dan penafsiran terkait peristiwa penyalibannya di kalangan umat Islam, banyak yang meyakini bahwa Isa diangkat ke langit secara jasmani dalam keadaan hidup. Beberapa riwayat hadits menyatakan bahwa Isa akan turun kembali ke dunia menjelang hari kiamat.[95][96][97]
Muhammad
Kehadiran Muhammad merupakan penggenapan para nabi yang telah Allah utus ke tengah-tengah umat manusia.[98] Muhammad terlahir serta dibesarkan sebagai seorang Arab.[99] Allah menyelamatkan Muhammad sewaktu menghadapi masa-masa sulit.[100] Setelah menjadi seorang Rasul Allah, dakwah Muhammad menghadapi penentangan dari kaum kafir karena nabi dianggap menyebarkan ajaran untuk mengganti tradisi leluhur.[101] Walaupun dakwah nabi didustakan,[102][103] hingga diusir oleh kaum kafir yang berakibat hijrah ke Madinah, Allah senantiasa mengaruniakan perlindungan maupun pertolongan yang menyertai nabi bersama orang-orang beriman.[104] Beberapa waktu kemudian; Allah memberi perintah kepada nabi Muhammad beserta orang-orang beriman supaya maju berperang melawan golongan kafir maupun golongan yang telah mengusir mereka,[105] supaya Allah menimpakan hukuman pedih kepada orang-orang kafir melalui tangan orang-orang beriman,[106] sampai ketika kubu Muhammad bersama orang-orang beriman memperoleh pertolongan disertai kemenangan dari sisi Allah.[107] Setelah itu, orang-orang beriman mengadakan perjanjian damai terhadap kaum yang tidak beriman bahwasanya kaum itu takkan menganggu orang-orang beriman.[108] Muhammad bersama kaum beriman yang menyertai dirinya memiliki watak keras terhadap kaum kafir namun akrab terhadap sesama orang beriman.[109]
Kekhususan pada diri Muhammad adalah pewahyuan kitab Al-Qur'an, yakni sebuah kitab suci berbahasa Arab yang berasal dari Firman Allah. Dalam kitab ini terkandung lafaz ikrar Bismillahirrahmanirrahim sebagai tanda penggenapan kitab-kitab Allah terdahulu, supaya umat manusia berserah diri secara sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.[110] Allah menjamin kemurnian isi Al-Qur'an,[111] tidak seperti beberapa kitab terdahulu yang sebagiannya pernah mengalami campur tangan dari ahli kitab sementara sebagian lain berada dalam berbagai versi. Muhammad juga diutus sebagai penggenapan Taurat dan Injil,[112] dengan tujuan supaya umat manusia hanya beriman, mengabdi, serta berserah diri secara tulus kepada Allah saja,[113] juga supaya umat manusia senantiasa berpegang teguh kepada ajaran yang berasal dari Allah; yakni berbagai risalah yang disampaikan melalui para Rasul maupun para nabi yang telah Allah utus,[114] oleh sebab ada larangan tentang mengikuti ajaran yang berasal dari "hawa nafsu manusia" yang dapat mengakibatkan perpecahan dalam agama Allah.[115][116] Terdapat berbagai penjelasan bahwa sikap berpecah-belah dalam beragama setara dengan sikap sesat dan musyrik.[117]
Rujukan
- ^ Bihâr al-Anwâr, hal. 32. Cetakan Beirut, Wafa.
- ^ Ibid, hal. 34; ‘Ilal al-Syarâ’i, jil. 1, hal. 149, Bab 101. Ibid, hal. 56.
- ^ Ibid, hal. 35.
- ^ Surah Al-Ahzab: 7-8, Asy-Syura: 13
- ^ Ali 'Imran (03): 32
- ^ Al-Isra' (17): 3
- ^ HR. Al-Bukhari (4712)
- ^ Hud (11): 26
- ^ Nuh (71): 5
- ^ Nuh (71): 8-9
- ^ Al-A'raf (7): 60
- ^ Hud (11): 27
- ^ Nuh (23): 25
- ^ Nuh (71): 27
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 106.
- ^ Asy-Syu'ara (26): 117-118
- ^ Hud (11): 37
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 107-109.
- ^ a b Hud (11): 40
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 127.
- ^ Hud (11): 42-43
- ^ An-Nisa' (04): 125
- ^ a b Al-Hajj (22): 78
- ^ Al-Baqarah (02): 124
- ^ Ali 'Imran (03): 33
- ^ An-Nisa' (04): 54
- ^ Al-An'am (06): 161
- ^ An-Nahl (16): 120
- ^ Al-Mumtahanah (60): 4-6
- ^ Al-Baqarah (02): 135
- ^ Ali 'Imran (03): 95
- ^ An-Nahl (16): 123
- ^ Al-Baqarah (02): 130
- ^ Ali 'Imran (03): 68
- ^ HR. Al-Bukhari (3370)
- ^ HR. Muslim (406)
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 266.
- ^ Al-Ankabut (29): 16-17
- ^ Al-Anbiya' (21): 58
- ^ Ash-Shaffat (37): 88-93
- ^ Al-Anbiya' (21): 68
- ^ Al-Anbiya' (21): 69
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 203.
- ^ Ibrahim (14): 39
- ^ Ash-Shaffat (37): 101-107
- ^ Al-Baqarah (02): 127
- ^ Levenson 2012, hlm. 3.
- ^ "Chapter 7: Account of the death of Prophet Musa, occultation of Successors and Divine Proofs till the period of Prophet Isa". Al-Islam. Diakses tanggal 2019-09-22.
- ^ James E. Lindsay (2005). Daily Life In The Medieval Islamic World . Greenwood Publishing Group. hlm. 178. ISBN 9780313322709.
- ^ Al-Baqarah (2): 92
- ^ Al-A'raf (7): 103
- ^ Al-An'am (6): 84
- ^ Al-A'raf (7): 144
- ^ Al-Ahzab (33): 69
- ^ Thaha (20): 9-36
- ^ Al-Qashash (28): 29-35
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 447-455.
- ^ Al-A'raf (7): 111-126
- ^ Yunus (10): 79-82
- ^ Thaha (20): 61-73
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 35-51
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 465-477.
- ^ Al-A'raf (7): 136
- ^ Yunus (10): 90-92
- ^ Thaha (20): 77-79
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 52-68
- ^ Al-Qashash (28): 40
- ^ Al-A'raf (7): 148-154
- ^ Thaha (20): 83-98
- ^ Al-Ma'idah (5): 21-26
- ^ Al-Ma'idah (5): 44
- ^ Ginzberg, Louis (1909). The Legends of the Jews Vol. III : Moses excels all pious men (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.
- ^ "Judaism 101: Moses, Aaron and Miriam". Jew FAQ. Diakses tanggal 2010-03-02.
- ^ Kessler, Edward; Wenborn, Neil (2005). A Dictionary of Jewish-Christian Relations. Cambridge University Press. hlm. 416. ISBN 978-1-139-44750-8.
- ^ Ali 'Imran (3): 45-46
- ^ Maryam (19): 19
- ^ Maryam (19): 31
- ^ Ali 'Imran (3): 48
- ^ a b Maryam (19): 30
- ^ Al-Baqarah (2): 136
- ^ Ali 'Imran (3): 84
- ^ Az-Zukhruf (43): 59
- ^ An-Nisa' (4): 172
- ^ Al-Ma'idah (5): 75
- ^ Ali 'Imran (3): 59
- ^ Akhtar, Shabbir (31 October 2007). The Quran and the Secular Mind: A Philosophy of Islam. Routledge. ISBN 9781134072569 – via Google Books.
- ^ At-Taubah (9): 31
- ^ Al-Ma'idah (5): 116
- ^ At-Taubah (9): 30
- ^ Al-Ma'idah (5): 17
- ^ Al-Ma'idah (5): 72
- ^ Ali 'Imran (3): 50
- ^ Al-Ma'idah (5): 46
- ^ Ash-Shaff (61): 6
- ^ HR. Bukhari no. 3448
- ^ HR. Muslim no. 155
- ^ Warren Larson Jesus in Islam and Christianity: Discussing the Similarities and the Differences hlm. 335
- ^ Surah Al-Baqarah: 101, Ali-Imran: 81, Al-Ahzab: 40, As-Saffat: 37
- ^ Surah Fussilat: 44
- ^ Surah Ad-Duha: 6-11
- ^ Saba': 43-45, Al-Furqan: 41-42
- ^ Surah Al-Hijr: 6, Al-Mu'minun: 70, Al-Qalam 51, Az-Zariyat: 52
- ^ Surah Al-Qalam: 2-7
- ^ Surah Al-Anfal: 26
- ^ Surah Al-Baqarah: 90-95, At-Taubah: 7-16, Al-Hasyr: 2-4, Al-Baqarah: 217, Al-Hajj: 39, At-Taubah: 48-56, Al-Mumtahanah: 1-3, An-Nisa: 88-91, Al-Anfal: 92, Ibrahim: 13, Muhammad: 4, Al-Isra: 76, At-Taubah: 29
- ^ Surah Al-Anfal: 17-18
- ^ Surah Al-Maidah: 3
- ^ Surah An-Nisa: 90, Al-Anfal: 61, At-Taubah: 4, Muhammad: 13, Al-Mumtahanah: 8-9
- ^ Mujadilah: 22, Al-Fath: 78, Al-Baqarah: 191, An-Nisa: 89, Al-Ma'idah: 54
- ^ Surah An-Nisa: 105, Al-An'am: 114
- ^ Surah Yunus: 37, Hud: 1, Az-Zumar: 1, Mu'minun: 2, Al-Haqqah: 38 – 52
- ^ Surah Ali-Imran: 3, Yunus: 37, Al-Maidah: 68, Al-Fath: 29
- ^ Surah Al-Baqarah: 136, Ali-Imran: 84, Ali-Imran: 152, Al-An’am: 153
- ^ Surah Al-Baqarah: 285, An-Nisa: 80, An-Nisa: 136, Al-An’am: 92
- ^ Surah An-Nahl: 9, Al-Furqan: 43-44, Al-Ma'idah: 49, At-Taubah: 30-32, Al-Jatsiyah: 23, Muhammad: 14,
- ^ Surah Al-Ma'idah: 77, An-Nisa: 27, Ar-Rad: 37, At-Taubah: 34, Al-Kahfi: 28, Ta Ha: 16, An-Nisa: 135, Ar-Rum: 29, Ali-Imran: 83, Asy-Syura: 14 – 17, Al-Jatsiyah: 16-19
- ^ Surah Al-Mu'minun: 52-63, Al-Baqarah: 213, An-Nahl: 63-64, Az-Zumar 1-3, Az-Zumar: 29, Ali-Imran: 99-105, Fussilat: 45-46, Asy-Syura: 8-10, Al-An'am: 159-161, Asy-Syura 13-16, Al-Maidah: 81, An-Nisa: 150-152, Hud: 118-123
Daftar pustaka
- Ibnu Katsir (2014). Kisah-Kisah Para Nabi. Diterjemahkan oleh Muhammad Zaini. Surakarta: Insan Kamil Solo. ISBN 978-602-6247-11-7.