Bahasa Jawa Indramayu

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 31 Desember 2022 09.57 oleh Dermajoe (bicara | kontrib) (Mengembalikan revisi oleh tim sejarawan Indramayu)

Bahasa Jawa Indramayu atau Dialek Dermayu (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦆꦤ꧀ꦢꦿꦩꦪꦸ, translit. Basa Jawa Indramayu) adalah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama di Kabupaten Indramayu, sebagian utara dan timur Kabupaten Subang, serta sebagian utara Kabupaten Karawang.[2][3]

Bahasa Jawa Indramayu
ꦧꦱꦗꦮꦆꦤ꧀ꦢꦿꦩꦪꦸ
Basa Jawa Indramayu
Dituturkan diIndonesia
WilayahKabupaten Indramayu, sebagian utara dan timur Kabupaten Subang, sebagian utara Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Brebes
EtnisJawa
Penutur
± 2 juta penutur jati (2020)
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Indramayu dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Aksara Jawa
Abjad Pegon
Alfabet Latin
Status resmi
Diatur olehLembaga Bahasa dan Sastra Jawa Indramayu
Kode bahasa
ISO 639-3
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
jav-ind
Glottologindr1248[1]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat


Sastra Bahasa

Bahasa tersebut adalah bahasa asli penduduk pribumi jawa kuno, diantaranya masih belum mengenal bahasa jawa tingkatan, anak tetapi bahasa tingkatan(krama) juga masih dilestarikan di sekolah (SMP,SMA & SMK) maupun masyarakat kabupaten indramayu. Mengingat massa lalu di mana indramayu diambil alih oleh kesultanan mataram islam pada abad 16. Hal ini menjadi bahasa jawa tingkatan (krama/jawa mataram) ikut mempengaruhi dan digunakan di indramayu, sangat wajib bagi penduduk jawa saat itu hingga saat ini.

Penggunaan bahasa sehari-hari :

Jawa & Indonesia.

Aksara Jawa ꧊ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦗꦮ꧊ Artikel utama: Aksara Jawa Aksara jawa berbeda dengan huruf Latin yang kita gunakan sekarang ini untuk menulis. Aksara jawa terdiri dari:

Aksara Carakan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦕꦫꦏꦤ꧀ . Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga ;

Aksara Pasangan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦥꦱꦔꦤ꧀ . Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu: h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng ; pasangan

Aksara Swara / ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦱ꧀ꦮꦫ . Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup, yaitu: A, I, U, E, O

Aksara Rekan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦉꦏꦤ꧀ . Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu: kh, f, dz, gh, z

Aksara Murda / ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦩꦸꦂꦢ . Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati, yaitu: Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba

Aksara Wilangan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦮꦶꦭꦔꦤ꧀ . Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa, yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.

Tanda Baca (Sandangan / ꦱꦤ꧀ꦢꦔꦤ꧀ ). Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari, yaitu tanda: koma, titik, awal kamimat, dll. huruf: i, o, u, e. huruf mati: _r, _ng, _ra, _re, dll

Tembung ꧊ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ꧊ Tembung dalam bahasa Indonesia artinya kata. Artinya kumpulan wanda (sukukata) yang memiliki arti. Tembung yang memiliki satu suku kata (mung sakwanda) disebut Tembung wod. Tembung lingga (Kata dasar) adalah kalimat tembung yang belum berubah dari asalnya. Tembung andhahan (Kata jadian) adalah kalimat tembung yang sudah berubah dari asalnya, karena diberi Ater ater (Awalan),Seselan (Sisipan),Panambang (Akhiran).

Silah silahing tembung atau jenis kata (Gramar) dalam Bahasa Jawa ada 10 macam:

Tembung aran / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦲꦫꦤ꧀

(kata benda). contoh: meja, kursi.

Tembung Kriya / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦏꦿꦶꦪ꧊

(kata kerja) Contoh: turu, adus.

Tembung ganti / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦒꦤ꧀ꦠꦶ

(kata ganti). Contoh: aku, kowe, bapak.

Tembung Wilangan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦮꦶꦭꦔꦤ꧀

(kata bilangan). Contoh: enem, telu, papat.

Tembung Kahanan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦏꦲꦤꦤ꧀

(kata sifat). Contoh: ayu, kuru, seneng.

Tembung Katrangan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦏꦠꦿꦔꦤ꧀

(kata keterangan). Contoh: ngesor, lor, tengah.

Tembung Pangguwuh / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦥꦔ꧀ꦒꦸꦮꦸꦃ

(kata seru). Contoh: wah, aduh, ah, eh.

Tembung Sandhangan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦱꦟ꧀ꦝꦔꦤ꧀

(kata sandang). Contoh: Sang, Hyang, Raden.

Tembung Panyambung / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦥꦚꦩ꧀ꦧꦸꦁ

(kata sambung). Contoh: lan, mulane, sarta.

Tembung Pangarep / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ​ꦥꦔꦉꦥ꧀

(kata depan). Contoh: saka, ing, sing.
  • Ater ater Seselan Panambang ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦱꦼꦱꦼꦭꦤ꧀ꦥꦤꦩ꧀ꦧꦁ꧊

Ater ater (Awalan),Seselan (Sisipan),Panambang (Akhiran).

  • Ater ater ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂ꧊

Ater ater Hanuswara ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦲꦤꦸꦱ꧀ꦮꦫ꧊ m [m+bathik=mbathik] n [n+tulis=nulis] ng [ng+kethok=ngethok] ny [ny+cuwil=nyuwil]

  • Ater ater Tripurasa ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦠꦿꦶꦥꦸꦫꦰ꧊

dak [dak+pangan=dakpangak] ko [ko+jupuk=kojupuk] di [di+goreng=digoreng] Ater ater liya ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦭꦶꦪ꧊ a [a+lungguh=alungguh] ma [ma+lumpat=malumpat] ka [ka+gawa=kagawa] ke [ke+sandhung=kesandhung] sa [sa+gegem=sagegem] pa [pa+lilah=palilah] pi [pi+tutur=pitutur] pra [pra+tandha=pratandha] tar [tar+buka=tarbuka] kuma [kuma+wani=kumawani] kami [kami+tuwa=kamituwa] kapi [kapi+temen=kapitemen] Seselan ꧊ꦱꦼꦱꦼꦭꦤ꧀ um [..um..+guyu=gumuyu] in [..in..+carita=cinarita] el [..el..+siwer=seliwer] er [..er..+canthel=cranthel] Panambang ꧊ꦥꦤꦩ꧀ꦧꦁ꧊ i [kandh+i=kandhani] ake [jupuk+ake=jupukake] ne [teka+ne=tekane] e [omah+e=omahe] ane [jaluk+ane=jalukane] ke [kethok+ke=kethokke] a [dudut+a=duduta] na [gawa+na=gawakna] ana [weneh+ana=wenehana] ku [buku+ku=bukuku] mu [klambi+mu=klambimu] e [omah+e=omahe] Homonim Homonim yaiku tembung-tembung kata sama ucapannya sama penulisannya tetapi beda arti karena asal kata beda. Contoh:

Kula rade pandung panjenengan punika sinten? (pangling) Rehning punika kathah pandung, mila kedah ngantos-atos. (maling) Mengko yen ibu duka kepriye, mbak? (nesu/marah) Bocah ditakoni kok mung duka bae, sebel aku! (embuh/tidak tahu) Antonim Antonim / Tembung kosok balen yaiku tembung kata yang memiliki arti berkebalikan dengan yang lain. Kata kata antonim antara lain: padhang-peteng, bungah-susah, gedhe-cilik, beja-cilaka, kasar-alus, lan sapiturute. Contoh:

Bab sugih mlarat iku sejatine jatahe dhewe-dhewe. Kali ing Kalimantan kuwi tiga rendheng banyune ajeg gedhe. Sinonim Sinonim (nunggal misah) yaiku rong tembung dua kata atau lebih yang bentuk penulisannya beda, arti sama atau hampir sama, arti yang sama persis itu jarang. Contoh:

Bocah kuwi senenge randha kemul. Bocah kuwi senenge tempe goreng diwenehi glepung. Tawangmangu iku hawane pancen adhem banget. Tawangmangu iku hawane pancen atis banget. Homograf Homograf yaiku tembung-tembung kata yang penulisannya beda artinya beda. Contoh:

Tiyang punika asring ngagem busana cemeng. cemeng = ireng Aku yen sowan budhe arep nyuwun cemeng loro. cemeng = anak kucing Yen duwe meri kudu dikandhangake. meri = anak bebek Kowe ora perlu meri karo adhimu. meri = ewa, iri Fungsi Kalimat Di dalam bahasa Jawa, kalimat atau ukara bisa dibagi menjadi jejer, wasesa, lesan, geganep, dan panerang.

Dalam bahasa indonesia kita mengenal adanya struktur atau susunan kalimat, seperti subjek, predikat dan objek. Dalam bahasa Jawa pun juga memiliki hal yang sama akan tetapi bernama lain,

Jejer ꧊ꦗꦺꦗꦺꦂ꧊

= subjek

Wasesa ꧊ꦮꦱꦺꦰ꧊

= predikat

Lesan ꦭꦺꦱꦤ꧀

= objek

Geganep ꦒꦼꦒꦤꦼꦥ꧀

= pelengkap

Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, jejer dikenai pekerjaan dengan pola sama seperti bahasa Indonesia tidak seperti Bahasa Inggris yang dibolak balik.

Contoh kalimatnya: - Aku mangan. (Aku makan.) aku = jejer mangan = wasesa

- Aku mangan sega. (Aku makan nasi.) aku = jejer mangan = wasesa sega = objek

- Adhikku diwenehi sega pecel. (Adikku diberi nasi pecel.) adhikku = jejer diwenehi = wasesa sega pecel = geganep

Untuk bagian kalimat seperti keterangan (katrangan) sama saja seperti bahasa Indonesia.

Ukara ꧊ꦲꦸꦏꦫ꧊ Silah silahing ukara (Jenis-jenis Kalimat dlm Bhs. Jawa).

Kosakata

Dialek Dermayu (Dermayon) Dialek Banyumasan Dialek Tegal Dialek Pekalongan Bahasa Indonesia
kula, reang, ingsun inyong, nyong enyong, nyong enyong, aku aku, saya
slira, sira, ira rika, ko rika, kowen sampean, kowe kamu, kau
kita awake dewek awake dewek awake dewe kami
sira kabeh rika kabeh kowen kabeh kowe kabeh kalian
kien, iki kiye, iki kiye, iki kiye, iki ini
kuen, iku kuwe, iku kuwe, iku kuwi, iku itu
kene kene, mrene kene, mrene kene, mene sini
kana kana, mrana kana, mrana kana, mana sana
kepriben, kepriwen, kepriyen kepriwe, keprimen keprimen, kepriben kepriye, kepiye bagaimana
ora, sejen, bli ora, dudu, seje ora, dudu, seje ora, dudu, seje tidak, bukan

Pengaruh Dermayu

Dalam Sejarah Indramayu, terdapat beberapa daerah yang terpengaruhi oleh daerah Dermayu (Indramayu) dalam kosa kata bahasa yang berasal dari aktifitas sosial yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Daerah pertama yang terpengaruhi oleh daerah Dermayu adalah Bekasi, yang mana orang-orang Dermayu atau Indramayu tahun 1550 bermigrasi ke wilayah barat dari sungai Citarum atau wilayah Kabupaten Bekasi. Mereka dikenal sebagai orang-orang Muhajirin dari Dermayu, justru sejarah pengaruh Dermayu di Bekasi ini ditulis oleh keturunan ulama-ulama Dermayu di Bekasi seperti di daerah Ban Chong, Kemejing, Pilar, Muara Gembong, Pulo Damar, Pulo Murub yang terbit di tahun 1965.

Dalam hal perantauan, yang mana penduduk Indramayu biasanya yang merantau ini adalah kaum laki-laki lajang dan sebagian besar perantau asal Indramayu tahun 1550 itu menikahi penduduk pribumi betawi di Bekasi. Terdapat catatan yang menyebutkan penggunaan Bahasa Jawa Dermayu di Bekasi seperti pengaruh Kosa Kata :


Dermayu (Indramayu) Bekasi Indonesia
Bagen Bagen Biarin aja
Ora Ora, Embung Tidak
Madang, Mindo Madang, Mindo Makan Siang
Ngendong Ngendong Menginap
Medit Medit Pelit
Dewekan Dewekan Sendirian
Penter Penter Cuaca Cerah
Ontong Ontong Jangan
Demen Demen Suka atau Cinta
Puguh Puguh Tentu saja
Nyangcang Nyangcang Terikat
Jember Jember Menjijikan
Papagan Kepapagan Berpapasan
Ongkoh Ongkoh Santai saja
Gedig Gedig Pukulan Palu
Ilok Ilok Sering, Masa
Mendek Mendek Jongkok
Gawean Gawean Pekerjaan
Angot Angot Kumat atau Kambuh
Kukuban Kukuban Berselimut
Ngadem Ngadem Berteduh
Pengkor Pengkor Pincang
Ganjen, Lenjeh Ganjen, Lenjeh Centil
Beleguran Beleguran Suara Meriam Bambu
Eretan Eretan, Getek Perahu Rakit
Gableg Gableg Punya
Pilar, Pilaran Pilar, Pilaran Batas, Penyanggah
Karang Karang Hutan, Rumput Belukar

Pada pengaruh Kosa Kata Dermayu di dalam bahasa Betawi Bekasi tidak disengaja, melainkan berasal dari migrasi penduduk Indramayu ke Bekasi di masa lalu. Terdapat beberapa desa di Bekasi yang menggunakan kosa kata dalam Bahasa Jawa Dermayu, misalnya daerah Pasar Ban Chong, yang mana nama Ban Chong berasal dari Bahasa Jawa Indramayu artinya Teras Rumah atau Balkon. Kemudian nama daerah Kemejing juga berasal dari Kosa Kata Dermayu yang artinya Pohon Kemejing, selain itu daerah Pilar yang berasal dari kosa kata Dermayu artinya Batas atau Penyangga. Jika diteliti lebih dalam terutama Mencari Keturunan Muhajirin Dermayu di Bekasi akan menemukan daerah dengan nama Ban Chong, Kemejing, Pulo Damar, Pulo Murub, Pilar dan Srengseng.

Pengaruh Dermayu di Cirebon

Perngaruh Dermayu di Cirebon, bisa dikatakan sebagai tindakaan kesengajaan oleh Kepemerintahaan Dermayu di masa lalu, tepatnya pada 18 November 1678 masehi terutama pada wangsakerta (Masa Kertawijaya atau Wiralodra ke VIII)

Putra Sulthonul Wazir Syah Suramenggali (Benggali) Wamsa Dinasti Gagak Singhalodra yaitu Pangeran Kertawijaya diangkat oleh Sultan Hamengkurat I di Kartasura sebagai Sulthan Kartawijaya dengan nama lain Indrawijaya atau Sultan Anom (Sultan Muda). Ia dinobatkan sebagai Sultan untuk mengganti Sulthonul Wazir Syah Syama'un (sultan dermayu ke VII) yang meninggal pada Idhul Fitri hari Jum'at 15 November 1678.

Selain itu Sultan Hamengkurat I menyerahkan wilayah pesisir utara pulau jawa kepada Syah Mansyur Dermayu, Syah Mansyur Jepara dan Syah Mansur Tuban. Daerah-daerah itu adalah daerah yang sengaja dimerdekakan oleh Mataram Islam.

Wilayah Cirebon yang saat itu di duduki Kesultanan Mataram, separuh wilayah Cirebon ini digadaikan ke Kesultanan Dermayu dan separuhnya lagi digadaikan ke Sumedang. Sultan Hamengkurat I menggadaikan Cirebon, dikarenakan memiliki banyak hutang terhadap VOC terutama pada saat cirebon membeli senjata dari VOC untuk menyerang Banten, namun Cirebon mengalami kekalahan dari Banten. Pada saat Mataram menduduki wilayah cirebon, daerah itu memiliki hutang terhadap VOC, sehingga Mataram diburu oleh VOC untuk melunasi hutang, akhirnya cirebon digadaikan ke Dermayu dan Sumedang.

Pada Sulthonul Wazir Syah Kertawijaya atau Indrawijaya menurunkan tahtanya ke Ponakannya yaitu Raden Wiradhibrata sebagai Sulthonul Syah Adhi Mansyur penerus dinasti Indrawijaya II. Pangeran Kertawijaya mendirikan kantor pajak bernama Kanoman sebagai simbol kedudukan Kesultanan Dermayu di Cirebon.

Disana Kertawijaya melakukan perubahan keras, terutama melarang penduduk Cirebon yang masih menggunakan Bahasa Sunda dan menggantinya menggunakan Bahasa Jawa Dermayu. Saat itu penduduk Cirebon yang mencoba menentang kebijakan Pangeran Kertawijaya ini, mereka tidak dikehendaki hidup dan yang hidup akan diasingkan. Meskipun demikian Cirebon tidak diduduki VOC atau Mataram tidak menggadaikan Cirebon ke VOC, yang tentunya lebih awal terjajah sebelum daerah lain abad 19.


Lihat pula

Referensi

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jawa Indramayu". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ "Kamus Bahasa Jawa Indramayu Indonesia Lengkap". Diakses tanggal 2019-08-11. 
  3. ^ "Sekilas Indramayu – Situs resmi kab. Indramayu". indramayukab.go.id. Diakses tanggal 2019-08-11. 

Pranala luar