Kejatuhan Soeharto

artikel daftar Wikimedia
Revisi sejak 4 Februari 2023 04.04 oleh Amadhannn (bicara | kontrib)

Turunnya Presiden Soeharto adalah peristiwa mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Soeharto mundur pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999.

Pengunduran diri Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Merdeka
Kejatuhan Suharto
Mahasiswa memprotes pemerintah di Semanggi, Jakarta Selatan
Tanggal4-21 Mei 1998
LokasiIndonesia
HasilKejatuhan Orde Baru
Pihak terlibat

Indonesia Pengunjuk rasa Indonesia dan oposisi pemerintah
Didukung oleh:

Tokoh utama
Indonesia Suharto
Indonesia Feisal Tanjung
Indonesia Prabowo Subianto
Indonesia Wiranto
Berbagai politisi lainnya dan jenderal
Indonesia B.J. Habibie
Indonesia Amien Rais
Indonesia Megawati Sukarnoputri
Indonesia Harmoko Berbagai pemimpin mahasiswa lainnya dan politisi oposisi
Jumlah korban
Tidak diketahui
5000 tewas

Pidato pengunduran diri

Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi perlu dilaksanakan secara tertib, damai, dan konstitusional.

Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.

Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.

Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998.

Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI saya sampaikan di hadapan saudara-saudara pimpinan DPR dan juga adalah pimpinan MPR pada kesempatan silaturahmi. Sesuai Pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ing. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/Mandataris MPR 1998-2003. Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan-kekurangannya semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 1945.

Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VII demisioner dan kepada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya saudara wakil presiden sekarang juga akan melaksanakan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung RI.

Referensi

Bacaan lanjutan

  • Chandra, Siddharth and Douglas Kammen. (2002). "Generating Reforms and Reforming Generations: Military Politics in Indonesia’s Transition to Democracy." World Politics, Vol. 55, No. 1.
  • Dijk, Kees van. 2001. A country in despair. Indonesia between 1997 and 2000. KITLV Press, Leiden, ISBN 90-6718-160-9
  • Kammen, Douglas and Siddharth Chandra (1999). A Tour of Duty: Changing Patterns of Military Politics in Indonesia in the 1990s. Ithaca, NY: Cornell Modern Indonesia Project Publication No. 75.

Pranala luar