Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut

Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut atau Kodiklat TNI-AL adalah salah satu komando utama TNI Angkatan Laut selain Koarmada RI, Kolinlamil, Pushidrosal, Korps Marinir, Seskoal dan AAL.

Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut
Dibentuk12 Mei 1977
Negara Indonesia
CabangTNI Angkatan Laut
Tipe unitKomando Pendidikan
Bagian dariKodiklat TNI
MotoCasana Jala Adhiguna
Situs webwww.kobangdikal.mil.id
Tokoh
KomandanLetnan Jenderal (Mar) TNI Suhartono, M.Tr (Han).
Wakil KomandanLaksamana Muda TNI Rachmad Jayadi
InspekturBrigadir Jenderal TNI (Mar) Amir Faisol, S.Sos., M.M., CHRMP.
Kepala Kelompok Tenaga PendidikBrigadir Jenderal TNI (Mar) Ichwan Dargianto
Direktur PendidikanLaksamana Pertama TNI Dato Rusman
Direktur LatihanBrigadir Jenderal TNI (Mar) Widodo
Direktur Pengkajian dan PengembanganLaksamana Pertama TNI Dafit Santoso
Direktur UmumLaksamana Pertama TNI Gatot Hariyanto
Direktur DoktrinLaksamana Pertama TNI May Frangky Pasuna Sihombing, CHRMP.

Sebelumnya lembaga pendidikan ini bernama Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut yang disingkat menjadi Kobangdikal berdasarkan validasi organisasi per 3 Agustus 2016.[1] Sebelumnya juga pernah bernama Kodikal dan sejak 12 Mei 2007 berganti nama menjadi Kobangdikal.[2] Saat ini Kodiklatal bermarkas di Kawasan Bumimoro, Krembangan, Surabaya.[3]

Sejarah

Berkas:Kobangdikal.png
Lambang Lama Kobangdikal

Antara tahun 1945 sampai 1950, Angkatan Laut mengadakan berbagai jenis pelatihan di Jawa dan Sumatra seperti: Latihan Opsir di Serang, Latihan Opsir di Kalibakung, Sekolah Pelayaran di Tanjung Balai Asahan, Sekolah Pelayaran di Pariaman, Training Station Serang Jaya di Aceh, Training Camp di Pariaman dan Training Camp Orion di Sibolga.

Salah satu seorang pemimpin Angkatan Laut Laksamana TNI R.E. Martadinata memberikan pendapat tentang pentingnya pendidikan ini:

“…..Pendidikan profesional itu sangat penting, meskipun situasinya hampir tidak memungkinkan. Jika hal itu tidak menarik perhatian kami, maka ALRI hanya akan menjadi tentara darat dan hal itu akan menimbulkan kesulitan besar di laut…”

Langkah maju dalam bidang pendidikan adalah didirikannya Jawatan Pendidikan Angkatan Laut pada bulan Maret 1946 atas perintah Markas Besar ALRI di Yogyakarta yang saat itu dipimpin oleh Laksamana III Maspardi selaku Kepala Staf Umum ALRI. Jawatan ini dapat dianggap sebagai cikal bakal Direktorat Pendidikan Angkatan Laut (Ditdikal). Sebagai kelanjutan dari usaha tersebut, Laksamana III Maspardi, Laksamana III Adam dan Mayor Martadinata berjuang dengan keras untuk mendirikan Sekolah Angkatan Laut (SAL). Mengingat situasi saat itu masih menghadapi ancaman dari Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia, maka dipilihlah Tegal sebagai tempat pendidikan dengan alasan karena di Tegal sudah pernah memiliki Sekolah Pelayaran dan juga karena kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya masih jadi ajang pertempuran.

Setelah dipublikasikan melalui Harian Kedaulatan Rakyat yang terbit di Yogyakarta, berhasil masuk 200 siswa yang selanjutnya ditempatkan di Kesatrian Pendidikan, menempati bekas Sekolah Kepandaian Putri Tegal yang sebelumnya pernah digunakan oleh Jepang untuk menawan tentara Belanda. Setelah persiapan selesai maka tanggal 12 Mei 1946, SAL Tegal dibuka secara resmi oleh Presiden R.I. Soekarno disaksikan Wakil Presiden Moh. Hatta, Panglima Besar Soedirman, Para Menteri, Pejabat teras Mabes ALRI Yogyakarta dan anggota ALRI Pangkalan IV Tegal. Peresmian SAL Tegal ini selanjutnya dijadikan sebagai momen penting dan tonggak sejarah bagi perkembangan pendidikan TNI AL sehingga akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan TNI AL.

SAL Tegal menyelenggarakan dua macam pendidikan yaitu untuk tingkat calon perwira dan tingkat calon bintara. Lama pen-didikan 3 tahun dengan perincian dua tahun untuk pelajaran teori dan satu tahun untuk pelajaran praktik. Komandan pertama adalah Laksamana III Adam. SAL Tegal bertujuan untuk mendidik atau membentuk pelaut yang mampu memimpin kapal perang dan men-jalankan mesin. Sesuai dengan tujuan ins-titusional, sekolah ini terdiri atas dua bagian. Yang pertama, kelompok siswa dididik untuk bekerja di geladak-geladak kapal dan yang kedua kelompok siswa dididik untuk menjadi ahli mesin kapal perang. Kurikulum yang diajarkan dibuat oleh Jawatan Pendidikan AL, 60 % mempelajari ilmu navigasi, astronomi, mesin dan undang-undang pelayaran, 10 % mempelajari pengetahuan dan praktik kemiliteran seperti pengetahuan senjata dan gerakan dasar kemiliteran. Dan sisanya materi ajar berkaitan dengan pengetahuan umum seperti matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Para siswa terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat. Kelompok kedua adalah mereka yang memiliki ijazah SMP. Ketiga, mereka yang berasal dari Sekolah Menengah Tinggi dan Sekolah Guru A (SGA). Kelompok kedua dan ketiga mengikuti pendidikan untuk memperoleh ijazah Bintara (SAL mendidik 48 siswa calon bintara), kelompok pertama dididik untuk menjadi tamtama. Dengan menganalisis cara penerimaan siswa yang dilakukan SAL, dapat dikatakan bahwa jenis pendidikan ini berbeda dengan pendidikan yang diusulkan sebelumnya oleh Angkatan Laut, seperti Latihan Opsir Serang dan Sekolah Radio dan Telegrafis Lawang. Dua sekolah yang masing-masing mempersiapkan opsir dan teknisi dalam bidang telegrafi ini hanya menerima para pelaut. Ciri ketiga, masih terkait dengan penerimaan siswa. Para calon diwajibkan mengikuti ujian masuk. Hal ini berbeda dengan dua pendidikan yang didirikan sebelumnya. Dapat dikatakan SAL Tegal merupakan sekolah Angkatan Laut pertama yang mendidik Calon Bintara dan Tamtama dengan menerima siswa yang berasal dari sipil.

Seperti telah dikemukakan oleh Martadinata, situasi memang belum memungkinkan sehingga keadaan kesatrian maupun akomodasinya pada saat itu masih sangat sederhana, para siswa tidur beralas tikar di lantai dan makan nasi bungkus. Peralatan untuk latihan juga sangat minim akibatnya mereka tidak memiliki kesempatan untuk menerapkan dan mempraktikan apa yang mereka pelajari. Sesungguhnya sekolah ini ingin mendidik siswa untuk menjadi pelaut yang dapat menangani kapal perang tetapi kenyataannya mereka belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kapal perang. Untuk latihan mereka menggunakan kapal nelayan penangkap ikan. Memang jauh dari harapan namun setidaknya mereka mengetahui bagaimana keadaan laut, mendayung dengan baik, bagaimana mereka berlayar dan yang terpenting para siswa mengenal lebih dekat dengan kehidupan laut.

Kegiatan SAL Tegal sempat terhenti ketika Belanda melancarkan agresi pada bulan Juni 1946. Para siswa tidak dapat belajar sepenuhnya karena harus ikut bertempur dan berjuang bersama rakyat melawan Belanda. Gedung sekolah terpaksa dibumi hanguskan karena terus diintai pesawat udara lawan. Setelah perjanjian Renville ditandatangani, SAL Tegal kembali dilanjutkan namun dipindah lokasinya ke Juwana (dekat tegal). Setelah menjalani pendidikan selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya pada tahun 1949 diadakan ujian akhir dan sebanyak 40 orang berhasil lulus sebagai Sersan Mayor Calon Perwira dan 80 orang lulus sebagai Kopral Calon Bintara. Salah seorang alumni yang berhasil menjadi perwira tinggi adalah Letjen Mar Ali Sadikin mantan Gubernur DKI Jakarta.

Pada tahun 1950 Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan menyerahkan seluruh pangkalan angkatan laut serta kapal perangnya kepada ALRI. Seiring dengan berjalannya waktu maka kekuatan personel ALRI juga semakin bertambah. Setelah perang kemerdekaan selesai pada tahun 1950 maka seluruh komponen bangsa mengadakan pembenahan termasuk ALRI yang sudah mempunyai anggota sekitar 5.000 orang. Mengingat sibuknya pembenahan organisasi dan terbatasnya sumber daya pelaut maka Mabes ALRI memprioritaskan masalah pendidikan dengan membuka kembali pendidikan angkatan laut yang mengutamakan para anggotanya. Kasal memutuskan untuk mendirikan pendidikan AL dengan mengambil tempat di Pasiran yang letaknya dekat dengan pemusatan armada di Surabaya dan fasilitasnya memadai.

Kesatrian Pendidikan AL Pasiran diresmikan pembukaannya oleh Presiden R.I. pada bulan Maret 1950 dan yang menjadi komandan pertama adalah Mayor Pelaut E.H. Thomas. Tujuan penyelenggaraan ini adalah untuk mendidik siswa baru dan melaksanakan upgrading perwira, bintara dan tamtama hasil didikan Belanda dan Jepang. Pendidikan yang ada meliputi semua tingkat yang masing-masing terbagi atas tiga korps yaitu; Pelaut, Mesin dan Administrasi.

KPAL Pasiran hanya berlangsung sampai dengan bulan September 1950 karena selanjutnya dipindah ke Morokrembangan setelah Dinas Penerbangan Belanda menyerahkan seluruh aset Pangkalan Udara Angkatan Laut Belanda yang ada di Morokrembangan kepada ALRI. Kesatrian Pendidikan AL Morokrembangan (KPALM) yang diresmikan pada tanggal 11 Juli 1952 pada awalnya menyelenggarakan pendidikan baik bagi calon perwira, bintara maupun tamtama. Namun kemudian dipisah menjadi dua yaitu Pendidikan Calon Perwira dilaksanakan oleh Institut Angkatan Laut (IAL) sedangkan pendidikan bagi calon bintara dan tamtama tetap dilaksanakan di KPALM. Pada tahun pertama jabatan IAL dan KPALM masih dirangkap oleh seorang komandan. IAL selanjutnya menjadi penyelenggara pendidikan setaraf akademi yang selanjutnya berkembang menjadi AAL.

Pendidikan yang disediakan untuk anggota yang sudah aktif meliputi: a. Kursus ulangan dan tambahan untuk perwira (KUTP). b. Kursus ulangan dan tambahan untuk bintara (KUTB). c. Sekolah Kader Kopral (SKK). d. Pelajar Sersan (PS). e. Sekolah Lanjutan atau Vak Opleiding (VO).

Pendidikan yang siswanya direkrut dari masyarakat. a. Latihan Kemiliteran Pertama (LKP). b. Pendidikan Vak Pertama (PVP). c. Pendidikan Vak Lanjutan (PVL). d. Latihan Kader (LK). e. Pendidikan Vak Lanjutan II (PVL-II). f. Pendidikan Perwira Tenaga Ahli (PTPAL).

Berdasarkan telegram Kasal Tw. 180221 Z/Februari 1963, KPALM disempurnakan menjadi Pusat Pendidikan Angkatan Laut (PUSDIKAL) namun penyempurnaan ini belum mencakup beberapa pendidikan kejuruan yang diselenggarakan di luar PUSDIKAL yang masih dikendalkan oleh MBAL. Untuk lebih memadukan program pengajaran maka berdasarkan Skep Kasal No. 1301.13 tanggal 2 Februari 1963. Komandan Pusdikal ditunjuk sebagai Koordinator Lembaga Pendidikan Angkatan Laut (KORDIKAL) Wilayah Timur. Penyem-purnaan terus dilakukan, berdasarkan Skep M/PANGAL No. 5401.11 tanggal 7 Maret 1968, Pusdikal diubah menjadi Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut (KODIKLATAL). Pendidikan yang diselenggarakan juga mengalami peningkatan, yaitu:

1. Pusat Pendidikan Dasar Militer (PUSDIKSARMIL) meliputi:

  • Pusat Pendidikan Khusus Perwira Angkatan Laut
  • Pusat Pendidikan Chusus Tamtama dan Bintara Angkatan Laut
  • Pusat Pendidikan Chusus Korps Wanita Angkatan Laut
  • Sekolah Teritorial Maritim Angkatan Laut
  • Sekolah Elektronika Angkatan Laut

2. Pusat Pendidikan Kejuruan (PUSDIKJUR) meliputi:

  • Sekolah Artileri AL (SARTAL).
  • Sekolah Navigasi dan Informasi Tempur Angkatan Laut (SNITAL).
  • Sekolah Torpedo dan Anti Kapal Selam Angkatan Laut (STAKSAL).
  • Sekolah Teknik Menengah Chusus Angkatan Laut (STMC-AL).

3. Pusat Latihan Tempur (PUSLATPUR) meliputi:

  • Latihan Tempur Ranjau.
  • Latihan Tempur Atas Air.

Selanjutnya untuk memenuhi tuntutan perkembangan ALRI, berdasarkan SK KASAL No. 5401.51 tanggal 25 Oktober 1970 diresmikanlah KOBANGDIKAL sebagai penyempurnaan dari KODIKLATAL. Dalam wadah baru ini bermacam-macam sekolah yang ada dikelompokkan kedalam 9 pusat pendidikan yaitu:

  1. Pusat Pendidikan Korps Pelaut
  2. Pusat Pendidikan Korps Teknik
  3. Pusat Pendidikan Korps Elektronika
  4. Pusat Pendidikan Korps Komando
  5. Pusat Pendidikan Korps Adminitrasi
  6. Pusat Pendidikan Korps Kesehatan
  7. Pusat Pendidikan Korps Wanita AL
  8. Pusat Pendidikan Korps Spesifik
  9. Pusat Pendidikan Korps Lanjutan dan Ilmiah

Akhirnya dengan disempurnakaannya Organisasi TNI AL sesuai Keputusan Menhankam Pangab No. Kep/11/IV/76 tanggal 5 April 1976 sebagai tindak lanjutnya KOBANGDIKAL turut disempurnakan menjadi KOMANDO PENDIDIKAN ANGKATAN LAUT (KODKAL) berdasarkan Skep Kasal No. 1713/VIII/76 tanggal 17 Agustus 1976. Dalam organisasi baru ini jumlah Pusdik ditambah satu yaitu PUSDIKLAPA 2 yang sebelumnya bernaung di bawah PUSDIKLA. Ketika TNI AL akan membeli kapal korvet pada tahun 1976 maka Kodikal menyelenggarakan pendidikan korvet untuk menyiapkan instruktur calon awak kapal, personel pemeliharaan dan perbaikan dan penyiapan awak kapal sebelum mereka dikirim untuk mengambil kapal yang sudah dibeli. Demikian juga ketika akhir 1977 diselenggarakan pendidikan untuk persiapan peneriman PSK dan Kapal Selam Baru. Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Skep/ 729 / IV /1977 tanggal 21 April 1977, tanggal 12 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan TNI AL sekaligus sebagai Hari Ulang Tahun Kodikal.

Likuidasi

Likuidasi STTAL dari jajaran Kobangdikal ini merupakan realisasi kebijakan Panglima TNI yang memutuskan tentang persetujuan validasi, reposisi dan peningkatan organisasi STTAL menjadi Badan Pelaksana Pusat Markas Besar TNI Angkatan Laut dengan tujuan untuk mengembangkan manajemen organisasi STTAL ke arah yang lebih baik melalui penyesuaian jabatan, peningkatan tugas pokok, tataran kewenangan dan tanggung jawab Komandan STTAL.

Validasi Organisasi

Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) resmi berubah nama menjadi Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI AL (Kodiklatal). Perubahan naman Kobangdikal menjadi Kodiklatal berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 62 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi TNI Angkatan Laut, yang diresmikan langsung oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi di Surabaya.[4][5] Peresmian Kodiklatal merupakan realisasi dari validasi organisasi TNI Angkatan Laut yang telah disetujui presiden berdasarkan Perpres Nomor 62 Tahun 2016 tentang perubahan atas Perpres Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Kodiklatal sebagai Komando Utama Pembinaan dipimpin oleh Dankodiklatal yang berkedudukan langsung di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Laut. Kodiklatal memiliki peran penting dalam pembinaan doktrin dan organisasi, serta pembinaan pendidikan dan latihan.[6]

Sejak berdiri pada tahun 1946, Kodiklatal sebelumnya bernama Sekolah Angkatan Laut (SAL) yang bermarkas di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang merupakan tonggak sejarah perkembangan pendidikan TNI AL Dalam perkembangan Angkatan laut, pada tahun 1950 berubah nama menjadi Sekolah Angkatan Laut Pasiran. Lalu tahun 1952 diresmikan berdirinya Ksatria Pendidikan Angkatan Laut Morokrembangan (KPALM), dan berganti nama Pusdikal. Pada tahun 1968, Pusdikal berganti nama lagi menjadi Kodikal. Kemudian pada 1977 dan pada 12 Mei 2007 menjadi Kobangdikal yang sekarang pada 2016 menjadi Kodiklatal.

Lembaga Pendidikan

Berikut Daftar Lembaga Pendidikan yang di selenggarakan di Kodiklatal:

  • Sekolah Perwira
  • Pusdik Bintara Reguler
  • Pusdik Lanjutan Bintara
  • Pusdik Pertama Bintara
  • Pusdik Pertama Tamtama
  • Pusdik Korps Wanita TNI AL
  • Sekolah Bintara Satdik 1
  • Sekolah Tamtama Satdik 1
  • Sekolah Bintara Satdik 2
  • Sekolah Tamtama Satdik 2
  • Sekolah Bintara Satdik 3
  • Sekolah Tamtama Satdik 3
  • Pusdik Elektronika & Senjata

Nb. Rencana Kedepan : Rencana pembentukan Pusat Pendidikan TNI Angkatan Laut (Pusdiklatal) di Indonesia wilayah barat dan Indonesia wilayah tengah. Pembentukan Pusdiklatal di Indonesia Wilayah Barat tepatnya di daerah Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Lokasi rencana pembentukan Pusdiklatal ini jadi satu dengan lokasi Batalyon Infanteri 8/Marinir Korps Marinir dan Pembentukan Kodiksus, Pembentukan Sepa, Pembentukan Seba Kowal.

Komandan

Saat ini, Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut di pimpin oleh seorang Komandan (Dankodiklatal) yang berpangkat Laksamana Madya/Letnan Jenderal. Saat ini jabatan Dankodiklatal diduduki oleh Letjen TNI (Mar) Suhartono, M.Tr (Han). Yang menggantikan Laksdya TNI Nurhidayat, S.H., M.A.P.

Referensi

Pranala luar