Solihin Gautama Purwanegara

mantan gubernur Jawa Barat

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Solihin Gautama Purwanegara (lahir 21 Juli 1926) adalah mantan perwira Tentara Nasional Indonesia yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dari 1970 sampai 1975. Ia mengawali karier militer ketika masa revolusi sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor, kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi.[2] Solihin terkenal dengan gagasannya dalam mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut sebagai gogo rancah.

Solihin Gautama Purwanegara
ᮞᮧᮜᮤᮠᮤᮔ᮪ ᮌᮅᮒᮙ ᮕᮥᮁᮝᮔᮨᮌᮛ
Gubernur Jawa Barat ke-8
Masa jabatan
14 Februari 1970 – 14 Februari 1975
WakilRaden Sabri Gandanegara
(1966–1974)
Raden Ahmad Nashuhi
(1970–1973)
Sebelum
Pendahulu
Mashudi
Pengganti
Aang Kunaefi
Sebelum
Gubernur Akademi Militer ke-7
Masa jabatan
1968–1970
Kepala Staf
Informasi pribadi
Lahir
Solihin Poerwanegara[1]

21 Juli 1926 (umur 98)
Tasikmalaya, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia
Suami/istriMaryam Harmain
Orang tua
  • Abdul Gani Poerwanegara (Ayah)
  • Siti Ningrum (Ibu)
ProfesiTentara
Nama lainMang Ihin
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1945–1978
Pangkat Letnan Jenderal TNI
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pendidikan

  • Europeesche Lagere School (ELS).
  • Meer Uitgebreid Lager Oderwijs (MULO) Bogor.
  • Sekolah Menengah Pertama.
  • Sekolah Menengah Tinggi.
  • Sekolah Staf Komandan Angkatan Darat, 1954.
  • US Army Infantry School, 1957.
  • Sekolah Staf dan Komando TNI AD, 1969.[3]

Jabatan

Penghargaan

 
Solihin GP pada saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat
   
     
     
     
     
     
     
Baris ke-1 Bintang Mahaputera Utama (27 Juli 1982)[6] Bintang Dharma
Baris ke-2 Bintang Gerilya Bintang Jasa Pratama (1 Maret 1965)[7] Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
Baris ke-3 Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun Satyalancana Perang Kemerdekaan I
Baris ke-4 Satyalancana Perang Kemerdekaan II Satyalancana G.O.M I Satyalancana G.O.M II
Baris ke-5 Satyalancana G.O.M IV Satyalancana G.O.M V Satyalancana G.O.M VI
Baris ke-6 Satyalancana Satya Dharma Satyalancana Wira Dharma Satyalancana Penegak
Baris ke-7 United Nations Operation in the Congo (UNOC) Medal Commander of the Order of Orange-Nassau - Belanda (1971) Order of Diplomatic Service Merit - 3rd Class (Heung-in Medal) - Korea Selatan

Hubungan dengan Ali Sadikin

Solihin hendak sowan ke Letjen KKO Ali Sadikin di Jakarta. Sebagai Gubernur Jawa Barat yang baru, Solihin merasa perlu berkonsultasi dengan Ali Sadikin, tentang bagaimana membangun wilayah. Saat Solihin menjadi Gubernur Jawa Barat pada 1970, Ali Sadikin sudah empat tahun memimpin Jakarta. Prestasi-prestasi Ali Sadikin membangun Jakarta itulah yang membuat Solihin merasa perlu berkonsultasi dengan gubernur ibu kota negara itu.

Pada saat berbincang-bincang itu Solihin merasa dilecehkan. Dalam 'Cendramata 80 Tahun Solihin GP' diceritakan, Solihin GP tersinggung karena Ali Sadikin ingin 'mengambil' wilayah perbatasan yang menurutnya tidak bisa diurus oleh Jawa Barat. "Jawa Barat tidak bisa melakukan pembangunan, sedangkan saya didesak oleh masyarakat agar memperluas daerah perbatasan antara DKI Jakarta dan Jawa Barat. Untuk itu, agar diikhlaskan saja saya membangun daerah perbatasan itu. Apalagi kan kita sama-sama dilahirkan di Jawa Barat," kata Ali Sadikin sambil menunjuk peta Kabupaten Bekasi, Tangerang dan sebagian wilayah Kabupaten Bogor.

Sebagai Gubernur Jawa Barat

Penyerahan mesin Huller untuk mantan pejuang pembantu logistik

Presiden Soeharto menyerahkan mesin Huller (penggiling padi) kepada Hudori dari desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hudori adalah bekas pejuang pembantu logistik yang memberikan makanan kepada pasukan yang dipimpin oleh Gubernur Solihin dan Pangdam Siliwangi, Mayjen. A.J. Witono, dalam perang kemerdekaan.

Hudori kini menjadi petani, dan ketika ditemui Presiden dalam kunjungan incognito-nya beberapa waktu lalu, keadaannya sangat menyedihkan. Penyerahan dilakukan melalui Gubernur Jawa Barat, Solichin GP, di Bina Graha hari Rabu, 6 Mei 1970, Sementara itu sebuah “padi traktor” akan diserahkan kepada desa Karang Luas Lor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah melalui Residen Banyumas. [8]

Kisah petani Jawa Barat tidak mengenal Presiden Soeharto

Presiden Soeharto memulai kunjungan incognito[9] ke Jawa Barat dan Jawa Tengah tanggal 06 April 1970. Kunjungan yang diadakan bertepatan dengan awal pelaksanaan tahun kedua Pelita I ini, merupakan inspeksi langsung Presiden Soeharto di daerah pedesaan.

Tempat-tempat yang ditinjau adalah desa-desa Binong, Subang, Sindang, dan Kertasmaya, semuanya di Provinsi Jawa Barat. Di tempat-tempat tersebut Jenderal Soeharto berdialog dengan para petani, disamping melihat secara langsung pembangunan jalan, pengairan dan irigasi di pedesaan Jawa Barat itu. Satu hal yang perlu dicatat, tak satu pejabat pun di setiap tempat yang ia kunjungi, yang mengetahui kehadiran Pak Harto.

Entah dari mana informasinya, keesokan paginya ketika Pak Harto sedang berdialog dengan salah seorang petani, muncul Gubernur Jawa Barat Solihin G. P. Sesaat setelah berdialog, petani mempersilahkan rombongan Pak Harto untuk singgah di rumahnya. Setiba di rumah petani, Pak Solihin menanyakan, siapa yang sedang berbicara dengan dirinya itu? Petani menjawab, petugas pertanian. Pak Solihin kemudian menunjukkan gambar Presiden Soeharto yang kebetulan dipasang di dinding rumah petani. Dengan perasaan malu, kikuk dan salah tingkah, petani memohon maaf, karena tidak mengenali wajah Presiden Soeharto. [10]

Tim Pemberantasan Korupsi dan Laporan BIMAS

Presiden Soeharto memanggil Gubernur Jawa Barat, Solihin G.P., untuk menghadap dan melaporkan masalah Bimas di daerahnya tanggal 18 Februari 1970. Solihin telah melaporkan kepada Presiden bahwa dari jumlah Rp. 5,8 miliar untuk kredit Bimas di Jawa Barat, telah dapat dikembalikan sebanyak Rp. 4,5 miliar. Sedangkan sisanya yang Rp. 1 miliar lebih itu masih diusut oleh pemerintah daerah Jawa Barat.

Dalam hubungan ini Presiden menginstruksikan agar para pejabat yang terlibat dalam penyalahgunaan uang bimas diajukan ke pengadilan. Keesokan harinya, tanggal 18 Februari 1970 Presiden Soeharto telah memutuskan untuk mempertemukan Team Pemberantasan Korupsi dengan Komisi Empat. [11]

Ajak Soeharto mandi di Sungai

Solihin bercerita bahwa saat menjadi Gubernur Jawa Barat, ia pernah mengajak Presiden Soeharto mandi di sungai.[12] Suatu ketika, Presiden Soeharto mengadakan kunjungan bersama Solihin ke pemukiman suku Baduy. Solihin yang memang dikenal spontan, mengajak Soeharto untuk mandi di sungai. "Mandi di sungai?" Presiden terkejut, tapi senyum. "Iya dong kita mandi di sungai, Pak. Tidak ada tempat lain," kata Solihin.

Presiden Soeharto menuruti kemauan Solihin. Mereka kemudian turun dan mandi di sungai. Berjongkok, bermain air, bahkan hingga buang air di sungai itu. Semuanya tanpa pengawalan dan berlangsung aman-aman saja. Selesai mandi dan sarapan, presiden menonton pertunjukan debus yang memperlihatkan kekebalan orang Baduy.

Sayangnya, pada saat produksi minyak Indonesia sedang tinggi-tingginya kala itu menjadikan Indonesia surplus minyak, dan menyebabkan investasi luar negeri membaik. "Negara kita saat itu menjadi negara yang banyak uang. Lalu, ketika keuangan negara berlimpah, beliau (Soeharto) mulai berpikir apa yang beliau anggap tidak tepat. Yaitu seolah-olah segalanya bisa dicapai dengan uang," kata Solihin. Mulailah Solihin merasa memiliki perbedaan pendapat. Orang-orang yang punya uang bisa langsung menjadi tokoh, tanpa tahu dari mana uangnya. "Pahamlah saya bahwa kami sudah berbeda pola pikir. Saya yang pernah berpikir bahwa beliau adalah Presiden terbaik, seketika itu juga lalu merasa ia adalah the worst president in the world," tuturnya.

Masa tua

 
Mang Ihin pada tahun 2014

Terkena stroke

Solihin terbaring sakit dan dilarikan ke RS Advent, Bandung pada 4 Juni 2017.[13] Diagnosa dokter, beliau terkena serangan stroke. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menjenguk pria yang akrab disapa Mang Ihin pada 9 Juni 2017.

Kisah cinta dengan istri

Kisah cinta Solihin dengan istrinya, Maryam Harmain terbilang mirip dengan kisah cinta Habibie Ainun.[14] Hal ini dibuktikan saat mereka berdua dirawat di RS Borremus Bandung, mereka berdua tampak bermesraan dan Solihin juga tampak menggenggam tangan istri.

Lihat pula

Rujukan

Jabatan politik
Didahului oleh:
Mashudi
Gubernur Jawa Barat
1970–1975
Diteruskan oleh:
Aang Kunaefi
Jabatan militer
Didahului oleh:
Achmad Tahir
Gubernur Akademi Militer
1968–1970
Diteruskan oleh:
Sarwo Edhie Wibowo
Didahului oleh:
M. Jusuf
Panglima Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin
1964–1968
Diteruskan oleh:
Sayidiman Suryohadiprojo