TVRI (saluran televisi)

Saluran televisi nasional asal Indonesia

TVRI (juga disebut sebagai TVRI Nasional, TVRI Siaran Nasional, TVRI Stasiun Pusat Jakarta, atau Kanal 1 TVRI Nasional[1]) adalah saluran televisi publik nasional utama yang dimiliki oleh LPP Televisi Republik Indonesia.

TVRI
Diluncurkan15 November 1961 (sebagai siaran percobaan)
24 Agustus 1962 (sebagai siaran resmi)
JaringanTVRI
PemilikLPP Televisi Republik Indonesia
SloganMedia Pemersatu Bangsa
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia
Kantor pusatJalan Gerbang Pemuda, RT.1/RW.3, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10270
Saluran seindukKanal 2 (Daerah)
TVRI World
TVRI Sport
Situs webwww.tvri.go.id
Ketersediaan
Terestrial
Digitallihat #Siaran gratis
Saluran virtual1 (sebagian tempat)[butuh rujukan]
Satelit
Telkom-4 (siaran gratis)3918 H 3500 (MPEG-2/SD) dan 3924 H 6500 (MPEG-4/HD)
MNC Vision118
Transvision818
Nex Parabola113
K-Vision112
Kabel
First Media16
IPTV
IndiHome99 (HD)
MNC Play16
Biznet Home10 (HD)
MyRepublic557 (HD)
Televisi Internet
Situs web TVRITonton langsung
TVRI KlikTonton langsung
CubMuTonton langsung
(hanya untuk pelanggan CubMu Premium)
Dens.TVTonton langsung
IndiHome TVTonton langsung
VidioTonton langsung
Vision+Tonton langsung
YoutubeTonton langsung
Logo layar TVRI di tahun 1991-1996
Logo layar TVRI saat ini (sejak 29 Maret 2019)

Mulai mengudara sejak 24 Agustus 1962 (yang menjadikannya saluran televisi pertama di Indonesia yang bersiaran), TVRI menayangkan aneka ragam program, mulai dari berita, informasi, hiburan hingga olahraga dalam waktu siar 24 jam setiap hari.[2] Saluran ini sebelumnya berjaringan dengan stasiun TVRI daerah di siaran analog (kecuali DKI Jakarta dan sekitarnya) hingga tahun 2022, dan kini bersiaran secara penuh dan mandiri di siaran digital.

Sejarah

Awal bersiaran

TVRI didirikan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka menyambut Pesta Olahraga Asia 1962. Siaran percobaannya dimulai dengan menayangkan acara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Acara tersebut disiarkan dari halaman Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, dengan format hitam-putih dan didukung pemancar cadangan berkekuatan 100 watt dan tiga kamera. Siaran ini dipancarkan di kanal 5 VHF, sehingga diberi nama Saluran Lima, selama 3 jam dari pukul 07:30-11:02 WIB.[3][4] Dari tanggal 17-23 Agustus 1962, TVRI melakukan siaran percobaan pada pukul 19:00-20:00 WIB selama seminggu.[butuh rujukan]

Pada 24 Agustus 1962, setelah memulai siarannya dengan pola teknik pada pukul 14:30 WIB,[5] dari jam 16:00-19:00 WIB,[6] TVRI resmi mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Pesta Olahraga Asia 1962 dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. TVRI menayangkan siaran seputar Pesta Olahraga Asia 1962, yang dipancarkan di Saluran 9 (9 VHF) dengan daya siar 10 kW.[4] Sementara itu, saluran di 5 VHF dimanfaatkan sebagai saluran cadangan jika saluran 9 mengalami kerusakan.[7] TVRI menayangkan siaran langsung mulai pukul 10:00 WIB hingga 14:00 WIB dan siaran tunda mulai pukul 20:45 WIB hingga 23:00 WIB.[8] Saat itu, program-program Asian Games IV yang disiarkan oleh TVRI, merupakan buatan Produksi Film Negara (PFN).[9]

Setelah Asian Games IV berakhir, siaran TVRI sempat dinonaktifkan selama beberapa waktu sejak 12 September 1962 hingga mengudara kembali secara tidak berkala pada 19 September 1962. Penghentian siaran ini terjadi karena saat itu pihak TVRI maupun pemerintah belum memiliki ide tentang acara apapun untuk disiarkan selanjutnya, sehingga diharapkan dengan penghentian ini acara-acara dapat disiapkan dan dikonsolidasikan.[10] Kemudian, TVRI memulai siaran secara berkala pada 11 Oktober 1962[11] bersamaan dengan peresmian studio yang saat itu dipandu penyiar wanita pertama bernama Sus Salamun,[12] dan pada 14 November 1962, TVRI melakukan siaran pertamanya dari studio dan kantor pusatnya di Senayan.[13] Saat itu TVRI hanya bersiaran di malam hari selama 1 jam, 5 hari seminggu. Kemudian, sejak 1963 diperpanjang menjadi 2 jam, dan pada kurun waktu 1964-1967, waktu siarnya diperpanjang lagi menjadi 3,5 jam.[14]

TVRI mulai menayangkan iklan pada 1 Maret 1963. Iklan pada saat itu memakan 10% jam siar TVRI, sedangkan 90%-nya ditujukan bagi program hiburan (30%) dan acara pendidikan, penerangan dan kebudayaan (60%). Selain iklan, pada tahun yang sama, TVRI juga mulai merekam (membuat) acaranya dari luar studio, menggunakan video tape recorder.[13] Di kemudian hari, iklan di TVRI akan disatukan menjadi satu program khusus bernama Mana Suka Siaran Niaga.

Perkembangan selanjutnya

Awalnya, siaran TVRI hanya bisa dinikmati di Jakarta dan Jawa Barat (seiring dengan pembangunan pemancar di sana berkekuatan 25 watt).[13] Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-20 tanggal 17 Agustus 1965, TVRI Yogyakarta resmi diluncurkan, menandai dirintisnya stasiun-stasiun TVRI daerah yang secara bertahap memperluas jangkauan siaran pusat TVRI. Dengan diluncurkannya Satelit Palapa A1 pada tanggal 8 Juli 1976, siaran nasional TVRI dapat dengan mudah menjangkau seluruh Indonesia (dari sebelumnya yang dominan di Pulau Jawa saja).[15] Hal ini diperkuat dengan Stasiun Produksi Keliling yang dibentuk secara bertahap mulai tahun 1977 di beberapa ibu kota provinsi. Selain itu, untuk memperluas penerimaan siaran TVRI, pemerintah Orde Baru sejak 16 Agustus 1976 juga mencanangkan kebijakan "Televisi Masuk Desa", dengan menempatkan pesawat-pesawat televisi di setiap kantor pemerintah di berbagai daerah.[16]

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, siaran TVRI banyak didominasi oleh siaran impor berbasis hiburan dan menyesuaikan selera publik. Acara yang disusun mengadaptasi model acara dari luar negeri (seperti di Amerika Serikat), dengan program seperti film asing (untuk anak dan dewasa), kuis, memasak, urusan terkini (current affairs), tari-tarian dan musik pop. Suplai acara ini awalnya juga berasal dari donasi maupun pinjaman dari negara-negara sahabat.[14][17] Beberapa acara penting yang pernah disiarkan TVRI pada periode-periode ini, seperti peluncuran Apollo dari luar angkasa; pertemuan Presiden Soeharto dengan Presiden AS Richard Nixon pada 1970; dan aneka acara olahraga besar, misalnya Piala Dunia FIFA dan acara tinju.[18] Meskipun demikian, sebenarnya ada keinginan dari pemerintah saat itu untuk mengurangi jumlah program asing, terutama sejak 1975 dengan mulai memasukkan program berbasis pembangunan pedesaan, kebudayaan nasional maupun program berupa film, drama maupun serial produksi TVRI sendiri. Sementara itu, untuk jam siarannya juga mengalami perkembangan, menjadi 5 jam di tahun 1969 serta 6 jam pada tahun 1978 ditambah beberapa jam bagi siaran stasiun daerah.[13]

Kanal siaran TVRI mengalami perubahan pada 1970-an di Jakarta, dari awalnya di kanal 9 VHF menjadi 6 VHF.[19][20] (nantinya, pada 2000-an, siaran TVRI pindah lagi ke 39 UHF). Perkembangan dalam bidang teknologi juga terjadi dalam siaran TVRI pada 1970-an, yaitu dengan penerapan televisi berwarna. Siaran berwarna mulai dipersiapkan lewat pembangunan studio dan persiapan peralatan pada 1975-1976, dan resmi mulai diterapkan pada siaran TVRI sejak 1977. Beberapa program pertama yang disiarkan dengan berwarna seperti Dunia dalam Berita. Pada akhirnya, di 1 September 1979, siaran berwarna secara resmi diberlakukan penuh pada program-program TVRI, sebagai persiapan dalam menyambut SEA Games 1979 di Jakarta.[11][13][21][22][23]

Pada 1 April 1981, pemerintah melarang penayangan iklan di televisi yang menyebabkan tidak adanya iklan di TVRI - larangan yang baru dapat secara formal diakhiri setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002. Larangan iklan ini kemudian diikuti dengan pengurangan acara-acara impor asing di TVRI secara drastis (hanya 20% dari jam siar), untuk digantikan dengan acara lokal berbasis pembangunan, pendidikan, siaran berita dan kebudayaan.[21] Beberapa acara tersebut seperti Dari Desa ke Desa dan Daerah Membangun (informasi pembangunan) ataupun Ria Jenaka, Krida Remaja dan Si Unyil (acara pendidikan maupun pendidikan berbasis hiburan). Meskipun demikian, beberapa acara hiburan juga muncul, contohnya Selekta Pop (musik), Losmen (sinetron) dan Titian Muhibah serta Senada Seirama (kerjasama program dengan RTM, Malaysia).[5][13]

Perubahan tersebut juga diiringi dengan mulai tampaknya sifat program (terutama acara berita) TVRI yang dianggap sebagai corong pemerintah, dengan lebih menonjolkan pemberitaan "gunting pita" dan seremonial pejabat saja.[24] Pemberitaan TVRI secara resmi saat itu dimaksudkan untuk "mencapai hasil optimal bagi kepentingan penerangan pembangunan dan pembangunan penerangan serta peningkatan ketahanan nasional dalam segala aspeknya".[5] Akibatnya, popularitas TVRI mulai menurun pada era ini, terutama di kalangan penduduk kelas menengah kota yang lebih memilih cara lain, seperti kaset video demi mencari hiburan baru.[17] Meskipun demikian, seiring perluasan siaran TVRI di berbagai daerah, penonton siarannya terus bertambah dari 5% penduduk Indonesia pada 1981 menjadi 64,4% pada 1991.[25] Acara TVRI, menurut sejumlah analisis, pada 1980-an menunjukkan sikap pemerintah Orde Baru yang paternalistik dan mementingkan persatuan dibanding keberagaman.[26]

Pada tanggal 1 Januari 1983, TVRI resmi meluncurkan TVRI Programa 2 di Jakarta, yang awalnya merupakan kanal yang hanya menyiarkan acara berita berbahasa Inggris.[27] Sejak tahun 1989, acara-acara Programa 2 mulai dikembangkan menjadi lebih sesuai dengan publik Jakarta, sehingga mulai memberikan alternatif tontonan selain siaran pusat TVRI kepada masyarakat.[28] Mengendornya pengaruh TVRI Pusat kemudian semakin besar dengan mengudaranya RCTI pada Agustus 1989 dan sejumlah televisi swasta lain pada awal 1990-an. Sejak saat itu TVRI tidak lagi mendominasi siaran televisi di tempat-tempat lain di Indonesia. Terlebih lagi dengan surat keputusan Menteri Penerangan yang memperbolehkan televisi swasta (yang dahulu jangkauan siarannya dibatasi hanya di kota tempat asalnya bersiaran) untuk bersiaran secara nasional.

Selama sekitar tujuh tahun (1991-1998), TVRI Nasional berbagi slot frekuensi saluran selama 8 jam (05.30-13.30 WIB)[29] dengan TPI (kini MNCTV) dalam siarannya di seluruh Indonesia. TPI memanfaatkan frekuensi TVRI yang tidak bersiaran pada pagi dan siang hari, sementara TVRI menggunakan slot siaran sore dan malam. Kepemilikan TPI yang saat itu dikuasai oleh salah satu putri Presiden Soeharto, membuat mereka dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.[30] Meskipun TPI tercatat membayar Rp 500 juta untuk kerjasama ini,[29] sebenarnya, sistem tersebut tidak menguntungkan siaran TVRI Nasional, karena selain menghalangi upayanya bersiaran pagi, juga mengurangi independensinya, khususnya dalam pengelolaan fasilitas penyiaran dan menambah beban kerja pegawai. Awalnya, kerjasama slot bersama ini ditargetkan hanya berlangsung selama dua tahun,[31] namun kemudian terus berlanjut (meskipun terus dikurangi secara bertahap) hingga dihentikan pada 1 Oktober 1998. Dengan penghentian kerjasama itu, slot siaran TVRI pada pagi hari menjadi kosong, sedangkan TPI kini fokus ke salurannya sendiri (yang saat itu ada di 12 kota).[29]

Hingga 1990-an, pola siaran TVRI ditentukan oleh Departemen Penerangan, mengingat posisinya sebagai Direktorat Televisi di bawah Deppen. Susunan acara TVRI disebut "Pola Siaran Terpadu". Susunan Pola Siaran Terpadu mengutamakan siaran TVRI Stasiun Pusat Jakarta, sementara program stasiun daerah TVRI yang menjadi jaringannya lebih sebagai pelengkap. Dalam hal ini, TVRI Stasiun Pusat memancarkan siaran sentral (wajib disiarkan seluruh jaringan TVRI) dan siaran nasional (tidak wajib direlai jaringan/stasiun lokal TVRI). Selain itu, dalam Pola Siaran Terpadu juga meliputi acara khusus stasiun jaringan TVRI daerah dan stasiun lokal khusus (seperti TVRI Programa II Jakarta dan Surabaya).[5]

Perkembangan kontemporer

Pada dekade 2000-an hingga akhir 2014,[32] TVRI bersiaran dengan nama layar TVRI Nasional sebelum kembali menjadi TVRI saja. Sejak Mei 2013, siaran TVRI Nasional juga mulai disiarkan secara HD.[33]

Secara umum, hingga 2010-an, acara-acara TVRI Nasional umumnya tidak dianggap menarik oleh publik, dikarenakan selain tayangannya tampak "jadul" dan tidak menarik,[34] ditambah berbagai hal, seperti penggunaan kamera yang terkesan amatir; grafis yang tampak gelap dan kurang baik; dan belum lagi acaranya yang lebih banyak berasal dari siaran ulang (re-run) yang mencapai 60-80%.[33][35][36][37] Ini masih belum ditambah fakta bahwa beberapa acaranya merupakan tiruan dari program jaringan televisi swasta (seperti Keren yang lebih tampak sebagai tiruan acara Dahsyat RCTI), ataupun program lainnya yang lebih kelihatan sebagai corong pemerintah yang penuh kekakuan.[38] Akibatnya, rating dari televisi pertama di Indonesia ini tampak jauh dari "adik-adik"-nya dari swasta, terkecuali jikalau ada acara khusus seperti pada 2012 ketika TVRI mendapat hak siar Serie A.[39] Meskipun demikian, pimpinan TVRI saat itu cenderung menganggap tidak apa-apa situasi tersebut, karena acaranya sudah bersifat "melokal", "penuh unsur kepublikan", dan memang bukan tugas TVRI mengejar iklan.[40] Klaim pimpinan TVRI lainnya adalah, sistem rating yang ada selama ini tidak menghitung cakupan siar TVRI yang paling banyak di Indonesia, yang seharusnya bisa membuat TVRI berada di No. 1.[41]

Belakangan, terutama di era Helmy Yahya dan Apni Jaya Putra, siaran TVRI perlahan-lahan mulai mengalami perbaikan, seperti dari grafis yang lebih baik, dan juga rating yang perlahan-lahan meningkat, dengan dari sebelumnya ada pada 15-16, kini ke 10-12.[42] Bahkan, pada acara-acara tertentu, siaran TVRI pernah memuncaki rating dari semua acara.[43] Beberapa acara-acara baru ditayangkan seperti kuis, drama impor, acara dokumenter dari Discovery Channel, sampai yang terpenting adalah acara olahraga: sepak bola dan bulu tangkis. Acara sepak bola yang terpenting adalah pertandingan timnas nasional dan Liga Utama Inggris (dari Mola TV), sedangkan dalam bulu tangkis berbagai kejuaraan bulu tangkis secara konsisten ditayangkan dalam slogan "Rumah Bulutangkis".[44][45] Beberapa perubahan ini kemudian masih dipertahankan pada era pengganti Helmy, Iman Brotoseno seperti dalam penayangan acara bulu tangkis (hingga 2021), dan kerjasama dengan pihak lain, misalnya dalam penayangan dokumenter dari Netflix pada April 2020. Sayangnya, sering kali kerjasama ini tidak direspon positif oleh beberapa pihak yang berpikir bahwa TVRI harus lebih mengutamakan "program lokal anak bangsa".[46][47]

Pada tahun 2021, TVRI mengubah format gambar menjadi 1080i 16:9 untuk siaran SD dan HD.

Bersamaan dengan transisi siaran televisi analog ke digital yang digaungkan pemerintah Indonesia, LPP TVRI dijadwalkan menutup siaran analog saluran-salurannya secara bertahap pada tahun 2022. Menurut jadwal Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, siaran analog TVRI di Jakarta bersamaan dengan televisi swasta akan ditutup selambat-lambatnya 25 Agustus 2022, namun kemudian diundur hingga 2 November 2022. Hal ini menandai berakhirnya 60 tahun lebih siaran analog di kota itu sejak mulai bersiaran tahun 1962; yang menjadikannya siaran analog terlama di Indonesia.

Perkembangan waktu siaran

Pada dekade 1960-an, TVRI hanya bersiaran di malam hari. Hingga tahun 1969, TVRI hanya bersiaran selama 4,5 jam di Minggu malam.[48] Namun pada dekade-dekade berikutnya, TVRI menambah jam siaran hingga sore hari. Siaran pagi kemudian dihadirkan hanya pada hari Minggu, serta pada hari libur nasional dan acara kenegaraan.

Hingga awal 2021, TVRI bersiaran setiap pukul 03:45 hingga 01:00 WIB (khusus selama bulan Ramadan bersiaran 21,5 jam, mulai pukul 02:30 WIB), menjadikan TVRI salah satu dari sedikit jaringan televisi nasional yang tidak melakukan siaran pada dini hari. Mulai pertengahan 2021, TVRI mulai mencoba bersiaran 24 jam setiap hari.

Acara

Pada siaran terestrial analog, 3 jam dari acara-acara TVRI "ditutupi" dengan siaran lokal dari stasiun TVRI daerah (saat ini dari jam 15:00-18:00 WIB) – sehingga TVRI baru bersiaran selama 21 jam di medium tersebut. Praktik ini dijadwalkan akan berakhir secara bertahap (bergantung masing-masing stasiun daerah) hingga 2 November 2022 pada saat siaran analog secara resmi setop sepenuhnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2005, TVRI diamanatkan "memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat". Sebagai saluran televisi berformat umum, TVRI menyiarkan beragam jenis program yang di antaranya berupa acara berita, pendidikan, dan hiburan.

Hingga 12 April 2021, acara hiburan TVRI di antaranya ialah acara musik Musik Indonesia dan Rumah Musik Indonesia, drama Guest House: Losmen Reborn, serta komedi Pasti Gerr. Acara hiburan terdahulu di antaranya acara musik Kamera Ria dan Aneka Ria Safari, acara komedi Ria Jenaka, serta acara kuis Berpacu dalam Melodi dan Siapa Dia?; di samping sejumlah drama seri/sinetron seperti Aku Cinta Indonesia, Losmen, dan Keluarga Rahmat. Sejumlah acara televisi impor juga pernah ditayangkan, seperti Little House on the Prairie dan Oshin.

Acara anak-anak saat ini di antaranya adalah Anak Indonesia, Arena 123, dan Mari Menggambar. Acara anak-anak Si Unyil yang legendaris termasuk salah satu acara yang pernah tayang di saluran ini.

Berita

Acara berita di TVRI memiliki sejarah panjang di Indonesia, dengan bidang berita yang telah ada setidaknya sejak tahun 1964.[49] Di masa Orde Baru, TVRI pernah menjadi satu-satunya stasiun yang boleh menyajikan "berita" di televisi. Acara-acara beritanya saat itu wajib direlai di stasiun-stasiun televisi swasta; kewajiban ini baru dicabut pada 30 Juli 2000.

Saat ini, Klik Indonesia adalah acara berita induk di TVRI, disiarkan tiga kali sehari.

Acara gelar wicara yang ditayangkan saat ini di antaranya Indonesia Bicara, Halo Dokter, dan Fokus Terkini.

Olahraga

Acara perdana TVRI secara resmi adalah acara olahraga, yakni siaran langsung Asian Games IV 1962. Pada dekade 1970-an dan 1980-an, TVRI juga tercatat pernah membawa berbagai kompetisi olahraga ke televisi, seperti Piala Dunia yang dimulai sejak 1978.[50]

Pada tahun 2012. TVRI resmi mendapatkan hak siar Serie A untuk 2 tahun ke depan mulai musim 2012-13 hingga 2013-14. Karena TVRI mengalami permasalahan hak siar berupa krisis keuangan pada bulan Desember 2013, maka TVRI memutuskan untuk tidak lagi menyiarkan Serie A.

Acara olahraga saat ini di antaranya Rumah Bulutangkis dan Olahraga Tradisional, di samping TVRI Sport sebagai acara berita olahraga. Acara olahraga terdahulu di antaranya Arena dan Juara serta Dari Gelanggang ke Gelanggang. TVRI juga menyiarkan sejumlah pertandingan sepak bola, seperti Coppa Italia sejak musim 2018-19 (kerjasama dengan pemilik lisensi dari UseeTV).

Sebelumnya, TVRI juga sempat menyiarkan sejumlah acara olahraga lainnya. Pada tahun 2018, TVRI mendapatkan kedua hak siar EFL Championship, Carabao Cup hanya musim 2018-19; kemudian hak siar Premier League untuk musim 2019–20 saja berkat kerjasama dengan pemilik lisensi dari Mola TV; ditambah Indonesian Basketball League, pertandingan bulutangkis dari Badminton World Federation, dan Formula E. Saat masih ditayangkan, sebagian kompetisi tersebut tayang bersamaan di TVRI dan TVRI Sport HD.

TVRI secara tradisional menyiarkan acara-acara multiolahraga, seperti PON, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade; namun saat ini telah ada kecenderungan TVRI tidak menyajikan sebagian atau semua dari acara-acara tersebut disebabkan tidak memiliki atau tidak ada keharusan berbagi hak siar. Pada Olimpiade Musim Panas 2016, misalnya, TVRI tidak menyiarkan seluruh pertandingannya secara langsung.[51]

Pada tanggal 18 Desember 2022, TVRI kembali lagi menjadi pemegang hak siar EFL terdiri dari EFL Championship, EFL League One, EFL League Two dan EFL Trophy untuk yang kedua kalinya mulai musim 2022-2023 hingga 2024-2025 mendatang. sebelumnya pertandingan EFL disiarkan di platform Emtek melalui Vidio, Nex Parabola dan Champions TV pada musim 2019-2020 hingga musim 2021-2022 bersama jaringan terestrial UHF RTV pada musim 2020-2021 hingga 2021-2022 lalu yang hanya menyiarkan siaran langsung dan tundanya saja.

Dokumenter dan pendidikan

Acara dokumenter saat ini di antaranya ialah Pesona Indonesia dan Inspirasi Indonesia, keduanya diproduksi oleh stasiun TVRI daerah. Acara lainnya seperti Jendela Dunia, yang menayangkan dokumenter impor singkat tentang budaya dunia.

TVRI pernah dua kali menayangkan acara pendidikan instruksional: pada tahun 2004-2014[butuh rujukan] saat TVRI merelai acara-acara TV Edukasi milik Departemen Pendidikan Nasional, dan pada tahun 2020-2021 saat TVRI menayangkan blok program Belajar dari Rumah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Acara serupa sebelumnya pernah disiarkan melalui frekuensi milik TVRI pada periode 1990-an, namun disiarkan oleh TPI yang saat itu masih menggunakan fasilitas TVRI.

Pada April 2019, TVRI pernah menayangkan seri-seri dokumenter dari Discovery Channel. Penayangan ini sempat menjadi salah satu pertimbangan Dewan Direksi saat itu dalam memberhentikan direktur utama saat itu Helmy Yahya pada awal 2020 lalu. Seri-seri tersebut berhenti tayang pada pertengahan tahun tersebut.

Agama

TVRI merupakan salah satu dari sedikit jaringan televisi nasional yang menyiarkan acara keagamaan untuk berbagai penganut agama, terutama enam agama yang diakui di Indonesia. TVRI juga memelopori siaran adzan Maghrib di televisi setiap hari, yang kini lazim disiarkan di sebagian besar jaringan televisi nasional Indonesia.[butuh rujukan]

Acara keagamaan Islam di TVRI di antaranya ialah Serambi Islami dan Satukan Shaf Indonesia, di samping acara dokumenter seperti Jejak Islam. Selama bulan Ramadan, TVRI juga menayangkan beragam acara keagamaan tambahan. Saluran ini juga secara rutin menayangkan Salat Jumat secara langsung dari Masjid Istiqlal di Jakarta, juga pembacaan Asmaul Husna setelah adzan Maghrib dan adzan Subuh. Acara-acara khusus juga disiarkan langsung dari Masjid Istiqlal, seperti Salat Id saat Idulfitri dan Iduladha.

Acara keagamaan selain Islam disatukan dalam acara induk berupa Mimbar Agama. Terdapat lima acara Mimbar Agama, masing-masing untuk penganut agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. TVRI juga kerap menayangkan secara langsung acara khusus perayaan hari raya agama-agama tersebut, seperti Natal Nasional dan Imlek Nasional.

  1. ^ Hamdani, Robitho (2021). "Migrasi TV Digital". Diakses tanggal 19 Juni 2021.  Robitho Hamdani merupakan seorang penyiar TVRI.
  2. ^ TVRI Nasional (Instagram) (2020). "Halo #PemirsaTVRI! kini, TVRI sudah melangsungkan siaran nasional dan YouTube live streaming selama 24 jam". Diakses tanggal 27 April 2020. 
  3. ^ Kajian Ekonomi Politik Media: Komodifikasi Pekerja dan Fetisisme Komoditas ...
  4. ^ a b "TELEVISI REPUBLIK INDONESIA". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-26. Diakses tanggal 2021-11-03. 
  5. ^ a b c d TELEVISI RI DALAM DATA DAN FAKTA
  6. ^ Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas., hlm. 32.
  7. ^ 20 tahun Indonesia merdeka, Volume 9
  8. ^ Rio Rahardia. "e Library Unikom: TVRI Jawa Barat, hlm. 1" (PDF). Diakses tanggal 24 Agustus 2019. 
  9. ^ Seabad pers kebangsaan, 1907-2007
  10. ^ Memotret telematika Indonesia, menyongsong masyarakat informasi nusantara: sebuah wacana sosiokultural tentang teknologi telekomunikasi dan informasi di Indonesia
  11. ^ a b Kitley, Philip (2000). Television, Nation and Culture in Indonesia. Athens: Ohio University Center for International Studies. 
  12. ^ Jurnalisme: liputan 6 SCTV : antara peristiwa dan ruang publik
  13. ^ a b c d e f Sejarah Departemen Penerangan RI.
  14. ^ a b SOROTAN: BUKAN CUMA SUARA PEMERINTAH
  15. ^ Reportase: Panduan Praktis Reportase untuk Media Televisi
  16. ^ Televisi Masuk Desa
  17. ^ a b Televisi Jakarta di atas Indonesia
  18. ^ Television, Regulation and Civil Society in Asia
  19. ^ Media, Volume 1,Masalah 1-12
  20. ^ Tangan Dingin Ishadi Soetopo Kartosapoetro Mengembangkan TVRI Sampai...
  21. ^ a b Broadcasting in the Malay World: Radio, Television, and Video in Brunei ...
  22. ^ Alex Leo Zulkarnain, orang yang kembali
  23. ^ Pers Indonesia, Volume 1
  24. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
  25. ^ Nasib suplemen
  26. ^ Matinya rating televisi
  27. ^ Media komunikasi massa televisi
  28. ^ Tvri siap buka empat programa 2[pranala nonaktif permanen]
  29. ^ a b c MULAI OKTOBER 1998, TPI “LEPAS” DARI TVRI
  30. ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
  31. ^ TVRI dan Sikap Malu-Malu Menerima Iklan
  32. ^ Arena 123 TVRI 14 DESEMBER 2014 Part 2
  33. ^ a b Quo Vadis TVRI
  34. ^ 'Dahsyat'nya TVRI Kini
  35. ^ Penyiar Berita TVRI Malu Duduk di Meja Siaran
  36. ^ "TVRI Mati Suri Sejak Ada TV Swasta Keluarga Soeharto"
  37. ^ 48 TAHUN TVRI: HIDUP SEGAN MATI TAK MAU
  38. ^ Masihkah TVRI Relevan?
  39. ^ Save RRI TVRI
  40. ^ TVRI dalam Peran Baru
  41. ^ TVRI Siapkan Program Baru untuk Dongkrak Popularitas
  42. ^ Helmy Yahya: Saya tidak percaya TVRI dapat Liga Inggris
  43. ^ Program TVRI Puncaki Rating, Sinetron RCTI dan SCTV Dikalahkan
  44. ^ Pasang Surut TVRI, dari TV Pertama hingga Kisruh Helmy Yahya
  45. ^ 7 Perubahan TVRI di Tangan Helmy Yahya
  46. ^ Ketika Orang Berbusa-Busa Bilang 'Karya Anak Bangsa', Maksudnya Tuh Apa Sih?
  47. ^ Daripada Siarkan Konten Asing, TVRI Diminta Perbanyak Acara Lokal
  48. ^ Kompas, 2 Maret dan 5 Oktober 1969. Dikutip dari "JADWAL ACARA TVRI JAKARTA 2 MARET & 5 OKTOBER 1969". Kaskus. Diakses tanggal 25 March 2021. 
  49. ^ Hidayat, Dedi N; Gazali, Effendi; et. al. (2000). Pers dalam "Revolusi Mei": Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
  50. ^ Hutari, Fandy (2018). "Menonton Piala Dunia di Zaman Orba, di Layar TVRI". Tirto.id. Diakses tanggal 21 Juli 2021. 
  51. ^ TVRI Nasional (Twitter) (2016). "Konfirmasi mengenai Siaran Olimpiade Rio 2016..." Diakses tanggal 22 Juni 2021.