Bahasa Sunda Binong
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juli 2023) |
Bahasa Sunda Binong adalah salah satu variasi geografis bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah Kecamatan Binong, Kabupaten Subang, tepatnya di Desa Kediri.[1] Dalam tataran fonologi dan leksikon, variasi ini tidak terlalu menunjukkan adanya perbedaan yang jauh dengan bahasa Sunda baku yang berada di Kota Bandung. Bahasa Sunda Binong termasuk ke dalam dialek bahasa Sunda wilayah utara.[2]
Bahasa Sunda Binong
Basa Sunda Binong | |||||
---|---|---|---|---|---|
Dituturkan di | Indonesia | ||||
Wilayah | Kabupaten Subang | ||||
Penutur | |||||
| |||||
Latin | |||||
Kode bahasa | |||||
ISO 639-3 | – | ||||
Glottolog | bino1239 | ||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||
Portal Bahasa | |||||
Berdasarkan jenis dialeknya, bahasa Sunda Binong yang dituturkan di Desa Kediri termasuk dialek h karena memiliki bunyi h dalam posisi initial, medial, dan final kata, misalnya, hayam ‘ayam’. mitoha ‘mertua’, dan taneuh ‘tanah’. Kepemilikan fonem h dalam segala posisi ini menunjukkan adanya kesamaan dengan bahasa Sunda baku sebagai sumber data sinkronis di lokasi yang berbeda. Dialek lainnya yang memiliki kekerabatan dekat, seperti bahasa Sunda Parean yang dituturkan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu termasuk bahasa Sunda dialek non-h karena dalam perbendaharaan fonemnya tidak ada h. Selain hal yang demikian, hal yang sama antara bahasa Sunda baku dengan bahasa Sunda Binong tampak dalam fonotaktik i-u yang membangun kata, seperti lisung ‘lesung’, lintuh ‘gemuk’, mintul ‘tumpul’, dan kiruh ‘kiruh’, tilu ‘tiga’. Hal ini berbeda dengan bahasa Sunda Parean yang memiliki fonotaktik o-u.[3]
Karakteristik
Bahasa Sunda Binong sebagai bentuk variasi geografis dari bahasa Sunda menunjukkan adanya karakteristik berupa kosakata setempat yang khas diakibatkan oleh adanya inovasi, baik itu inovasi internal maupun inovasi eksternal.[4]
Inovasi internal
Inovasi internal dapat diartikan sebagai sebuah perubahan linguistik yang berasal dari dalam bahasa itu sendiri.[5] Inovasi internal bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu inovasi bentuk dan inovasi makna.[5]
Inovasi bentuk
Inovasi bentuk ialah perubahan bentuk, baik itu secara keseluruhan maupun sebagian pada sebuah leksikon. Dari hasil membandingkan antara inovasi leksikal yang terjadi bahasa Sunda Binong dengan bahasa Sunda baku, terdapat 13 kata yang tergolong ke dalam inovasi leksikal secara menyeluruh, dan 10 kata yang tergolong ke dalam inovasi leksikal sebagian. Kosakata yang termasuk inovasi leksikal secara menyeluruh ialah anak embé 'anak kambing', bandara 'petai cina', caling 'taring', empet 'jagung muda', kandang kuda 'kandang kuda', kéngkéoangan 'mata kaki', mamangkatan jauh 'bepergian jauh', markis 'atap tambahan', nangka sélong 'srikaya', nuai paré 'menuai padi', ragasi 'sungai', tatarok bedug 'pemukul beduk'.[5]
Untuk kosakata yang tergolong ke dalam inovasi leksikal sebagian atau parsial yang juga berupa inovasi fonetis di antaranya adalah cai curuk 'air terjun', cai patih 'santan', julid 'iri', luku 'bajak', mangga 'mangga', ramu 'jari', salada 'seladah', susruk 'sendok goreng', tikejebur 'jatuh ke dalam air'.[5]
Kosakata
Bahasa Sunda Binong memiliki beberapa perbedaan kosakata dengan bahasa Sunda Baku (Priangan), kosakata bahasa Sunda di Desa Kediri ini memuat sekitar 78% kosakata bahasa Sunda baku, sisanya merupakan kosakata bahasa Sunda setempat. Kosakata bahasa Sunda setempat ini memperlihatkan kosakata hasil inovasi internal dan inovasi eksternal.[6]
Berikut adalah contoh kosakata khas dari ragam percakapan bahasa Sunda di kecamatan Binong, Subang:[7]
Sunda Binong | Sunda Baku | Glosa |
---|---|---|
markis | sorondoy | atap tambahan |
totorok bedug | panakol dulag | pemukul beduk |
kandang kuda | istal | kandang kuda |
empet | semi | jagung muda |
bandara | peuteuy sélong | petai cina |
nangka sélong | sarikaya | srikaya |
anak embé | cémé | anak kambing |
caling | sihung | taring |
ririakan | kotokeun | rabun |
mamangkatan jauh | nyaba | bepergian jauh |
nuai paré | panén | menuai padi |
ragasi | walungan | sungai |
kéngkéoangan | mumuncangan | mata kaki |
susruk | susuk | sendok goreng |
luku | wuluku | bajak |
cai curuk | curug | air terjun |
salada | saladah | selada |
mangga | buah | mangga |
ramu | ramo | jari |
mararat | malarat | melarat |
julid | julig | iri |
tikejebur | tigejebur | terjatuh ke dalam air |
baya | buhaya | buaya |
Rujukan
Catatan kaki
- ^ Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 2-3.
- ^ Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 3.
- ^ Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 9.
- ^ Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 9-10.
- ^ a b c d Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 10.
- ^ Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 8.
- ^ Wahya & Meilinawati (2011), hlm. 11.
Daftar pustaka
- Wahya; Meilinawati, L (2011). "Bahasa Sunda Di Desa Kediri, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang, Jawa Barat: Kajian Geolinguistik". Metalingua Jurnal Penelitian Bahasa. 9 (1): 1–15.
Pranala luar
- Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
- Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
- Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
- Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
- Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com