Allah
Allah (bahasa Arab: اللّٰه, translit. Allāh, IPA: [ʔaɫ.ɫaːh] ⓘ) adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata Allah ini ada yang mengartikan sebagai "Tuhan" (jabatan), ada juga yang mengartikan sebagai nama sembahan tertentu. Perbedaan pemahaman makna kata ini sering menjadi topik di dalam diskusi lintas agama atau aliran dalam kekristenan karena tidak semua Kristen yang sependapat kalau kata Allah bermakna Ilah atau Tuhan.
Kata Allah telah digunakan oleh kaum Hanif[1], penganut Mandean[2], Kristen Arab, Yahudi Arab, sebelum lahirnya Islam di abad 7. Penggunaan ini meluas setelah lahirnya Islam kemudian diadopsi oleh penganut Babisme, penganut Baháʼí, umat Kristen Malaysia atau Melayu, sampai umat Kristen di Indonesia. Mereka mengartikan Allah sebagai jabatan pengganti kata Tuhan, kecuali Yahudi Arab. Rabi Yahudi Saadia Gaon, di abad 10 menerjemahkan Torah ke bahasa Arab yang menyalin nama YHWH menjadi nama Allah[3].
Etimologi
Ada 2 pendapat terkait etimologi kata Allah ini, yaitu pendapat yang menyatakan kata Allah ini berasal dari kata Al-Ilah dan pendapat yang menyatakan dahulunya Al-lah atau tetap.
Allah berasal dari Al-Ilah
Pada umumnya kalangan akademisi menyatakan Allah berasal dari Al-Ilah[4][5][6]. Kata Al artinya Sang, kata Ilah, bermakna Tuhan. Jadi Al-Ilah atau Sang Tuhan menjelaskan dia adalah suatu sosok sembahan/tuhan/dewa tertentu, yang hanya satu, tidak ada lainnya. Dr Reza Aslan menyatakan bahwa Allah dulunya adalah Dewa Hujan/Langit[7]. Sementara sejarawan lain menyatakan dia dulunya adalah ilah yang memiliki atau terkait dengan 3 putri dewi bernama Allat, Al-uza, dan Manat[8][9][10][11][12]. Johnson Scott juga menulis bahwa sosok Allah memang merupakan satu dari beberapa dewa Arab kuno yang tercatat di beberapa prasasti, entah dia sebagai dewa apa. Salah satu prasasti di Qaryat al-Faw mencatat seorang Igl menyerahkan makam yang dibangunnya kepada "Khal, Allah, dan Aththar dari Timur". Dilihat dari aksara-nya, prasasti ini ada di zaman awal kekristenan[11].
Dari pandangan ini, maka kata Allah bukanlah suatu jabatan, melainkan suatu sosok sembahan.
Allah berasal dari Al-Lah
Para sarjana Muslim sendiri banyak berpendapat bahwa nama Allah memang berasal dari Al-Lah atau tidak mengalami perubahan sejak awal. Kata Allah termasuk ke dalam kata murtajal (kata yang tidak memiliki kata asal)[13]. Mereka mendukung pandangan dari para ulama Islam antara lain Ibnul Arabi (w. 543), Abul Qasim as-Suhaili (w. 581), ar-Razi (w. 606), banyak di kalangan ahli ushul dan merupakan salah satu pendapat Sibawaih. Dari pandangan ini, Allah sejak awal sampai saat ini diyakini sebagai nama ilah.
Penggunaan sebagai kata khusus
Arab-pra Islam
Variasi dari kata Allah ditemukan di prasasti pra-Islam pagan dan Kristen.[14][15] Beberapa teori yang berbeda muncul mengenai peran Allah dalam kultus politeisme pra-Islam. Beberapa penulis menyebut bahwa orang-orang Arab politeistik menggunakan nama ini sebagai referensi kepada dewa pencipta atau dewa tertinggi dari jajaran mereka.[16][17] Istilah ini mungkin terdapat dalam Agama asli Mekkah.[16][18] Menurut satu hipotesis, dari peneliti Julius Wellhausen, Allah walaupun disebutkan atau kata yang merujuk nama Tuhan dari Abraham dari tiga agama besar (Yahudi, Kristen, dan Islam) tapi pada saat itu disalahgunakan merujuk dewa tertinggi dari suku sekitar Quraysh. Dimana pada saat itu adalah sebutan yang manahbiskan supeoritas Hubal (Dewa Bulan, dewa tertinggi Quraisy) atas dewa-dewa lainnya.[14] Namun, ada juga bukti bahwa Allah dan Hubal adalah dua dewa yang berbeda. Dimana Allah adalah tuhan dari Abraham dari tiga agama besar (Yahudi, Kristen, dan Islam). [14] Menurut hipotesis itu, Ka'bah pertama kali ditahbiskan kepada dewa tertinggi bernama Allah (Tuhan dari Yahudi, Kristen dan Islam) dan kemudian menjadi tuan rumah dari jajaran suku Quraisy setelah penaklukan mereka atas Mekkah, sekitar satu abad sebelum era Muhammad.[14] Beberapa prasasti tampaknya menunjukkan bahwa Allah sudah lama ada sebelum Yahudi, Kristen dan Islam datang. Dimana itu merujuk Tuhan Abraham. tetapi belum diketahui banyak atau misteri di zaman itu tentang mengapa bisa penggunaan dan pengkultusannya menjadi seperti itu.[14] Beberapa ahli berpendapat bahwa Allah mungkin telah mewakili dewa pencipta dimana superioritasnya melebihi nama-nama dewa-dewa lokal yang lebih khusus.[19][20] Ada ketidaksepakatan tentang apakah Allah memainkan peran utama dalam praktik pemujaan agama di Mekkah.[19][21] Nama ayah Muhammad sendiri adalah ʿAbd-Allāh yang berarti "pelayan Allāh".[18] Ini menunjukkan bahwa penyembahan terhadap Allah itu memang ada sebelum Islam muncul atau Muhammad lahir.
Kristen
Penutur bahasa Arab dari semua agama Abraham, termasuk Kristen dan Yahudi, menggunakan kata "Allah" untuk berarti "Tuhan".[22] Orang-orang Arab Kristen saat ini tidak memiliki kata lain untuk "Tuhan" selain dari kata "Allah".[23] Kata Allah dalam tradisi Kristen Asyria (Church of the east) di Mesopotamia (sekarang Iraq) juga digunakan daalam liturgi berbahasa Arab. Demikian juga Gereja Syria dan Koptik Mesir yang sama-sama telah menyebar sejak abad 1, semenjak Yesus mengutus para murid-Nya ke berbagai daerah. Bahkan keturunan bahasa Arab yang berbahasa Malta,[24][25] menggunakan kata Allah untuk "Tuhan" meskipun hampir seluruh populasi Malta adalah pemeluk agama Katolik Roma.
Orang Kristen Arab, menggunakan istilah Allāh al-ab (الله الأب) untuk Allah Bapa, Allāh al-ibn (الله الابن) untuk Allah Anak, dan Allāh al-rūḥ al-quds (الله الروح القدس) bagi Allah Roh Kudus di dalam banyak ritual Tradisi Gereja. Contoh tradisi Tanda Salib berdoa, memasuki ruang ibadah, dan juga pembaptisan.[26] mereka juga menciptakan bismillāh mereka sendiri di awal abad ke-8 di mana Islam mengadopsi bismillāh [27] berbunyi: "Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Sedangkan Bismillāh Trinitias berbunyi: "Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Satu Tuhan." Doa Syria, Latin, dan Yunani tidak memiliki kata "Satu Tuhan" di akhir. Penambahan ini dibuat untuk menekankan aspek monoteistik dari keyakinan Trinitarian dan juga untuk membuatnya lebih familiar di kalangan Muslim.[27]
Beberapa temuan arkeologi telah mengarah pada penemuan prasasti pra-Islam kuno dan makam yang dibuat oleh orang Kristen Arab di reruntuhan gereja di Umm el-Jimal di Yordania Utara, yang berisi referensi kata-kata Allah. Beberapa kuburan berisi nama-nama seperti "Abd Allah" yang berarti "hamba/pelayan Allah".[28][29] Nama Allah dapat ditemukan berkali-kali dalam laporan dan daftar nama-nama para martir Kristen di Arab Selatan, seperti yang dilaporkan oleh dokumen-dokumen Syriac antik tentang nama-nama para martir dari era kerajaan Himyarite dan Aksumite.[30] Seorang pemimpin Kristen bernama Abd Allah ibn Abu Bakar bin Muhammad menjadi martir di Najran pada tahun 523, karena ia mengenakan cincin yang mengatakan "Allah adalah Pemilikku".[31] Dalam sebuah prasasti martyrion Kristen pada tahun 512 M, referensi untuk Allah dapat ditemukan dalam bahasa Arab dan Aram, yang memanggilnya "Allah" dan "Alaha", dan tulisan dimulai dengan pernyataan "Dengan Pertolongan Allah".[32][33]
Dalam Injil pra-Islam, nama yang digunakan untuk Tuhan adalah "Allah", sebagaimana dibuktikan oleh beberapa versi bahasa Arab Perjanjian Baru yang ditemukan oleh orang-orang Kristen Arab selama era pra-Islam di Arabia Utara dan Selatan.[34] Namun demikian dalam penelitian terbaru di area Study Islam ini, contohnya oleh Sydney Griffith (2013), David D. Grafton (2014), Clair Wilde (2014) & ML Hjälm dan lainnya (2016 & 2017) menyatakan bahwa: "yang bisa dikatakan tentang kemungkinan Injil Kristen dalam bahasa Arab adalah bahwa belum ada tanda-tanda keberadaannya atau sebenarnya kata ini belum muncul".[35][36][37][38][39]
Orang-orang Kristen Arab pra-Islam dilaporkan telah meneriakkan pekikan "Ya La Ibad Allah" (Wahai hamba-hamba Allah) untuk saling mengundang sesama dalam sebuah pertempuran.[40] "Allah" juga disebutkan dalam puisi Kristen pra-Islam oleh beberapa penyair Ghassanid dan Tanukhid di Suriah dan Arabia Utara.[41][42][43] Selain itu ML Hjälm dalam penelitian terbarunya (2017) menyatakan bahwa "manuskrip yang berisi terjemahan Injil ditemukan paling awal tahun 873"[44]
Irfan Shahid mengutip koleksi ensiklopedia abad ke-10 Kitab al-Aghani mencatat bahwa orang-orang Kristen Arab pra-Islam diketahui telah mengangkat seruan perang "Ya La Ibad Allah", artinya Wahai hamba Allah mari kita terjun berperang.[45] Menurut Shahid, bagi sarjana Muslim abad ke-10 Al-Marzubani, "Allah" juga disebutkan dalam puisi Kristen pra-Islam oleh beberapa penyair seperti Ghassanid dan Tanukhid di Suriah dan Arab Utara.[46][47][48]
Islam
Dalam konsep Islam, Allah (bahasa Arab: الله) adalah nama Tuhan, dan diyakini sebagai Dzat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.[49]
Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).[50] Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.[51] “Sesungguhnya aku Allah, tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali aku. Maka sembahlah aku dan dirikan shalat untuk mengingatku”. (Q.S Thoha 14). Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.[52][53] Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas.[54] Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).[52][53]
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.[55] Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).[56]
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[56] Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi.[57][58].
Kontroversi Nama Allah-ALLAH-allah
Umat Kristen di Indonesia dan Malaysia sudah lama menggunakan kata Allah di Alkitab sebagai terjemahan kata bahasa Ibrani Elohim, El, dan Eloah di Perjanjian Lama serta kata bahasa Yunani Theos (θεός, theós) di Perjanjian Baru pada Alkitab-Alkitab terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia. Kedua bahasa ini merupakan bentuk baku dari bahasa Melayu dan bahasa resmi di negara keduanya.
Sejarah penggunaan kata Allah dapat ditelusuri jauh pada waktu masuknya Kekristenan di Nusantara, terutama pada penggunaan kata tersebut oleh Fransiskus Xaverius saat menerjemahkan nas-nas Alkitab ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16.[59][60] Di dalam kamus bahasa Belanda–Melayu pertama yang disusun Albert Cornelius Ruyl, Justus Heurnius, Caspar Wiltens pada tahun 1650, kata Allah dicantumkan sebagai padanan kata Belanda Godt.[61].
Penerjemahan berikutnya yang tetap dibantu oleh kaum terpelajar Muslim membuat kata Allah ini lebih banyak digunakan. Tercatat dari berbagai versi terjemahan seperti Alkitab Leydeker (abad 17), Alkitab Klinkert 1863 & 1870 (abad 19), Alkitab Selabear dan Alkitab Melayu Baba, Alkitab Terjemahan Lama, dan Alkitab Terjemahan Baru (abad 20) terus memasukkan kata Allah, padahal kata "Tuhan/Toehan" dan "ilah" sebagai jabatan juga sudah ada. Ini menjadi tumpang-tindih.
Contoh ayat Mar12:29 yang mengutip perkataan Yesus, di beberapa terjemahan ini dicatat sbb:
- Jesoes menjaoet sama dia: Jang pertama dari segala parintah, ija-ini: "Hei Isjrail, dengarlah! Toehan Allah kita itoelah Toehan jang asa." (Alkitab Klinkert 1863).
- Maka sahoet Isa kapadanja: Adapon jang kapala sakali hoekoem Allah inilah: "Dengarlah olihmoe, hai Isjrail, adapon Toehan Allah kita itoelah Toehan jang asa." (Alkitab Klinkert 1870).
- Isa jawab, "Hukum yang nombor satu, ini-lah: 'Dngar-lah, hei Isra'el; Tuhan kita Allah, dia-lah satu saja Tuhan. (Alkitab Melayu Baba).
- Maka jawab Yesus kepadanya, "Hukum yang terutama inilah: Dengarlah olehmu, hai Israel, adapun Allah Tuhan kita, Ialah Tuhan yang Esa; (Alkitab Terjemahan Lama).
- Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (Alkitab Terjemahan Baru).
Kontroversi Nama Allah di Indonesia
Proses penerjemahan Alkitab yang dimulai oleh pihak Hindia Belanda diambil alih oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang mulai berdiri secara resmi pada 9 Februari 1954.[62] Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah Terjemahan Baru yang sudah diselesaikan sejak 1974. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988 dan terus mengalami penambahan sampai saat ini. Di dalam KBBI, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada pujaan umat Muslim.[63] Hal inilah menjadi titik mula perdebatan penggunaan Allah untuk kalangan umat Kristen Indonesia dan juga antara umat Kristen dan Islam.
TB LAI juga merekam kata Allah dengan 3 variasi, yaitu ALLAH (semua huruf besar), allah (semua huruf kecil), dan Allah. Ketiganya memiliki makna berbeda. Yang banyak disoroti oleh pihak Muslim saat mereka menyadari bahwa kata allah (semua huruf kecil) bermakna berhala. Tentu mereka menginginkan adanya perbaikan. Sarjana sastra banyak menyoroti LAI karena terjemahannya tidak sesuai dengan KBBI dan juga kaidah tata bahasa Indonesia (EYD).
Selanjutnya, kontroversi di kalangan Kristen di Indonesia terkait kata Allah diperparah oleh adanya Gerakan Nama Suci (yang dibentuk di dalam Church of God (Seventh-Day) di Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an) di Indonesia. Gerakan tersebut masuk ke Indonesia secara bergelombang, dimulai sekitar 1970-an oleh dua orang pendeta di Yogyakarta. Kemudian tahun 1980-an dipelopori oleh rohaniwan Kristen yang murtad dari Islam, mereka mendirikan Yayasan Nehemia pada tahun 1987. Mereka banyak menginjili umat Muslim dengan mengajarkan bahwa Allah adalah nama Dewa Arab bukan nama Tuhan sejati dalam buku Siapakah yang Bernama Allah itu?[64][65][66] Pengikut Gerakan Nama Suci terus menggaungkan bahwa pengucapan kata Allah bisa berujung pada penyembahan berhala. Maka kontroversi nama Allah di Indonesia ini semakin ramai terjadi.
Ada banyak pihak menuntut LAI agar merevisi terjemahan mereka. Bukan hanya kalangan Kristen, pihak Muslim juga mengambil inisiatif untuk menegur LAI serta Bimas Kristen di bawah Departemen Agama. Isi kedua surat tersebut pada intinya adalah:[67]
- Allah adalah nama sesembahan Umat Muslim;
- Meminta menarik Alkitab yang mencatat nama Allah dari peredaran;
- Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah;
- Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
Pihak LAI sempat dituntut ke pengadilan[68] pada tahun 2008, tetapi tuntutan tersebut dibatalkan oleh hakim. Banyak gereja yang mengambil posisi untuk membela LAI. Perdebatan nama Allah ini, meskipun telah surut, masih terjadi baik di forum terbuka maupun melalui jaringan online sampai saat ini. Pengikut Gerakan Nama Suci pada tahun 2007 menerbitkan Alkitab Indonesian Literal Translation (ILT) dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.[69]
Kontroversi Nama Allah di Malaysia
Pada tahun 2007, Pemerintah Malaysia melarang pemakaian kata Allah di luar konteks Islam. Larangan ini kemudian dibatalkan Mahkamah Tinggi Malaysia pada tahun 2009 karena dinilai tidak konstitusional. Pemerintah mengajukan banding, dan Mahkamah Agung menangguhkan implementasi pembatalan tahun 2009 sampai sidang gelar perkara dilaksanakan. Pada bulan Oktober 2013, Mahkamah Tinggi mengesahkan larangan pemerintah tahun 2007.[70] Pada awal tahun 2014, Pemerintah Malaysia menyita lebih dari 300 Alkitab yang menggunakan kata Allah sebagai sebutan bagi Sembahan Kristen di Semenanjung Malaka.[71] Namun kebijakan ini tidak berlaku di Negara Bagian Sabah dan Negara Bagian Sarawak,[72][73] karena kata Allah sudah lama dipakai umat Kristen di kedua negara bagian tersebut, dan karena Alkitab yang menggunakan kata Allah sudah bertahun-tahun beredar bebas tanpa pembatasan di Malaysia Timur.[72] Menanggapi kritik-kritik yang disuarakan sejumlah media massa, Pemerintah Malaysia mengeluarkan "10 butir solusi" demi mencegah timbulnya informasi yang simpang-siur dan menyesatkan.[74][75] Sepuluh butir solusi tersebut sejalan dengan semangat Perjanjian 18 Perkara Sarawak dan Perjanjian 20 Perkara Sabah.[76]
Referensi
- ^ Köchler, Hans; International Progress Organization, ed. (1982). The concept of monotheism in Islam and Christianity: Ed. by Hans Köchler. Papers of the Internat. Symposion organized in Rome, Italy, by the Internat. Progress Organization. Wien: Braumüller. ISBN 978-3-7003-0339-8.
- ^ "The Ginza Rba - Mandaean Scriptures - The Gnostic Society Library". gnosis.org. Diakses tanggal 2023-07-17.
- ^ "Tafsir Rasag, Deuteronomy 6:5". www.sefaria.org. Diakses tanggal 2023-07-17.
- ^ Gardet, L. (2012-04-24). "Allāh". Encyclopaedia of Islam, Second Edition (dalam bahasa Inggris). Brill.
- ^ Harper, Dauglas. "Allah | Etymology, origin and meaning of the name allah by etymonline". www.etymonline.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-07-17.
- ^ Campo, Juan. Encyclopedia Islam. New York: J. Gordon Melton. hlm. 34.
- ^ Aslan, Reza. No God But God, The Origins, Evolution, and Future of Islam. New York: Random House. hlm. 7.
- ^ Hitti, Philip (1970). History of The arab, from The Earliest Times to The Present. New York: Macmillan. hlm. 98.
- ^ Finegan, Jack (1952). The Archeology of World Religions. New Jersey: Princeton University Press. hlm. 482.
- ^ Holt, PM. Cambridge History of Islam Vol 1A. United Kingdom: Cambridge University Press. hlm. 24.
- ^ a b Johnson, Scott (2012). The Handbook of Late Antoquity. New York: Oxford University Press. hlm. 304.
- ^ Peters, Francis (1994). Muhammad and The Origins of Islam. New York: State University Press. hlm. 98.
- ^ "Perihal Allah Sebagai Tuhan". Alif.ID. 2022-04-23. Diakses tanggal 2023-07-17.
- ^ a b c d e Christian Julien Robin (2012). Arabia and Ethiopia. In The Oxford Handbook of Late Antiquity. OUP USA. hlm. 304–305. ISBN 9780195336931.
- ^ Hitti, Philip Khouri (1970). History of the Arabs. Palgrave Macmillan. hlm. 100–101.
- ^ a b Encyclopaedia of Islam, Allah
- ^ Zeki Saritopak, Allah, The Qu'ran: An Encyclopedia, ed. by Oliver Leaman, p. 34
- ^ a b Gerhard Böwering, God and his Attributes, Encyclopedia of the Qur'an, ed. by Jane Dammen McAuliffe
- ^ a b Jonathan Porter Berkey (2003). The Formation of Islam: Religion and Society in the Near East, 600-1800. Cambridge University Press. hlm. 42. ISBN 978-0-521-58813-3.
- ^ Daniel C. Peterson (26 February 2007). Muhammad, Prophet of God. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 21. ISBN 978-0-8028-0754-0.
- ^ Francis E. Peters (1994). Muhammad and the Origins of Islam. SUNY Press. hlm. 107. ISBN 978-0-7914-1875-8.
- ^ Columbia Encyclopedia, Allah
- ^ Lewis, Bernard; Holt, P. M.; Holt, Peter R.; Lambton, Ann Katherine Swynford (1977). The Cambridge history of Islam. Cambridge, Eng: University Press. hlm. 32. ISBN 978-0-521-29135-4.
- ^ Borg and Azzopardi-Alexander, 1997 (1997). Maltese. Routledge. hlm. xiii. ISBN 978-0-415-02243-9.
In fact, Maltese displays some areal traits typical of Maghrebine Arabic, although over the past 800 years of independent evolution it has drifted apart from Tunisian Arabic
- ^ Brincat, 2005. Maltese - an unusual formula. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-08.
Originally Maltese was an Arabic dialect but it was immediately exposed to Latinisation because the Normans conquered the islands in 1090, while Christianisation, which was complete by 1250, cut off the dialect from contact with Classical Arabic. Consequently Maltese developed on its own, slowly but steadily absorbing new words from Sicilian and Italian according to the needs of the developing community.
- ^ Matius 28:19 TB LAI "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus"
- ^ a b Thomas E. Burman, Religious Polemic and the Intellectual History of the Mozarabs, Brill, 1994, p. 103
- ^ James Bellamy, "Two Pre-Islamic Arabic Inscriptions Revised: Jabal Ramm and Umm al-Jimal", Journal of the American Oriental Society, 108/3 (1988)
- ^ Enno Littmann, Arabic Inscriptions (Leiden, 1949)
- ^ Ignatius Ya`qub III, The Arab Himyarite Martyrs in the Syriac Documents (1966), Pages: 9-65-66-89
- ^ Alfred Guillaume& Muhammad Ibn Ishaq, (2002 [1955]). The Life of Muhammad: A Translation of Isḥāq's Sīrat Rasūl Allāh with Introduction and Notes. Karachi and New York: Oxford University Press, page 18.
- ^ Adolf Grohmann, Arabische Paläographie II: Das Schriftwesen und die Lapidarschrift (1971), Wien: Hermann Böhlaus Nochfolger, Page: 6-8
- ^ Beatrice Gruendler, The Development of the Arabic Scripts: From the Nabatean Era to the First Islamic Century according to Dated Texts (1993), Atlanta: Scholars Press, Page:
- ^ Frederick Winnett V, Allah before Islam-The Moslem World (1938), Pages: 239–248
- ^ Sidney H Griffith, "The Gospel In Arabic: An Enquiry Into Its Appearance In The First Abbasid Century", Oriens Christianus, Volume 69, Hal. 166. "All one can say about the possibility of a pre-Islamic, Christian version of the Gospel in Arabic is that no sure sign of its actual existence has yet emerged.
- ^ Grafton, David D (2014). The identity and witness of Arab pre-Islamic Arab Christianity: The Arabic language and the Bible.
Christianity [...] did not penetrate into the lives of the Arabs primarily because the monks did not translate the Bible into the vernacular and inculcate Arab culture with biblical values and tradition. Trimingham's argument serves as an example of the Western Protestant assumptions outlined in the introduction of this article. It is clear that the earliest Arabic biblical texts can only be dated to the 9th
- ^ Sidney H. Griffith, The Bible in Arabic: The Scriptures of the 'People of the Book' in the Language of Islam. Jews, Christians and Muslims from the Ancient to the Modern World, Princeton University Press, 2013, Hal 242- 247
- ^ The Arabic Bible before Islam–Clare Wilde on Sidney H. Griffith's The Bible in Arabic. June 2014.
- ^ Hjälm, ML (2017). Senses of Scripture, Treasures of Tradition: The Bible in Arabic Among Jews, Christians and Muslims. Brill. ISBN 9789004347168.
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, page 418.
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, Page: 452
- ^ A. Amin and A. Harun, Sharh Diwan Al-Hamasa (Cairo, 1951), Vol. 1, Pages: 478-480
- ^ Al-Marzubani, Mu'jam Ash-Shu'araa, Page: 302
- ^ Hjälm, ML (2017). Senses of Scripture, Treasures of Tradition, The Bible in Arabic among Jews, Christians and Muslims (Biblia Arabica) (English and Arabic Edition). Brill. ISBN 900434716X.
By contrast, manuscripts containing translations of the gospels are encountered no earlier then the year 873 (Ms. Sinai. N.F. parch. 14 & 16)
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, Hal 418.
- ^ Irfan Shahîd, Byzantium and the Arabs in the Fourth Century, Dumbarton Oaks Trustees for Harvard University-Washington DC, Hal. 452
- ^ A. Amin and A. Harun, Sharh Diwan Al-Hamasa (Cairo, 1951), Vol. 1, Hal: 478-480
- ^ Al-Marzubani, Mu'jam Ash-Shu'araa, Hal. 302
- ^ John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.22
- ^ John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.88
- ^ "Allah." Encyclopædia Britannica. 2007. Encyclopædia Britannica
- ^ a b Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa, Allah
- ^ a b Bentley, David (1999). The 99 Beautiful Names for God for All the People of the Book. William Carey Library. ISBN 0-87808-299-9.
- ^ Annemarie Schimmel,The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationships in Islamic, SUNY Press, Hal.206
- ^ Britannica Encyclopedia, Islam, Hal. 3
- ^ a b John L. Esposito, Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1998, Hal.22.
- ^ "...dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." (Surah Al-'Ankabut 29:46)
- ^ F.E. Peters, Islam, p.4, Princeton University Press, 2003.
- ^ The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society Sneddon, James M.; University of New South Wales Press; 2004
- ^ The History of Christianity in India from the Commencement of the Christian Era: Hough, James; Adamant Media Corporation; 2001
- ^ Wiltens, Caspar; Heurnius, Justus (1650). Justus Heurnius, Albert Ruyl, Caspar Wiltens. "Vocabularium ofte Woordenboeck nae ordre van den alphabeth, in 't Duytsch en Maleys". 1650:65. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Oktober 2013. Diakses tanggal 14 Januari 2014.
- ^ "Sejarah Lembaga Alkitab Indonesia". Lembaga Alkitab Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Allah". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Allah n nama Tuhan dalam bahasa Arab. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Herlianto. Gerakan Nama Suci Nama Allah yang Dipermasalahkan. BPK Gunung Mulia. hlm. 17.
- ^ Makugoru, Paul (16 Mei 2007). "Pekabaran Injil di Tengah Tuduhan Kristenisasi". Tabloti Reformata. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Aritonang, Jan S. (2004). Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. BPK gunung Mulia. hlm. 485.
- ^ Herlianto. Gerakan Nama Suci: nama Allah yang dipermasalahkan. BPK Gunung Mulia. hlm. 19.
- ^ "Tabloid Reformata Edisi 81 April Minggu II 2008". 16 April 2008. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Indonesian Literal Translation". Sejarah Alkitab Indonesia. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Roughneen, Simon (14 Oktober 2013). "No more 'Allah' for Christians, Malaysian court says". The Christian Science Monitor. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
- ^ "BBC News - More than 300 Bibles are confiscated in Malaysia". BBC. 2 Januari 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2014. Diakses tanggal 14 Januari 2014.
- ^ a b "Catholic priest should respect court: Mahathir". Daily Express. 9 Januari 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Januari 2014. Diakses tanggal 10 Januari 2014.
- ^ Jane Moh; Peter Sibon (29 Maret 2014). "Worship without hindrance". The Borneo Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Maret 2014. Diakses tanggal 29 Maret 2014.
- ^ "Bahasa Malaysia Bibles: The Cabinet's 10-point solution". 25 Januari 2014.
- ^ "Najib: 10-point resolution on Allah issue subject to Federal, state laws". The Star. 24 Januari 2014. Diakses tanggal 25 Juni 2014.
- ^ Idris Jala (24 Februari 2014). "The 'Allah'/Bible issue, 10-point solution is key to managing the polarity". The Star. Diakses tanggal 25 Juni 2014.
Bacaan lanjutan
- Pickover, Cliff, The Paradox of God and the Science of Omniscience, Palgrave/St Martin's Press, 2001. ISBN 1-4039-6457-2
- Collins, Francis, The Language of God: A Scientist Presents Evidence for Belief, Free Press, 2006. ISBN 0-7432-8639-1
- Miles, Jack, God: A Biography, Vintage, 1996. ISBN 0-679-74368-5
- Armstrong, Karen, A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam, Ballantine Books, 1994. ISBN 0-434-02456-2
- Paul Tillich, Systematic Theology, Vol. 1 (Chicago: University of Chicago Press, 1951). ISBN 0-226-80337-6
- Hastings, James Rodney (2nd edition 1925–1940, reprint 1955, 2003) [1908–26]. Encyclopedia of Religion and Ethics. John A Selbie (edisi ke-Volume 4 of 24 (Behistun (continued) to Bunyan.)). Edinburgh: Kessinger Publishing, LLC. hlm. 476. ISBN 0-7661-3673-6.