Kabupaten Kampar

kabupaten di Indonesia, di pulau Sumatera
Revisi sejak 1 September 2023 16.41 oleh Urangminangkomah (bicara | kontrib) (Geografis)


Kampar adalah sebuah wilayah kabupaten yang berada di provinsi Riau, Indonesia. Di samping julukan sebagai Bumi Sarimadu, Kampar juga dikenal dengan julukan Serambi Mekkah di provinsi Riau. Kabupaten ini memiliki luas 11.289,28 km² atau 12,26% dari luas provinsi Riau dan jumlah penduduk berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2022 berjumlah 847.236 jiwa.[2][1] Ibu kota Kampar berada di Bangkinang.

Kabupaten Kampar
Transkripsi bahasa daerah
 • Abjad Jawiكمڤر
Candi Muara Takus
Lambang resmi Kabupaten Kampar
Peta
Peta
Kabupaten Kampar di Sumatra
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar
Peta
Kabupaten Kampar di Indonesia
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar (Indonesia)
Koordinat: 0°18′49″N 101°01′07″E / 0.3136°N 101.0185°E / 0.3136; 101.0185
Negara Indonesia
ProvinsiRiau
Ibu kotaBangkinang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 21
  • Kelurahan: 8
  • Desa: 250
Pemerintahan
 • BupatiDr. H. Kamsol, M.M. (Pj.)
Luas
 • Total11.289,28 km2 (4,358,82 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2023)[1][2]
 • Total854.738
 • Kepadatan76/km2 (200/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 89,12%
Kristen 10,83%
Protestan 9,81
Katolik 1,02%
Buddha 0,04%
Hindu 0,01%[1]
 • IPMKenaikan 73,84 (2022)
tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1406 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 762 (Bangkinang)
+62 761 (Lipatkain)
Pelat kendaraanBM xxxx
Kode Kemendagri14.01 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 880.181.253.000,- (2020)
Situs webkamparkab.go.id

Sejarah

Pada awalnya Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan sebuah kawasan yang dilalui oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan Sungai Kampar. Berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, beberapa sejarahwan menafsirkan Minanga Tanvar dapat bermaksud dengan pertemuan dua sungai yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di tepian Sungai Kampar Kanan, yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya.[4]

Berdasarkan Sulalatus Salatin, disebutkan adanya keterkaitan Kesultanan Melayu Melaka dengan Kampar. Kemudian juga disebutkan Sultan Melaka terakhir, Sultan Mahmud Shah setelah jatuhnya Bintan tahun 1526 ke tangan Portugis, melarikan diri ke Kampar, dua tahun berikutnya mangkat dan dimakamkan di Kampar.[5] Dalam catatan Portugal, disebutkan bahwa di Kampar waktu itu telah dipimpim oleh seorang raja, yang juga memiliki hubungan dengan penguasa Minangkabau.[6] Tomas Dias dalam ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau tahun 1684, menyebutkan bahwa ia menelusuri Sungai Siak kemudian sampai pada suatu kawasan, pindah dan melanjutkan perjalanan darat menuju Sungai Kampar. Dalam perjalanan tersebut ia berjumpa dengan penguasa setempat dan meminta izin menuju Pagaruyung.[7]

Perkembangan

Pada tanggal 9 Oktober 2015 Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi kebakaran hutan dan lahan, di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.[8]

Geografi

Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 211.289,28 km² merupakan daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang Selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur Timur.[9] Batas-batas daerah Kabupaten Kampar adalah sebagai berikut:

Batas Wilayah

Utara Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Siak
Timur Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
Selatan Kabupaten Kuantan Singingi
Barat Kabupaten Lima Puluh Kota,

Kabupaten Sijunjung (Provinsi Sumatra Barat)

Kabupaten Kampar dilalui oleh dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, di antaranya Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Kuok, Kampar, Siak Hulu, dan Kampar Kiri. Kemudian Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya ± 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 m yang melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian masih berfungsi baik sebagai sarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).

Kabupaten Kampar pada umumnya beriklim tropis, suhu minimum terjadi pada bulan November dan Desember yaitu sebesar 21 °C. Suhu maksimum terjadi pada Juli dengan temperatur 35 °C. Jumlah hari hujan pada tahun 2009, yang terbanyak adalah di sekitar Bangkinang Seberang dan Kampar Kiri.

Pemerintahan

Kabupaten Kampar pada awalnya berada dalam Provinsi Sumatra Tengah, dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1956 dengan ibu kota Bangkinang.[10] Kemudian masuk wilayah Provinsi Riau, berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 dan dikukuhkan oleh Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958.[11] Kemudian untuk perkembangan Kota Pekanbaru, Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[12]

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor: KPTS. 318VII1987 tanggal 17 Juli 1987, Kabupaten Kampar terdiri dari 19 kecamatan dengan dua Pembantu Bupati. Pembantu Bupati Wilayah I berkedudukan di Pasir Pangarayan dan Pembantu Bupati Wilayah II di Pangkalan Kerinci. Pembantu Bupati Wilayah I mengkoordinir wilayah Kecamatan Rambah, Tandun, Rokan IV Koto, Kunto Darussalam, Kepenuhan, dan Tambusai. Pembantu Bupati Wilayah II mengkoordinir wilayah Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan Kuala Kampar. Sedangkan kecamatan lainnya yang tidak termasuk wilayah pembantu Bupati wilayah I & II berada langsung di bawah koordinator Kabupaten.

Daftar Bupati

Yang menjabat sebagai bupati di Kampar saat ini ialah Muhammad Firdaus, ia merupakan penjabat bupati Kampar sejak 23 Mei 2023, setelah dilantik oleh gubernur Riau Syamsuar di Kota Pekanbaru.[13]


Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Wakil Bupati
Berkas:3159-00-uun-crop.jpg
Muhammad Firdaus, S.E., MM 23 Mei 2023 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Kampar dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[14] 2019–2024[15] 2024–2029
PKB 1   1   4
Gerindra 5   6   8
PDI-P 4   4   4
Golkar 9   6   7
NasDem 3   5   5
PKS 2   5   3
Hanura 5   1   0
PAN 5   5   5
Demokrat 7   6   5
PPP 3   5   4
PKPI 1   1
Jumlah Anggota 45   45   45
Jumlah Partai 11   11   9


Kecamatan

Kabupaten Kampar memiliki 21 kecamatan, 8 kelurahan dan 242 desa. Luas wilayahnya mencapai 10.983,47 km² dan jumlah penduduk 740.839 jiwa (2017) dengan sebaran 67 jiwa/km².[16][17]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Kampar, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
14.01.04 XIII Koto Kampar 1 12 Desa
Kelurahan
14.01.15 Bangkinang 2 7 Desa
Kelurahan
14.01.01 Bangkinang Kota 2 2 Desa
Kelurahan
14.01.20 Gunung Sahilan 9 Desa
14.01.17 Kampa 9 Desa
14.01.02 Kampar 1 17 Desa
Kelurahan
14.01.07 Kampar Kiri 1 19 Desa
Kelurahan
14.01.08 Kampar Kiri Hilir 1 7 Desa
Kelurahan
14.01.09 Kampar Kiri Hulu 24 Desa
14.01.19 Kampar Kiri Tengah 11 Desa
14.01.18 Kampar Utara 8 Desa
14.01.21 Koto Kampar Hulu 6 Desa
14.01.05 Kuok 9 Desa
14.01.16 Perhentian Raja 5 Desa
14.01.14 Rumbio Jaya 7 Desa
14.01.13 Salo 6 Desa
14.01.06 Siak Hulu 12 Desa
14.01.03 Tambang 17 Desa
14.01.10 Tapung 25 Desa
14.01.11 Tapung Hilir 16 Desa
14.01.12 Tapung Hulu 14 Desa
TOTAL 8 242


Demografi

 
Islamic Centre Kampar di Bangkinang Kota

Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kampar tahun 2010 tercatat 688,204 orang,[18] yang terdiri dari penduduk laki-laki 354,836 jiwa dan wanita 333,368 jiwa. Ratio jenis kelamin (perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan) adalah 109. Mayoritas Penduduk Kabupaten Kampar adalah orang Kampar yang merupakan bagian dari Orang Minangkabau. Mereka juga kerap menyebut dirinya sebagai ughang (orang) Ocu yang tersebar di sebagian besar wilayah Kampar dengan persukuan Domo, Malayu, Piliong/Piliang, Mandailiong, Putopang, Caniago, Kampai, Bendang, dan lainnya. Masyarakat Kampar dari segi adat-istiadat, budaya, dan bahasa mereka adalah bagian masyarakat Minangkabau.

Selanjutnya terdapat juga etnis Jawa yang sebagian telah menetap di Kampar sejak masa penjajahan dan masa kemerdekaan melalui program transmigrasi yang tersebar di sentra-sentra permukiman transmigrasi. Didapati pula penduduk beretnis Batak, pendatang beretnis Minangkabau asal Sumatra Barat, dan lainnya.

Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kampar yaitu 333 jiwa/km², diikuti oleh Kecamatan Kampar Utara 226 jiwa/km². Selain itu lima kecamatan yang agak padat penduduknya berada di Kecamatan Rumbio Jaya, Bangkinang, Kuok, Perhentian Raja, dan Kampar Timur, masing –masing 216 jiwa/km², 191 jiwa/km², 158 jiwa/km², 154 dan 131 jiwa/km². Sedangkan dua kecamatan yang relatif jarang penduduknya yaitu Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan 9 jiwa/km² dan Kampar Kiri Hilir dengan 13 jiwa/km².

Agama

Penduduk kabupaten Kampar mayoritas beragama Islam, diikuti oleh Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri dalam catatan kependudukan dan sipil hingga semester 1 tahun 2023 mencatat pemeluk agama Islam berjumlah 761.742 jiwa (89,12%) dari 854.738 jiwa penduduk. Selanjutnya pemeluk agama Kekristenan sebanyak 92.595 jiwa (10,83%), dimana Protestan sebanyak 83.858 jiwa (9,81%) dan Katolik sebanyak 8.737 jiwa (1,02%). Pemeluk agama Kristen banyak terdapat di kecamatan Tapung Hulu, Siak Hulu, Tapung Hilir dan Tapung. Meski pada umumnya semua kecamatan di kabupaten Kampar adalah mayoritas beragama Islam. Sebagian kecil menganut agama Buddha sebanyak 0,04% atau 315 jiwa, dan selebih menganut agama Hindu sebanyak 0,01%.[1][19]

Rumah ibadah yang terdapat di kabupaten Kampar yakni rumah ibadah berupa masjid sebanyak 794 bangunan, musholah 1.169 bangunan. Masjid Jami Air Tiris, termasuk salah satu masjid tertua di Kabupaten Kampar. Gereja protestan berjumlah 234 bangunan, dan paling banyak berada di kecamatan Tapung yakni 74 bangunan gereja. Dan bangunan gereja Katolik berjumlah 21 bangunan.[2]

Ekonomi

Kabupaten Kampar mempunyai banyak potensi yang masih dapat dimanfaatkan, terutama di bidang pertanian dan perikanan darat. Sebagian besar penduduk (67.22%) bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Hanya sebagian kecil (0.22%) yang bekerja di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, disamping pemerintahan. Sebagai salah satu daerah terluas di Provinsi Riau, Kabupaten Kampar secara berkelanjutan melakukan peningkatan fasilitas dan infrastruktur seperti jaringan jalan raya (1.856,56 km), jaringan listrik (72,082 KWH) dengan 5 unit pembangkit tenaga diesel Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Koto Panjang yang memproduksi energi dengan kapasitas tersambung sebesar 114,240 KWH. Fasilitas lain yang juga telah tersedia antara lain layanan telekomunikasi (telepon kabel, telepon seluler, dan jaringan internet) dan jaringan air bersih dengan kapasitas produksi sebesar 1,532,284 m³.

Pertanian

Bidang pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok buat lahan yang ada di Kabupaten kampar.

Perkebunan

Khusus perkebunan perkebunan sawit untuk saat ini Kabupaten Kampar mempunyai luas lahan 241,5 ribu hektare dengan potensi crude palm oil (CPO) sebanyak 966 ribu ton.

Perikanan

Di bidang perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui keramba (kolam ikan berupa rakit) di sepanjang sungai kampar, ini terlihat banyaknya keramba yang berjejer rapi di sepanjang sungai kampardan adanya kerjasama antara Pemda Kampar dengan PT Benecom dengan jumlah investasi Rp. 30 miliar yang mana kedepannya Kampar akan menjadi sentra ikan patin dengan produksi 220 ton per hari.

Pariwisata

 
Candi Muara Takus di desa Muara Takus, XIII Koto Kampar, Kampar.

Kabupaten Kampar memiliki kawasan situs purbakala yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya yaitu Candi Muara Takus, kawasan ini selain menjadi kawasan cagar budaya juga menjadi tujuan wisata religi bagi umat Buddha. Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, XIII Koto Kampar, Kampar. Selain itu masyarakat Kampar yang beragama Islam, masih melestarikan tradisi mandi balimau bakasai yaitu mandi membersihkan diri di Sungai Kampar terutama dalam menyambut bulan Ramadan. Kemudian terdapat juga tradisi Ma'awuo ikan yaitu tradisi menangkap ikan secara bersama-sama (ikan larangan) setahun sekali, terutama pada kawasan Danau Bokuok (Kecamatan Tambang) dan Sungai Subayang di Desa Domo (Kecamatan Kampar Kiri Hulu).

Budaya masyarakat Kampar tidak lepas dari pengaruh Minangkabau,[20] yang identik dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari Pagaruyung. Limo Koto terdiri dari Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio. Terdapat banyak persukuan yang masih dilestarikan hingga kini,[21] termasuk model kekerabatan dari jalur ibu (matrilineal).[22] Konsep adat dan tradisi persukuannya sama dengan konsep Minang khususnya di Luhak Limopuluah. Bahasa sehari-hari masyarakat Kampar mirip dengan Bahasa Minangkabau,[23] atau disebut dengan Bahasa Ocu salah satu varian yang mirip dengan bahasa digunakan di Luhak Limopuluah. Bahasa ini berlainan aksen dengan varian Bahasa Minangkabau yang dipakai oleh masyarakat Luhak Agam, Luhak Tanah Datar maupun kawasan pesisir Minangkabau lainnya. Di samping itu, Kampar Limo Koto juga memiliki semacam alat musik tradisional yang disebut dengan Calempong dan Oguong.

Referensi

  1. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2022" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 Juli 2023. 
  2. ^ a b c "Kabupaten Kampar Dalam Angka 2020" (pdf). www.kamparkab.bps.go.id. Diakses tanggal 16 Februari 2021. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diakses tanggal 24 Juli 2023. 
  4. ^ Soekmono, R., (1973 5th reprint edition in 1988), Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed., Yogyakarta: Penerbit Kanisius, ISBN 979-4132290X.
  5. ^ Winstedt, R., (1962), A History of Malaya, Marican.
  6. ^ Cortesão, A., (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  7. ^ Haan, F. de, (1896), Naar midden Sumatra in 1684, Batavia-'s Hage, Albrecht & Co.-M. Nijhoff. 40p. 8vo wrs. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 39.
  8. ^ Datangi Lokasi Kebakaran di Riau, Jokowi Akui Luas Lahan Terbakar Sangat Luas Diarsipkan 2018-09-25 di Wayback Machine. - PresidenRI.go.id - 9 Oktober 2015 .
  9. ^ regionalinvestment.bkpm.go.id Profil Kabupaten Kampar Diarsipkan 2014-02-02 di Wayback Machine. (diakses pada 11 April 2012)
  10. ^ http://www.hukumonline.com Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 (diakses pada 11 April 2012).
  11. ^ http://www.dpr.go.id Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 Diarsipkan 2014-01-24 di Wayback Machine.
  12. ^ http://www.hukumonline.com Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987
  13. ^ mediacenter.riau.go.id (2014-11-01). "mediacenter.riau.go.id | Sah! Firdaus Jabat Pj Bupati Kampar, Muflihun Penjabat Wali Kota Pekanbaru". mediacenter.riau.go.id. Diakses tanggal 2023-05-24. 
  14. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Kampar Periode 2014-2019
  15. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Kampar 2019-2024
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  17. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  18. ^ http://www.bps.go.id Jumlah Penduduk
  19. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Kampar". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 19 Februari 2020. 
  20. ^ Purna, I. M., Sumarsono, Astuti, R., Sunjata, I. W. P., (1997), Sistem pemerintahan tradisional di Riau, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
  21. ^ Luthfi, A., (1992), Pola hukum kewarisan adat dan hak ulayat daerah Kampar, Yayasan Lembaga Studi dan Pengembangan Masyarakat dengan bantuan biaya dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kampar.
  22. ^ Coral Reefs Information and Training Center, (2002), Pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir dan kepulauan: perspektif budaya lokal pesisir dan kepulauan, Coral Reefs Information and Training Center.
  23. ^ Said, C., (1986), Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Daftar Pustaka

  • Sejarah daerah Riau, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977.

Pranala luar