Walter Kaudern

Revisi sejak 14 September 2023 03.40 oleh Toposopamona (bicara | kontrib) (Publikasi: Penambahan konten ==Toraja)

Walter Alexander Kaudern (24 Maret 1881 – 16 Juli 1942[1]), adalah seorang etnografer Swedia.

Kaudern mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1910 dan menjadi kurator dari Museum Gothenburg koleksi etnografi. Pada tahun 1906 hingga 1907 dan tahun 1911 hingga 1912, dia melakukan perjalanan penelitian ke Madagaskar dan kemudian melanjutkannya pada tahun 1916 hingga 1921 ke Hindia Belanda, terutama pulau Sulawesi, tempat ia membawa pulang koleksi zoologi, botani, antropologi dan etnografi yang kaya.

Kehidupan awal

Kaudern dilahirkan di dekat Stockholm dari pengacara dan guru bernama Johan Magnus Larsson dan istrinya Johanna Margaretha Mogenhetsex. Selama tahun-tahun sekolahnya, Kaudern menghabiskan waktu luangnya untuk mendalami bidang biologi dan geologi. Di Universitas Stockholm, ia menjadi murid dari ahli zoologi Wilhelm Leche, juga kepada ahli geologi Gerard De Geer.[2]

Ke Madagaskar

Kaudern kemudian berkunjung ke Madagaskar, di mana dia menerima materi untuk disertasi doktornya tentang organ reproduksi insektisida dan halibut selama 10 bulan. Selain itu, ia mulai mengumpulkan tanaman dan beberapa benda yang berhubungan dengan etnografi, sebuah bidang ilmu yang pada saat itu mulai membangkitkan minatnya. Pada tahun 1910, ia menyabet gelar Doktor Filsafat (PhD) dari Universitas Stockholm.[3] Ia menikah pada tanggal 31 Januari di Hammarby dengan Teres Andersson, putri dari pasangan Nils A dan Helena Böös dan dikaruniai dua orang anak. Dengan dukungan finansial dari putra mahkota, ia sekali lagi melakukan perjalanan ke Madagaskar, dan sekarang bekerja sama dengan istrinya. Dalam buku På Madagaskar, yang umumnya membahas perjalanan keduanya ini, Kaudern menjelaskan masalah yang menimpa ekspedisi yang dijalaninya. Sebagian besar materi botani, zoologi dan etnografi yang dikumpulkan diajukan ke departemen vertebrata dari Museum Sejarah Alam Swedia, departemen tempat Kaudern bekerja. Pada tahun-tahun sekarang dia tinggal di Swedia, dia belajar lebih dekat dengan beberapa materi zoologi dan juga dilatih sebagai konservator yang ahli.[2]

Penelitian di Sulawesi

Kurang dari empat tahun setelah kembali dari Madagaskar, dia bersama istrinya, dan kedua anak mereka bersiap kembali untuk memulai perjalanan panjang pada bulan Desember 1916. Tujuan mereka adalah Celebes/Sulawesi, dan ekspedisi tersebut berlangsung selama empat tahun Ekspedisi ini didanai oleh Axel Ax:son Johnson.[2] Tujuan mereka adalah untuk membuat studi zoologi-geografi dan etnografi di bagian pedalaman dan wilayah lain yang belum diketahui di Sulawesi.[4] Kaudern tinggal di Gurupahi, Sulawesi Utara pada bulan Juni dan Juli 1917, kemudian dia pindah dan melakukan beberapa perjalanan dengan kapal motor di sepanjang pantai utara. Pada musim semi tahun 1918, ia pindah dan mendirikan kantor pusatnya di Lembah Palu, dan pada musim panas ia mengunjungi Desa Winatu dan Lindu. Pada bulan Oktober, dia melakukan kunjungan ke distrik Tobaku, Banggakoro, dan Tole'e. Ia merayakan Hari Natal di Kulawi, dan dilanjutkan dengan kunjungan ke distrik Bada dan Behoa. Pada bulan Februari 1919, pusat ekspedisi ini pindah ke Kalawara. Kaudern dan keluarganya terus bergerak ke arah timur laut Sulawesi dan mengunjungi distrik Pada dan Mori pada bulan Juni, kemudian pergi ke Kolonedale di pantai timur. Pada tanggal 22 September 1919, mereka berlayar dari Sukon kembali ke Luwuk, tempat mereka mendirikan basis mereka untuk ditinggali selama sisa tahun tersebut. Kunjungan di bagian selatan Pulau Peleng dilakukan sebelum semua material dan koleksi etnografi dikumpulkan sebagai persiapan untuk kembali ke Swedia.[5]

Di wilayah Kerajaan Tojo, di Lamusa, Walter Kaudern yang seorang peneliti dari negara swedia datang ke wilayah yang dulunya di tempati oleh to lamusa tahun 1916, Walter Kaudern menemukan sebuah "kebohongan besar" tentang Lamusa[6], yang Lamusa tersebut ada sebuah tempat yang bernama Tando Ngkasa yang merupakan sebuah tempat di Lamusa, Kabupaten Poso sekarang , kemudian Walter Kaudern hanya menemukan tanah kosong tanpa penghuni, dan adapun kalau ditempati tanah tersebut sudah ditinggalkan dalam waktu yang lama sekali, karena tanahnya sangat sulit untuk dibuatkan semacam rumah tempat tinggal, jadi kemudian dia menyimpulkan ternyata to lamusa sudah lama meninggalkan wilayahnya dan di bekas tanah yang ditempati oleh to lamusa pada jaman dahulu kini didirikan desa-desa oleh orang-orang to pu’umboto (puumboto).

Dan setelah zaman penjajahan, di Tando Ngkasa yang sebagai tempat berdirinya Benteng Lamusa, dari penelitian oleh Albertus Christiaan Kruyt dari Belanda tahun 1912, dan Walter Kaudern dari Swedia tahun 1925 telah membuktikan sebuah "kebohongan besar[7]" tersebut.

Setibanya di Negara Swedia Saat direktur museum, Erland Nordenskiöld, meninggal pada tahun 1932, Kaudern diangkat menjadi direktur yang baru. Pada tanggal 1 April 1934, pengangkatan ini diresmikan, dan dia memegang posisi ini hingga kematiannya pada tahun 1942.[8]

Publikasi

Selain disertasi ilmiah, Kaudern juga menerbitkan catatan perjalanannya, seperti På Madagaskar (1913), dan I Celebes obygder (2 volume, 1921), Migration of Toradja in Central Celebes [9] (Published 1925), dan Ethnographical studies in Celebes (4 volume, 1925-1929), dan juga tulisan mengenai Toraja Koro (De west-toradjas op midden-celebes, Deel 1, 1938).[10]

Toraja Koro

Labelisasi Toraja oleh Kruyt bukannya tidak ditentang oleh para akademisi lainnya. Walter Kaudern, seorang etnolog Swedia, mengkritik penerapan istilah Toraja menjadi tiga wilayah oleh Kruyt.[11] Adalah Walter Kaudern seorang etnolog Swedia yang mengkritik penerapan label Toraja menjadi tiga wilayah oleh Kruyt.[11]

Karena sudah dibagi oleh Kruyt, Kaudern kemudian membagi lagi tiga kategori Toraja versi Kruyt menjadi empat kategori. Kaudern tetap mempertahankan kelompok Toraja Poso-Tojo (Timur) dan Toraja Sadang (Selatan) dan kemudian membagi Toraja Parigi-Kaili (Barat) menjadi kategori Toraja Palu dan Toraja Koro.[12] Sementara di selatan orang Bugis To Luwu  menolak penerapan istilah Toraja bagi penduduk Sulawesi yang beragama Kristen.[13]

Referensi

  1. ^ "Kaudern, Walter Alexander". Runeberg. Diakses tanggal 13 Januari 2017. 
  2. ^ a b c Svenskt Biografiskt Lexikon 2018, hlm. 1.
  3. ^ Wassén 1942, hlm. 173; Lindberg 2006, hlm. 264; Macdonald & Johansson, hlm. 15.
  4. ^ Lindberg 2006, hlm. 267.
  5. ^ Lindberg 2006, hlm. 268.
  6. ^ To Lamusa, hanyalah tanah kosong yang tidak berpenghuni, halaman 122, [1]
  7. ^ To Lamusa, sebuah kebohongan besar yang terbukti, lihat halaman 33
  8. ^ Lindberg 2006, hlm. 264.
  9. ^ Migration of Toradja in Central Celebes (1925), download di => [2]
  10. ^ DE WEST-TORADJAS OP MIDDEN-CELEBES, Deel 1.[3].
  11. ^ a b Kaudern 1925b, hlm. 2-3; Aragon 2000, hlm. 53.
  12. ^ Kaudern 1925b, hlm. 2-3; Aragon 2000, hlm. 6.
  13. ^ Aragon 2000, hlm. 4.

Daftar pustaka

Publikasi
Situs web