Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1968. Koes Plus merupakan grup musik keluarga yang merupakan kelanjutan dari grup musik Koes Bersaudara yang memiliki formasi terkenal Tonny Koeswoyo selaku kibordis, gitaris utama dan bassis, Yon Koeswoyo selaku gitaris ritme dan vokalis utama, Yok Koeswoyo selaku bassis dan gitaris utama, dan Murry selaku drummer, gitaris, perkusionis, dan alat musik pukul tradisional Jawa lainnya.

Koes Plus
Koes Plus dalam majalah Varianada edisi 77 tahun 1972
Koes Plus dalam majalah Varianada edisi 77 tahun 1972
Informasi latar belakang
Nama lain
  • Koes Brothers (1958–1962)
  • Koes Bersaudara (1962–1969, 1976–1978, 1979, 1980, 1984, 1985–1987, 1991, 1992, 1994, 2000)
  • Koes Plus (1969–1976, 1978–1979, 1979–1980, 1980–1985, 1987–2018)
AsalTuban, Jawa Timur, Indonesia
Genre
Tahun aktif19692018
Label
Situs webkoes-plus.com
Mantan anggota

Pertama kali mengeluarkan albumnya pada tahun 1969, Koes Plus awalnya memainkan lagu-lagu populer barat yang saat itu didominasi The Beatles, Led Zeppelin, Deep Purple, Grand Funk Railroad dan Black Sabbath. Grup musik yang puncak popularitasnya terjadi pada dasawarsa 1970-an ini dianggap sebagai kiblat musik Indonesia dan salah satu pelopor musik pop serta rock and roll di Indonesia. Meskipun demikian, pada akhirnya dalam perjalanan sejarahnya terjadi pergantian anggota band semenjak meninggalnya pimpinan band ini yakni Tonny. Semua anggota mengisi vokal & mencipta lagu. Seperti diketahui, Koes Plus masuk ke dalam daftar The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa verisi majalah Rolling Stone Indonesia.[1]

Pendirian Koes Plus merupakan konsekuensi dari keluarnya dua orang Nomo Koeswoyo dan Yok Koeswoyo dari Koes Bersaudara karena memilih untuk berkarier di luar musik. Tonny, sebagai anggota paling senior merekrut Murry (Kasmuri) dan Totok Adji Rachman (Totok A.R.) yang direkomdasikan oleh Tommy Darmo (mantan gitaris Koes Brothers) dan Dimas Wahab (bassist Phillon, Medenaz dan The Pro's sekaligus ayah tiga personel Bragi yakni Reza Ario Bima, Reinaldi Hutomo dan Rendi Khrisna serta kawan lamanya Totok AR), yang bukan anggota keluarga Koeswoyo, sebagai pengganti Nomo Koeswoyo & Yok Koeswoyo untuk memainkan drum dan bass gitar serta pengisi vokal. Karena kemudian Yok kembali bergabung, Totok A.R. memutuskan untuk keluar karena ia telah menyelesaikan kuliahnya. Padahal saat itu, Tonny memilih mempertahankan Totok dan akan menjadikan Koes Plus beranggotakan 5 personil. Setelah meninggalnya Tonny pada tahun 1987, formasi pada tiap album atau "show" (ketika manggung) selalu berubah-ubah terutama untuk personil yang memainkan alat musik yang dimainkan oleh almarhum Tonny Koeswoyo. Selanjutnya, Murry pernah tidak aktif selama tahun 1992 karena sakit dan Yok memutuskan keluar pada tahun 1997. Tetapi dengan Yon Koeswoyo yang tetap bertahan di dalamnya, grup terus aktif sampai meninggalnya Yon pada tahun 2018.

Sejarah

Koes Plus 1969

Koes Plus secara resmi terbentuk pada tahun 1968 dan mengeluarkan album pertama pada tahun 1969, kelompok musik ini merupakan kelanjutan dari kelompok “Koes Bersaudara”. Berawal dari Koes Bersaudara yang harus merelakan keluarnya Koesnomo (Nomo) dan Koesroyo (Yok), Tonny sebagai anggota paling senior harus mengambil personel dari luar keluarga Koeswoyo untuk mengisi posisi penabuh drum dan gitar bas. Tonny mengajak dua musisi yang sudah dikenalnya, Kasmuri (Murry) dan Totok A.R., pemain bass group Philon. Band ini lalu memakai nama Koes Plus, artinya keluarga "Koes" bersaudara di tambah "plus" dua orang "dari luar".

Dari Koes Bersaudara menjadi Koes Plus

Terbentuknya Koes Plus berawal dari bubarnya Koes Bersaudara yang harus merelakan keluarnya Koesnomo (Nomo) dan Koesroyo (Yok), pada 3 Desember 1968, bertepatan dengan peristiwa Tritura, dimana ada peristiwa inflasi tinggi, sanering yang uang seribu Rupiah, dihargai satu rupiah, Sehingga Nomo minta keringanan untuk menekuni bisnis dibanding hanya mengandalkan pendapatan musik yang lagi lesu. Singkat cerita Nomo keluar di ikuti solidernya Yok.

Tonny kelimpungan padahal Tonny sudah menyiapkan beberapa lagu untuk album baru Koes Bersaudara.

Setelah absen karena situasi politik perpindahan Orla ke orga yang tak menentu, di pertengahan 4 Desember 1968, Tonny mencoba mencari pengganti drummer dan bassist antara lain Menghubungi Eddy Tulis (Eka Sapta band), Fuad Hasan (Zainal Combo band kemudian jadi drummer Godbles), Alm. Sangkan "Papang" Panggabean (Phillon Band kemudian jadi bassis D'Lloyd dan wafat pada tahun 1993), Wibisono (Arulan band) dan Dimas Wahab (Medenaz kemudian jadi basis The Pro's serta ayah dari Echa, Aldi dan Rendi dari grup Bragi) tapi menolak menjadi drummer dan bassist tetap, Tonny merasa belum sreg. Pada satu saat Tonny Koeswoyo mengajak Tommy Darmo menjadi drumer dan Dimas Wahab pemain bass untuk menggantikan Yok. Saat persiapan Latihan penggarapan materi lagu, Permainan drum Tommy Darmo tidak pernah padu (maklum Tommy belajar musik saat itu). Latihan beberapa bulan tidak menunjukkan Peningkatan, hingga pada 5 Desember 1968 Tonny memutuskan untuk mencari pemain drum baru, Dimas Wahab dan Yon mencoba menyodorkan Murry yang sebenarnya adalah drumer band PATAS Surabaya. Awalnya Murry di dapuk menjadi drummer additional player rekaman penyanyi Solo, Ernie Johan tapi rupanya Tonny tertarik dan merasa cocok dengan permainan drum Murry, saat itu Murry di ajak Tonny Untuk membentuk sebuah band bernama "The Lemon Tea" bersama Yon, dan Dimas Wahab. Pada 6 Desember 1968, Tonny memutuskan untuk mencari pemain bass baru, Murry dan Yon mencoba menyodorkan Totok AR yang sebenarnya adalah basis band Phillon serta adik dari personel Dara Puspita.

Nama Koes Plus Terinspirasi dari Obat Sakit Kepala Apc Plus pada di tahun 1969, pada tahun itu grup ini masih belum punya nama yang pas. Para personilnya, termasuk Tonny Koeswoyo masih bingung mencari nama yang bagus untuk grup yang baru ini. Suatu hari setelah latihan musik, Murry boncengan motor dengan Tonny, mencari makan malam di daerah Pasar Mayestik. Sambil makan, mereka diskusi soal nama grup ini. Mula-mula, Tonny mengusulkan nama "Iron Peace And Free" pada 7 Desember 1968. Tapi  Murry kurang setuju, alasannya sukar diingat. Sampai makanan habis, diskusi belum selesai. Mereka lalu pulang berboncengan ke Jl.Haji Nawi (tempat tinggal mereka). Pada saat perjalanan pulang, awal awal bulan di tahun 1969 mereka melihat baliho iklan obat sakit kepala APC PLUS. Ide Tonny muncul (mengambil kata "plus"nya), dan langsung bertanya ke Murry. Dan diapun setuju. Sejak itu, nama yang digunakan adalah Koes Plus. Kata "koes" artinya koes bersaudara dan kata "plus" artinya ditambah " orang luar ". Begitu selesai menggarap album, nama Koes Plus untuk pertama kali di perkenalkan dengan rilisnya album pertama, Dheg Dheg Plas 1 November (1969) di bawah label Melody. Album ini tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolaberapa toko kaset. Lagu “Kelelawar” dicemooh oleh banyak khalayak.on, Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia lalu bekerja di pabrik gula sekaligus membantu grup musiknya Gombloh, Lemon Tree's Anno '69. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.

Kiblat Musik Pop Indonesia

Dengan adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman, maka group-group lain yang “seangkatan” seperti Favourite's, Panbers, Mercy's, D'Lloyd menjadikan Koes Plus sebagai “kiblat”, sehingga group-group ini selalu meniru apa yang dilakukan Koes Plus, pembuatan album di luar pop Indonesia, seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend group-group lain setelah Koes Plus mengawalinya.

“Lagu Nusantara I” (Volume 5), “Oh Kasihku” (Volume 6), “Mari-Mari” (Volume 7), “Diana” dan “Kolam Susu” ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal “Muda-Mudi” (yang diciptakan Koeswoyo, bapak dari Tonny, Yon dan Yok). Disusul lagu “Bujangan” dan “Kapan-Kapan” dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu “Nusantara V” dari album Volume 11 dan “Cinta Buta” dari album Volume 12.

Bersamaan dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga anak-anak muda, yaitu “Tul Jaenak” dan “Ojo Nelongso”. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu seperti “Mengapa”, “Cinta Mulia” dan lagu keroncongnya yang berjudul “Penyanyi Tua”. Sayang sekali di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun, sehingga susah melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara teratur mulai volume VIII setelah ditandatangani kontrak dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah “Dimita”.

Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang Indonesia yang waktu itu masih berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus. Kapan Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat umum.

Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu “Derita” dan “Manis dan Sayang”.

Rekor Album

Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album lagu-lagu baru dan album-album "the best" termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat dari instrument asli Koes Plus atau rekaman "master" yang kemudian diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy's. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.

Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui "Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).

Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang. "Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta saat pentas di Semarang," kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)

Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001).

Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry's Group juga cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu” juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang memuat lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.

Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya hidupnya “wah” karena dari segi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset/VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan. Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.

Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan (Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin mendengar kabar seperti ini.

Keartisan

Gaya bermusik

Warna musik Koes Plus terpengaruh kelompok-kelompok musik barat yang populer pada tahun 1960-an & 1970-an, tetapi originalitas karyanya tetap terlihat. Koes Plus berani bereksperimen dengan genre musik yang luas, yang tampak pada berbagai album yang dirilisnya. Ini merefleksikan persaingan berbagai aliran musik Indonesia di masa 1970-an. Selain bermain pada aliran pop (dengan sentuhan rock & roll) sebagai ekspresi utama, mereka juga mengeluarkan album bergenre dangdut/melayu, pop keroncong, pop berbahasa Jawa (dengan sentuhan lelagon & langgam Jawa maupun musik melayu) mau pun asing (bahasa Inggris & Prancis), bahasa daerah (bahasa jawa & batak), pop anak-anak, pop qasidah & juga folk. Adapun sentuhan jazz dan blues pada lagu mereka.

Pengaruh dan warisan

Lagu-lagu karya mereka juga dibawakan oleh pemusik dan musisi lain, baik dalam kolaborasi maupun mandiri dengan garapan aransemen baru. Untuk memberikan beberapa contoh: Ernie Djohan & Arie Koesmiran pernah mengeluarkan album berkolaborasi dengan Koes Plus; kelompok vokal Lex's Trio & komposer Erwin Gutawa membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus. Lagu Cintamu T'lah Berlalu dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis & Sayang yang dibawakan oleh Katara Singers, Andy /rif & Kahitna, dan masih banyak puluhan band atau penyanyi yang membawakan lagu kelompok ini pada album mereka sejak 1969 sampai kini. Selain pemusik tingkat nasional, berbagai grup band juga banyak yang mengkhususkan diri memainkan lagu-lagu karya Koes Plus pada berbagai pertunjukan panggung; mereka menyebut dirinya "pelestari" (tribute band). Selain itu, sejumlah stasiun radio juga memiliki slot acara yang khusus memainkan lagu-lagu karya Koes Plus maupun grup yang terkait seperti Koes Bersaudara, No Koes, dan Murry's Group. Selain itu, Wawan Bakwan (mantan vokalis Teamlo) juga mendirikan grup musik yang memparodikan Koes Plus & Koes Bersaudara dengan nama Plus Plus & sering aktif di berbagai event on-air maupun off-air.

Diskografi

  • Dheg Dheg Plas (1969)
  • Natal bersama Koes Plus (1970)
  • Volume 2 (1970)
  • Volume 3 (1971)
  • Volume 4: Bunga di Tepi Jalan (1972)
  • Volume 5 (1972)
  • Volume 6 (1973)
  • Volume 7 (1973)
  • Volume 8 (1973)
  • Volume 9 (1973)
  • Christmas Songs (1973)
  • Volume 10 (1974)
  • Volume 11 (1974)
  • Volume 12 (1974)
  • Qasidah Volume 1 (1974)
  • Natal bersama Koes Plus (1974)
  • The Best of Koes Volume 1 (1974)
  • The Best of Koes Volume 2 (1974)
  • Pop Anak-anak Volume 1 (1974)
  • Another Song for You (1974)
  • Pop Melayu Volume 1 (1974)
  • Pop Melayu Volume 2 (1974)
  • Pop Jawa Volume 1 (1974)
  • Pop Jawa Volume 2 (1974)
  • Pop Keroncong Volume 1 (1974)
  • Pop Keroncong Volume 2 (1974)
  • Volume 13 (1975)
  • Volume 14 (1975)
  • Selalu di Hatiku (1975)
  • Pop Anak-anak Volume 2 (1975)
  • Pop Melayu Volume 3 (1974)
  • Pop Jawa Volume 3 (1974)
  • In Concert (1976)
  • History of Koes Brothers (1976)
  • In Hard Beat Volume 1 (1976)
  • In Hard Beat Volume 2 (1976)
  • In Folk Song Volume 1 (1976)
  • Pop Melayu Volume 4 (1976)
  • Pop Keroncong Volume 3 (1976)
  • Pop Jawa Irama Melayu (1976)
  • Pop Jawa Volume 4 (1977)
  • Bersama Lagi (1978)
  • Melati Biru (1978)
  • Pop Melayu Cubit2an (1978)
  • Melepas Kerinduan (1979)
  • Berjumpa Lagi (1979)
  • Aku dan Kekasihku (1979)
  • Pop Melayu Angin Bertiup (1979)
  • Jeritan Hati (1980)
  • Sederhana Bersamamu (1981)
  • Asmara (1981)
  • Medley 13 Tahun Karya Koes Plus (1981)
  • Pop Melayu Oke Boss (1981)
  • Medley Dangdut 13 Tahun Karya Koes Plus (1981)
  • Koperasi Nusantara (1982)
  • Pop Keroncong (1982)
  • Da Da Da (1983)
  • Re-Arrange I & II (1983)
  • Koes Bersaudara Plus Garuda Pancasila (1983)
  • Angin Senja dan Geladak Hitam (1984)
  • Palapa (1984)
  • Pop Memble 84 (1984)
  • Album Nostalgia: Platinum 1 (1984)
  • Album Nostalgia: Platinum 2 (1984)
  • Ganja Kelabu (1985)
  • Cinta di Balik Kota (1987)
  • Lembah Derita (1987)
  • Milik Illahi (1987)
  • AIDS (1987)
  • Jumpa Pertama (1988)
  • Sakit (1988)
  • Nasib (1989)
  • Reuni (1990)
  • Kidung Jawa Pit Kopat-Kapit (1990)
  • Asam di Gunung, Garam di Laut (1991)
  • Dangdut 91 Amelinda (1991)
  • Reggae (1991)
  • Mata Bertemu Mata (1993)
  • Sedih (1993)
  • Ultimate Collection Vol. 1 (1993)
  • Ultimate Collection Vol. 2 (1993)
  • Ultimate Collection Vol. 3 (1993)
  • "Tak Usah Kau Sesali" (1994)
  • Pantun Berkait (1995)
  • Pop Melayu Putus Cinta (1996)
  • Kasih 96 (1996)
  • House Music 96 (1996)
  • "Rindu Kamu" (bersama Deddy Dores) (1997)
  • Disco House Music (1998)
  • Nusantara 2000 (1998)
  • Akustik (1998)
  • Takdir Kehidupanku (1998)
  • Pop Keroncong Abadi (1999)
  • Burung Dara (bersama Ian Antono) (1999)
  • Back to Basic (1999)
  • Love Song Koes Plus (bersama Billy J. Budiardjo) (1999)
  • Melaut bersama Koes Plus (2006)

Koes Plus Pembaharuan

  • Song of Porong (2009)
  • Curiga (2011)

Filmografi

Film

Tahun Judul Peran Keterangan
1972 Bing Slamet Setan Djalanan
1973 Ambisi

Prestasi dan Pengakuan

  • Diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008

Penghargaan dan Nominasi

Tahun Penghargaan Kategori Hasil
2005 Anugerah Musik Indonesia Legend Award Penerima

Referensi

  1. ^ Majalah RollingStone Indonesia (2008). The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa. PT a&e media. 

Daftar pustaka

Pranala luar

  • (Indonesia) [1]
  • (Indonesia) Buku tentang Koes Plus