Bank Danamon Indonesia

perusahaan asal Jepang

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (sebelumnya bernama Bank Kopra Indonesia) atau lebih dikenal dengan nama Bank Danamon atau Danamon saja, adalah sebuah bank di Indonesia.[1]

PT Bank Danamon Indonesia Tbk
Publik
Kode emitenIDX: BDMN
IndustriJasa keuangan
PendahuluAsia-Afrika Banking Corporation
Bank Delta/Sampoerna Bank
Bank Tiara Asia
Bank Duta
Bank Rama
Bank Tamara
Bank Nusa Nasional
Bank Pos Nusantara
Jayabank International
Bank Risjad Salim Internasional
Bank Nusantara Parahyangan
Didirikan16 Juli 1956 (sebagai Bank Kopra)
13 Agustus 1976 (sebagai Bank Danamon Indonesia)
Kantor
pusat
Menara Bank Danamon, Jakarta, Indonesia
Tokoh
kunci
Daisuke Ejima (Presiden Direktur)
ProdukKeuangan
PemilikMitsubishi UFJ Financial Group (92,47%)
Publik (7,53%)
Anak
usaha
Adira Finance
Situs webwww.danamon.co.id

Sejarah

Logo pertama Bank Danamon, digunakan dari tahun 1976 sampai bulan Agustus 2002
Logo kedua Bank Danamon, digunakan dari bulan Agustus 2002 sampai pertengahan tahun 2007
Logo ketiga Bank Danamon, digunakan dari tahun 2007 sampai sekarang
Logo Bank Danamon sebagai anggota MUFG, digunakan dari pertengahan tahun 2021 sampai sekarang

Sejarah awal

Bank Danamon didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia,[2] yang dua tahun kemudian berganti nama menjadi PT Bank Persatuan Nasional (Union National Bank Ltd.).[3][4] Mulanya bank ini merupakan bank kecil yang dimiliki oleh sejumlah pemegang saham, seperti Rusli Halil dan Daud Badaruddin.[5]

Pada Agustus 1976, 100% saham PT Bank Persatuan Nasional diakuisisi oleh pengusaha asal Lampung, Usman Admadjaja (Njauw Jauw Woe). Usman kemudian mengganti namanya menjadi PT Bank Danamon Indonesia.[6] Nama "Danamon" diambil dari dua kata, yaitu "dana" dan "moneter".[7] Demi memperluas operasionalnya, pada tahun 1981 Bank Danamon melakukan merger dengan PT Asia-Afrika Banking Corporation yang memiliki 6 kantor di Jakarta dan Bandung.[8] Meskipun demikian, kinerjanya cenderung lambat hingga akhir 1980-an, dengan hanya menjadi bank nondevisa beraset kecil,[9] dimana pada 1986 memiliki 11 cabang yang mempekerjakan 500 orang.[10]

Penerbitan Pakto 88 pada Oktober 1988-lah yang membuka jalan bagi Bank Danamon untuk menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia. Di tahun tersebut, bank ini meraih status bank devisa, dan mencatatkan aset Rp 311 miliar, naik dari Rp 109 miliar pada 1986. Dua tahun kemudian, Bank Danamon go public di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, dengan melepas 12 juta sahamnya ke masyarakat.[9][8] Dengan promosi yang masif, bank ini memacu operasionalnya di sektor ritel dengan produk-produk simpanan atau kredit bermerek "Prima", seperti Primadana, PrimaGold, PrimaCash dan PrimaGriya yang berhasil meraih sambutan hangat dari masyarakat.[11]

Sejak saat itulah, langkah Bank Danamon dan Usman seakan tidak terbendung. Di tahun 1990, didirikan bank campuran bersama Korea Exchange Bank, yang diberi nama PT Korea Exchange Bank Danamon (terakhir bernama PT Bank KEB Indonesia). Beberapa tahun kemudian, pemerintah juga meminta Bank Danamon menyehatkan keuangan sejumlah bank yang sakit, seperti Bank Sampoerna International (1992, kemudian menjadi Bank Delta) dan Continental Bank (1994, kemudian menjadi Bank Dana Asia). Usman, dibantu oleh saudarinya, Nienie Narwastu,[12] kemudian mengepakkan sayap Danamon ke bidang finansial lewat pendirian sejumlah perusahaan di bidang asuransi, sekuritas, pembiayaan utang (financing), dan lainnya. Dalam waktu yang terbilang singkat, Bank Danamon tampil sebagai bank swasta terbesar ketiga di Indonesia, dengan memiliki 251 kantor cabang, 422 kantor pembantu, 700 ATM di 27 provinsi, ditambah kantor cabang di luar negeri.[8][6]

Danamon dalam krisis moneter

Sayang, kesuksesan itu tidak didampingi good governance dari sang pemilik bank. Tertarik dengan menjamurnya bisnis properti pada pertengahan 1990-an, Usman pun banyak menyalurkan kredit banknya ke sektor tersebut, yang diantaranya melalui perusahaan fiktif.[9][13] Alhasil, ketika krisis moneter mulai menerjang Indonesia pada akhir 1997, Bank Danamon menjadi terguncang kredit macet, mengingat sektor properti merupakan yang paling terdampak oleh krisis. Sempat berusaha menjalin kerjasama dengan Salim Group lewat pembelian 19% saham Usman di Bank Danamon,[14] nyatanya nasib Danamon kemudian semakin memburuk. Penarikan dana besar-besaran pun menimpa bank ini, dimulai pada November 1997 (pada bulan likuidasi 16 bank), yang dilanjutkan rush yang lebih masif pada Maret 1998. Akibatnya, Bank Danamon kehilangan sekitar Rp 8,1 triliun simpanan nasabahnya yang membuat situasinya makin kritis.[9]

Akhirnya, pada 4 April 1998, Bank Danamon resmi diambilalih operasionalnya oleh pemerintah dan ditempatkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Bank ini dapat selamat dari upaya likuidasi karena pemerintah saat itu menganggap nasabahnya jumlahnya cukup signifikan, yaitu sebesar 3 juta rekening. Di bawah BPPN, Bank Danamon mulai melakukan sejumlah efisiensi, seperti pengurangan karyawan yang sempat memperbaiki kondisinya. Namun, pada Agustus 1998, rush kembali menimpa bank ini, sehingga BPPN memutuskan menguasai seluruh saham Bank Danamon sepenuhnya, menjadikannya sebagai Bank Take Over atau BTO.[9]

BPPN kemudian melakukan pembenahan total pada Bank Danamon dengan berusaha membersihkan aset-aset dan kreditnya yang bermasalah dari neracanya, yang tuntas dilakukan pada Januari 1999. Tiga bulan kemudian, pemerintah memberikan dana segar kepada Bank Danamon dalam bentuk obligasi rekapitalisasi yang totalnya mencapai Rp 32 miliar. Bank ini kemudian dijadikan sebagai bank jangkar dalam proyek pemerintah melakukan konsolidasi pada industri perbankan nasional. Dimulai pada Agustus-Desember 1999, sebuah bank campuran, Bank PDFCI, dimerger ke Bank Danamon. Merger yang lebih besar lagi dilakukan pada awal 2000, dengan melakukan penggabungan bersama 7 BTO swasta lain: Bank Tiara Asia (eks-milik keluarga Santosa, pemilik Ometraco/Japfa); Bank Nusa Nasional (eks-milik Bakrie Group); Bank Pos Nusantara (eks-milik Rajawali Corpora); Bank Rama; Bank Risjad Salim Internasional (eks-milik Ibrahim Risjad); Bank Duta (eks-milik yayasan Soeharto); dan Bank Tamara (eks-milik Tamara Group). Merger massal ini merupakan yang terbesar dalam sejarah perbankan Indonesia.[9][2] Dalam merger ini pemerintah juga menyuntikkan dana segar (obligasi rekapitalisasi) kembali senilai Rp 28,9 triliun.[15]

Sebenarnya, merger tersebut tidaklah menguntungkan, karena Bank Danamon harus mewarisi perbedaan kultur manajemen, kondisi bank-bank pramerger yang kurang solid, dan masalah hukum yang sempat menimpa beberapa bank tersebut. Untuk mengatasinya dilakukanlah berbagai efisiensi, yang menurunkan kantor cabangnya menjadi 500 buah saja.[9] Selanjutnya, di 3 tahun berikutnya, Bank Danamon mengalami restrukturisasi besar-besaran mulai dari bidang manajemen, sumber daya manusia, organisasi, sistem informasi, anggaran dasar dan logo perusahaan. Usaha keras yang dilakukan ini akhirnya berbuah hasil dalam membentuk fondasi dan infrastruktur bagi Bank Danamon dalam tujuannya untuk meraih pertumbuhan yang maksimal berdasarkan transparansi kerja, tanggung jawab kepada masyarakat, integritas sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia dan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia (atau lebih dikenal dengan istilah TRIP).

Selain penyehatan Bank Danamon, pemerintah juga dihadapkan pada masalah lain, yaitu pembayaran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang sempat diserap bank ini, yang pertanggungjawabannya diberikan kepada Usman Admadjaja dan keluarga. Diperkirakan Bank Danamon per 29 Januari 1999 telah menyedot BLBI sebesar Rp 23,05 triliun, yang diantaranya digunakan untuk kepentingan di luar penyehatan bank. Sempat pada 6 November 1998 BPPN dan Usman menandatangani perjanjian penyelesaian utang dalam bentuk Master Refinancing and Note Issuance Agreement (MRNIA) yang bernilai Rp 12,53 triliun. Meskipun Usman sempat menyerahkan aset-asetnya dalam wadah PT Bentala Kartika Abadi, namun dirinya diketahui baru melunasi Rp 3 triliun saja dari upayanya tersebut. Hingga saat ini tidak jelas bagaimana pengusutan hukum atau hutang BLBI Usman yang belum terbayarkan seluruhnya.[16][17]

Danamon di bawah Temasek Holdings

Sama seperti bank lainnya yang diambilalih BPPN, saham pemerintah di Bank Danamon kemudian dilepas ke investor strategis, yang dimulai prosesnya pada Januari 2003.[18] Pada awalnya ada sekitar 15-20 calon investor asing yang berminat mengambilalih 51% saham pemerintah di bank ini.[19] Namun, pada 21 Maret 2003, BPPN mengumumkan hanya 3 calon konsorsium saja yang lolos: Asia Finance (Indonesia) Pte. Ltd. (milik Temasek Holdings dan Deutsche Bank), konsorsium Bank Mega (bersama Bhakti Capital Indonesia, Credit Suisse) dan konsorsium di bawah Bank Artha Graha.[20][21] Pada Mei 2003, konsorsium Asia Finance berhasil memenangkan tender tersebut dengan harga Rp 3 triliun.[22][23]

Dengan hadirnya manajemen baru, maka dicanangkanlah penata ulangan model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon dalam usahanya untuk terus melakukan perubahan total dalam desain yang sudah dirancang untuk menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional terkemuka di Indonesia dan bank pemain utama di kawasan Asia. Pada tahun 2004, Bank Danamon meluncurkan Danamon Simpan Pinjam[24] untuk menggapai pangsa pasar mikro. Pada tahun yang sama, Bank Danamon mengakuisisi 75% Adira Finance,[24][25] sebuah perusahaan pembiayaan, yang kemudian ditingkatkan kepemilikannya hingga setinggi-tingginya mencapai 95% pada tahun 2009.[24] Sejak 22 April 2004, Bank Danamon sudah menjadi bank sehat kembali, sehingga pengawasannya dikembalikan dari BPPN ke Bank Indonesia.[26]

Pada tanggal 2 April 2012, bank asal Singapura DBS (juga milik Temasek) mengumumkan rencananya mengakuisisi 100% saham Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. yang pada saat itu memiliki 67,37% saham pada Bank Danamon, dengan target untuk menjadikan Bank Danamon sebagai bank terbesar kelima di Indonesia.[27] Transaksi tersebut kemudian batal diselesaikan,[28] dengan alasan di antaranya permintaan regulator Indonesia kepada otoritas Singapura untuk mengizinkan bank asal Indonesia melakukan ekspansi bisnis di Singapura.[29][30] DBS memutuskan untuk mengakhiri perjanjian jual-beli bersyarat yang telah ditandatanganinya pada 1 Agustus 2013, yang merupakan tenggat waktu berakhirnya (lapse) perjanjian tersebut.[31]

Investasi strategis MUFG

Pada 26 Desember 2017, grup keuangan terbesar asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), melalui entitas perbankannya, MUFG Bank, mengumumkan rencananya[32] untuk mengakusisi kepemilikan mayoritas Bank Danamon melalui perjanjian jual-beli bersyarat dengan Asia Financial (Indonesia) dan entitas terafiliasi lainnya.[33][34] Akuisisi tersebut telah diselesaikan hingga mencapai 19,9% pada tanggal 29 Desember 2017,[35] dan hingga 40,0% pada 3 Agustus 2018.[36][37]

Pada tanggal 25 April 2019, Bank Danamon mengumumkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan telah memberi persetujuan dilakukannya merger antara Bank Danamon dengan Bank Nusantara Parahyangan.[38] Pada tanggal 29 April 2019, MUFG Bank mengumumkan telah meningkatkan kepemilikan sahamnya pada Bank Danamon dari 40,0% menjadi 94,0%.[39][40] Merger antara Bank Danamon dan Bank Nusantara Parahyangan kemudian efektif pada tanggal 1 Mei 2019.[41][42]

Akuisisi portofolio Pinjaman Ritel Konvensional Standard Chartered Bank Indonesia

Pada tanggal 17 April 2023, Bank Danamon menandatangani perjanjian akuisisi portofolio Pinjaman Ritel Konvensional Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI). Nasabah yang terdampak adalah nasabah kartu kredit, kredit pemilikan rumah, kredit tanpa agunan, dan kredit kendaraan bermotor. Peralihan portofolio keempat hal tersebut dari SCBI ke Bank Danamon telah selesai pada tanggal 9 Desember 2023, dan semua kartu kredit Standard Chartered berubah menjadi kartu kredit Danamon.[43]

Jaringan usaha

Hingga akhir tahun 2017, Bank Danamon memiliki lebih dari 1.600 cabang, meliputi kantor cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam, unit usaha syariah, dan kantor-kantor cabang anak perusahaan.[44] Selain itu, jaringan Bank Danamon juga meliputi lebih dari 1.300 anjungan tunai mandiri (ATM) dan 70 mesin setoran tunai di seluruh Indonesia.[45]

Seluruh jaringan Bank Danamon di Indonesia beroperasi di bawah sembilan kantor wilayah:[46]

  • Kantor Wilayah Jakarta: Meliputi Lampung, Tangerang, Bogor, Serang, Cilegon, Bekasi, dan Karawang;
  • Kantor Wilayah Bandung: Meliputi Sukabumi, Tasikmalaya, Purwakarta, dan Cirebon;
  • Kantor Wilayah Surabaya: Meliputi Kediri, Malang, dan Jember;
  • Kantor Wilayah Makassar: Meliputi Jayapura, Ambon, Palu, Pare Pare, Kendari, Ternate, Manado, dan Gorontalo;
  • Kantor Wilayah Balikpapan : Meliputi Samarinda, Pontianak, Bontang, Palangkaraya dan Tarakan;
  • Kantor Wilayah Medan: Meliputi Banda Aceh, Lhokseumawe, Siantar, Sibolga, dan Batam;
  • Kantor Wilayah Semarang: Meliputi Solo, Purwokerto, Yogyakarta, Kudus, dan Tegal;
  • Kantor Wilayah Denpasar: Meliputi Mataram dan Kupang; dan
  • Kantor Wilayah Palembang: Meliputi Palembang, Padang, Bengkulu, Jambi, dan Pekanbaru.

Lini Usaha

Bank Danamon bergerak dalam berbagai lini bisnis perbankan.

Enterprise Banking and Financial Institution

Lini bisnis ini melayani nasabah dari segmen korporasi, komersial, dan lembaga keuangan, melalui layanan-layanan seperti kredit, manajemen kas, pembiayaan perdagangan, dan tresuri.[47]

Transaction Banking

Lini bisnis ini melayani segmen perusahaan dan bisnis (termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah) melalui layanan manajemen kas, pembiayaan perdagangan, dan pembiayaan rantai pemasok (supply chain).[48]

Perbankan Konsumer

Lini bisnis ini menyediakan layanan bagi nasabah perorangan (individu).[49]


Slogan dan Motto

  • 1988-1997: Mitra Usaha Terpercaya
  • 1997-1998: Untuk Anda
  • 1999-2002: Tumbuh Bersama Kepercayaan Anda
  • 2002-2008: Percaya Pada Keyakinan Anda
  • 2008-2016: Untuk Anda Bisa
  • 2016-sekarang: Saatnya Pegang Kendali

Sejak tahun 2012, Bank Danamon adalah mitra perbankan resmi klub sepakbola asal Inggris Manchester United di Indonesia.[24]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Profil
  2. ^ a b Sejarah
  3. ^ Trade Directory of Indonesia
  4. ^ PPP, 30 tahun bersama ummat
  5. ^ Keluarga Pendiri Bank Kopra Tuntut Bank Danamon
  6. ^ a b Informasi, Volume 13,Masalah 151-154
  7. ^ Cerita Singkat di Balik Kesuksesan Bank Danamon Selama 65 Tahun Berdiri
  8. ^ a b c HISTORY AND DEVELOPMENT
  9. ^ a b c d e f g Cases in Management Seri 2 (Kasuskasus Manajemen)
  10. ^ Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (4th edition)
  11. ^ Asian Company Handbook
  12. ^ Indonesian Capital Market Directory
  13. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 12,Masalah 12-19
  14. ^ Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia
  15. ^ Asal usul Sejarah Bank Danamon
  16. ^ Apa kabar Usman Admadjaja
  17. ^ Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia
  18. ^ BPPN Mulai Divestasi Bank Danamon
  19. ^ Investor Asing Berminat Ikut Divestasi Bank Danamon
  20. ^ Rekam Jejak Bisnis Chairul Tanjung
  21. ^ Historia Bisnis : Divestasi Bank Danamon 2003, Konsorsium Bank Mega Gandeng Credit Suisse
  22. ^ Manajemen Baru Bank Danamon Diumumkan
  23. ^ Antiklimaks tender Danamon
  24. ^ a b c d "Tonggak Sejarah | Bank Danamon". www.danamon.co.id. Diakses tanggal 2019-01-08. 
  25. ^ "The Company at a GlanceSekilas Perusahaan". Sahabat Setia Selamanya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-08. Diakses tanggal 2019-01-08. 
  26. ^ BPPN Kembalikan Bank Danamon, BII dan Bank Permata ke BI
  27. ^ "DBS to acquire PT Bank Danamon Indonesia Tbk to become fifth largest in Indonesia". www.dbs.com. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  28. ^ "DBS pulls the plug on Bank Danamon deal". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2013-07-31. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  29. ^ "DBS walks away from bid to acquire Indonesia's Bank Danamon". TODAYonline. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  30. ^ "DBS Batal Akuisisi 100% Saham Bank Danamon, Ini Tanggapan Agus Marto". detikcom. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  31. ^ "Subscribe to read". Financial Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-01-09. 
  32. ^ "Japan's MUFG seeks majority of Indonesia's Bank Danamon". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2017-12-26. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  33. ^ www.bk.mufg.jp (PDF) http://www.bk.mufg.jp/global/newsroom/news2017/pdf/newse12263.pdf. Diakses tanggal 2019-01-08.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  34. ^ Praditya, Ilyas Istianur; Wib, 13:22. Nurmayanti, ed. "Akuisisi Bank Danamon, MUFG Ingin Kuasai Pasar ASEAN". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  35. ^ www.bk.mufg.jp (PDF) http://www.bk.mufg.jp/global/newsroom/news2017/pdf/newse1229_Indonesian.pdf. Diakses tanggal 2019-01-08.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  36. ^ www.bk.mufg.jp (PDF) http://www.bk.mufg.jp/global/newsroom/news2018/pdf/newse0803_Indonesian.pdf. Diakses tanggal 2019-01-08.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  37. ^ Melani, Agustina; Wib, 11:31. Wahyuni, Nurseffi Dwi, ed. "MUFG Tingkatkan Investasi di Bank Danamon". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-01-09. 
  38. ^ Septiadi, Anggar (2019-04-26). T.Rahmawati, Wahyu, ed. "Merger Bank Danamon dan BNP disetujui OJK". Kontan.co.id. Diakses tanggal 2019-05-07. 
  39. ^ "MUFG Bank Increases Shareholdings in Bank Danamon and Bank BNP". www.businesswire.com (dalam bahasa Inggris). 2019-04-29. Diakses tanggal 2019-05-07. 
  40. ^ "MUFG Bank takes over lender in Indonesia for 420 billion yen:The Asahi Shimbun". The Asahi Shimbun (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-07. Diakses tanggal 2019-05-07. 
  41. ^ www.bankbnp.com https://www.bankbnp.com/id/b/152/penggabungan-pt-bank-nusantara-parahyangan-tbk-bank-bnp-ke-dalam-pt-bank-danamon-indonesia-tbk-bank-danamon. Diakses tanggal 2019-05-07.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
  42. ^ Wening, Andhika Anggoro. Sitorus, Ropesta, ed. "Bank Danamon & BNP Resmi Merger, Begini Rencana Bisnis BDMN". Bisnis.com. Diakses tanggal 2019-05-07. 
  43. ^ Aprilia, Zefanya (2023-12-05). "Aset Rp1 T Milik Standard Chartered Pindah ke BDMN Pekan Ini". CNBC Indonesia. Trans Media. Diakses tanggal 2023-12-10. 
  44. ^ Laporan Tahunan 2017 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., h. 53.
  45. ^ "Jaringan Kami | Bank Danamon". www.danamon.co.id. Diakses tanggal 2019-01-08. 
  46. ^ Laporan Tahunan 2017 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., h. 60.
  47. ^ Laporan Tahunan 2017 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., h. 96.
  48. ^ Laporan Tahunan 2017 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., h. 100.
  49. ^ Laporan Tahunan 2017 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., h. 104.

Pranala luar