Abdul Hakim Mahfudz
Kiai Haji Abdul Hakim Mahfudz atau yang lebih dikenal sebagai Gus Kikin (lahir 17 Agustus 1958) adalah seorang ulama dan pebisnis Indonesia asal Jombang.[1] Ia merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng ke-8 sepeninggal K.H. Salahuddin Wahid yang wafat pada tahun 2020.[2] Pada 10 Januari 2024 ia ditunjuk sebagai pejabat (pj) Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menggantikan K.H. Marzuqi Mustamar. Sebelumnya pada tahun 2022, ia juga diangkat sebagai salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk masa khidmat 2022 - 2027.[3]
Abdul Hakim Mahfudz | |
---|---|
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Ke-8 | |
Mulai menjabat 2020 | |
Pengganti Petahana | |
Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur | |
Mulai menjabat 2024 | |
Rais Syuriah | K.H. Anwar Manshur |
Informasi pribadi | |
Lahir | Abdul Hakim Mahfudz 17 Agustus 1958 Jombang, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | |
Orang tua | |
Tempat tinggal | Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur |
Pendidikan |
|
Almamater |
|
Pekerjaan | |
Nama lain | Gus Kikin |
Sunting kotak info • L • B |
Biografi
Kehidupan awal
Abdul Hakim Mahfudz, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Kikin, lahir di Ponpes Sunan Ampel, Jombang, pada tanggal 17 Agustus 1958 dari pasangan K.H. Mahfudz Anwar dan Nyai Hj. Abidah Ma'shum.[4] Dari jalur ibu, Gus Kikin merupakan cicit K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari, pendiri NU. Abdiah Ma'shum merupakan anak dari Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim, putri sulung Hasyim Asy'ari.[4]
Ayahnya, Mahfudz Anwar (12 April 1912 – 20 Mei 1999[5]), merupakan pendiri Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang.[6] Sebelum mendirikan pesantren, Mahfudz memimpin sementara Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Seblak, Jombang, yang didirikan guru sekaligus mertuanya, K.H. Ma'shum Ali, yang wafat pada tahun 1933.[5]
Mahfudz Anwar adalah anak dari K.H. Anwar Alwi, pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi'in Paculgowang, Jombang.[4] Dari jalur Anwar Alwi ini, Gus Kikin merupakan sepupu dari K.H. Anwar Manshur, Pengasuh Tertinggi Pondok Pesantren Lirboyo Kediri sejak 2014.[4]
Pendidikan
Gus Kikin lahir di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang, pesantren yang didirikan ayahnya. Selain menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Ampel, Gus Kikin juga belajar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Seblak, Jombang, yang didirikan oleh kakeknya.[7]
Gus Kikin menempuh pendidikan formal di Madrasah Ibtida'iyah Parimono tahun 1963–1970. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Jombang pada tahun 1971–1973, kemudian SMA Negeri 2 Jombang pada tahun 1974–1977.[7]
Setelah selesai Sekolah Menengah Atas, Gus Kikin melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta pada tahun 1975–1979. Kemudian pada tahun 2013, Gus Kikin melanjutkan pendidikan di Universitas Terbuka jurusan komunikasi.[7]
Karier
Karier bisnis
Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta dan menempuh praktik pelayaran selama 3 tahun, Gus Kikin menjadi pegawai di Djakarta Lloyd. Pada tahun 1988, saat usianya 30 tahun, Gus Kikin menjadi kepala Djakarta Lloyd cabang Kota Cilegon.[7]
Pada tahun 1998, Gus Kikin mendirikan 5 perusahaan di Kota Surabaya, dan pada tahun 2000 ia mendirikan kantor di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perusahaan yang ia dirikan di antaranya, Bama Buana Sakti di bidang transportasi, Bama Bhakti Samudra di bidang pelayaran, Bama Bumi Sentosa di bidang kontraktor migas, Bama Bali Sejahtera di bidang teknologi informasi, Bama Berita Sarana di bidang media televisi. Hingga kini, perusahaan yang didirikan Gus Kikin berjumlah 22 perusahaan.[8] Adapun usaha di bidang minyak dan gas bumi, sumur gas pertamanya berada di Kabupaten Sumenep. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi merupakan PT. Energi Mineral Langgeng.[9][10]
Karier pesantren
Pada tahun 2016, Gus Kikin dipercaya menjadi Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Kemudian setelah K.H. Salahuddin Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Solah, sebagai Pengasuh Tebuireng saat itu, wafat pada tahun 2020, Gus Kikin dipercaya memimpin pesantren sebagai pengasuh.[2]
Pemilihan Gus Kikin sebagai pemimpin baru Pondok Pesantren Tebuireng sudah dipersiapkan Gus Solah pada tahun 2016 melalui musyawarah keluarga yang melibatkan seluruh keturunan K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari, selaku pendiri pesantren.[10]
Sebanyak 200 lebih anggota keluarga Pesantren Tebuireng dikumpulkan untuk diminta menyampaikan usulan soal siapa sosok yang tepat menjadi Pengasuh Tebuireng selanjutnya. Berbagai usulan sekaligus kriteria calon pengasuh dibahas oleh tim khusus yang terdiri dari sembilan orang perwakilan keturunan K.H. Hasyim Asy’ari. Di sana kemudian diputuskan siapa yang akan mempimpin menjadi Pengasuh Pesantren menggantikan Gus Solah.[10]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Muhajirin (2021-11-29). "Gus Kikin: Ulama Tawadhu, Pengusaha dan Pemilik Stasiun Televisi". Langit7.id. Diakses tanggal 2023-11-27.
- ^ a b Syafi'i, Moh. (2020-02-05). "Ini Sosok Penerus Gus Sholah Menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng". Kompas.com. Diakses tanggal 2023-11-27.
- ^ Triono, Aru Lego (2022-01-12). "Susunan Lengkap Kepengurusan PBNU 2022-2027". NU Online. Diakses tanggal 2023-11-28.
- ^ a b c d Majalah Tebuireng November 2022, hlm. 64.
- ^ a b Lathifah 2022, hlm. 143.
- ^ Budi (2020-03-02). "Biografi KH. Mahfudz Anwar". Laduni.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-28.
- ^ a b c d Majalah Tebuireng November 2022, hlm. 65.
- ^ Majalah Tebuireng November 2022, hlm. 66.
- ^ News, Redaksi Global (2020-02-19). "Gus Kikin, Pengusaha Migas Penerus Gus Sholah". Global-News.co.id. Diakses tanggal 2023-11-28.
- ^ a b c Nawawi, Ibnu (2020-02-07). "Mengenal Sosok Gus Kikin, Pengasuh Pesantren Tebuireng". NU Online. Diakses tanggal 2023-11-28.
Bibliografi
- Lathifah, Ainun (2022). "44. KH. Mahfudz Anwar". Warisan Ulama Nusantara. Yogyakarta: Laksana. hlm. 143–45. ISBN 9786233272551.
- Hakim, Fitrianti Mariam (1 November 2022). "Pengusaha Dipercaya Asuh Pesantren dan Ikuti Pesan-pesan Sang Pendiri". Olah Sampah Jadi Berkah (edisi ke-83). Jombang: Majalah Tebuireng. hlm. 64–68.