Bahasa Melayu Kepulauan Seribu
Bahasa Orang Pulo (Logat Orang Pulo) adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Orang Pulo yang mendiami Kepulauan Seribu. Bahasa ini merupakan bahasa yang terbentuk karena percampuran dari banyak bahasa di Nusantara seperti bahasa Mandar, Bugis, dan Madura.[3]
Bahasa Orang Pulo
Logat Orang Pulo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Dituturkan di | Indonesia | ||||
Wilayah | |||||
Etnis | Orang Pulo | ||||
Penutur | 29.417[a] | ||||
| |||||
Status resmi | |||||
Diatur oleh | Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa | ||||
Kode bahasa | |||||
ISO 639-3 | – | ||||
| |||||
Portal Bahasa | |||||
Sejarah
Penduduk Kepulauan Seribu dipercayai telah terbentuk serta bermula dari kawasan Pulau Panggang. Dan pasca permukiman di Kepulauan Seribu tambah meluas, kemudian penyebaran penduduk juga budayanya dilangsungkan dari satu pulau menuju ke pulau yang lain, semisal Pulau Pari, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan sejumlah pulau lainnya.[4]
Budaya beserta karakteristik Orang Pulo sebutan dari penduduk Pulau Panggang pada saat masa itu begitu berbeda dengan penduduk Betawi, meski daerahnya begitu berdekatan pada Kota Jakarta. Dan pula tidak berkarakter mirip dengan penduduk Banten meski sejumlah penduduk awal asalnya dari Banten. Orang-orang Pulau Panggang itu lebih punya kecenderungan punya karakteristik juga budaya tersendiri ialah perpaduan budaya Banten, budaya serta karakteristik penduduk daerah Kalimantan (khususnya suku Tidung dan Banjar), suku Mandar dari Sulawesi, dan suku Sunda serta dengan sedikit budaya dan karakter penduduk Betawi. Hasil campuran yang begitu kompleks itu menghasilkan satu budaya juga karakter yang baru, ialah karakter Orang Pulo istilah untuk warga awal Pulau Panggang, yang selanjutnya jelasnya membentuk dan sebagai karakter juga budaya penduduk Kepulauan Seribu.
Hasil campuran budaya yang menciptakan karakteristik juga budaya yang unik di Kepulauan Seribu juga terlihat kedalam gaya bahasa, gerak-gerik pula pemikiran mereka. Gaya bahasa mereka lebih bervolume keras kedalam berbicara semisal orang Sulawesi, lincah juga gesit semisal tipikal Banten serta karakter-karakter kesukuan Indonesia yang lainnya. Pula dengan penamaan kuliner Orang Pulo yang punya gaya bahasa tersendiri serta terdengar unik. Semisal penyebutan makanan serupa lontong maupun nasi uduk yang pada umumnya dimakan buat sarapan dengan panggilan Selingkuh, sambal segar untuk menu ikan bakar yang disebut sambal beranyut.[5]
Pengucapan
Masyarakat di Kepulauan Seribu memiliki gaya tutur bicara yang sedikit unik. Aksennya terdengar berbeda dengan bahasa yang biasa dituturkan warga Jakarta di daratan kota. Meski secara umum banyak kemiripan, namun aksen seperti ini jelas berbeda dengan aksen Jakarta yang populer dipakai di tayangan televisi. Nada bicara orang Pulau Pramuka terdengar lebih 'naik-turun', kosakata yang dipakai juga kadang tidak mudah untuk dipahami.
Sebutan Orang Pulo biasa dikenakan untuk orang dari Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Karya. Namun secara umum, orang Pulo juga bisa dikenakan ke orang Kepulauan Seribu secara umum, membedakan dengan sebutan Orang Daratan (orang yang tinggal di daratan utama Jakarta). Pulau Panggang juga telah disebut-sebut sebagai pulau tertua yang dihuni masyarakat. Sekarang pulau ini padat dengan permukiman. Dahulu, penghuni generasi pertama pulau ini berasal dari Banten serta Mandar dari Sulawesi Selatan.
Dalam buku Orang Pulo di Pulau Karang karya Rosida Erowati Irsyad, orang Pulo (penduduk Kepulauan Seribu) menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen Melayu. Orang Pulo disebut punya artikulasi suara kuat, struktur bahasa dan kosakatanya khas. Ada empat gaya bahasa. Pertama, gaya orang dari Pulau Kelapa (dekat Pulau Harapan) yang kental dengan pengucapan vokal panjang dan bergelombang. Kedua, gaya orang Pulau Tidung yang dipengaruhi oleh bahasa Tidung serta Tangerang pesisir. Ketiga, orang Pulau Untung Jawa yang masih kental dengan logat Betawi. Keempat, orang Pulo (yakni orang Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Karya) yang dipengaruhi bahasa Melayu dan Bugis.
Kosakata
Kosakata yang khas orang Pulo dan tidak ditemukan di daerah lain, menurut buku Orang Pulo di Pulau Karang, antara lain:
- atret 'mundur'
- potret 'maju'
- pangkeng 'kamar'
- monro 'istirahat'
- godot 'menyulam benang'
Ada pula kosakata yang mirip dengan yang dipakai pada suku lain, namun menjadi berbeda arti. Misalnya, pengentotan yang berarti "utang tidak dibayar-bayar", atau mbok yang berarti "kakak perempuan", juga trade berarti "tidak ada".
Kemudian ada juga ciri khas glottal stop. Gaya glottal stop biasa dikenal sebagai ciri aksen bahasa Inggris Cockney, tetapi orang Pulo juga punya. Glottal stop adalah cara pelafalan bunyi [t] mati dengan pangkal tenggorokan. Bukan hanya bunyi [t] mati, tetapi bunyi [k] mati juga.
Berikut adalah beberapa contoh glottal stop dalam bahasa Orang Pulo.
- laut menjadi lau'
- kunyit menjadi kunyi'
- belok menjadi blengko'
- barat menjadi bara'
Ada pula perubahan kata "mau" di Bahasa Indonesia menjadi mao dalam khazanah orang Pulo, "timur" menjadi timor, dan "pohon" menjadi pokok, "tidur" menjadi tidor.[6]
Dialek
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Nyilvoskt (Kontrib • Log) 329 hari 1263 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Bahasa masyarakat Kepulauan Seribu memiliki perbedaan yang jauh dari bahasa masyarakat Betawi di daratan Jakarta. Namun demikian, tidak semua perbedaan itu berlaku untuk beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Misalnya, Pulau Pramuka memiliki dialek yang lebih unik dan berbeda dari dialek Orang Pulo pada umumnya.[7]
Perbedaan dialek masyarakat Kepulauan Seribu sangat terlihat dari kosakata dan dialeknya. Bahasa yang digunakan Orang Pulo dalam sehari-hari sering disebut sebagai logat Pulo. Keunikan bahasa Orang Pulo ini adalah glottal stop atau pelafalan huruf [k] dan [t] mati.[8]
Berikut ini adalah daftar dialek bahasa Orang Pulo:
- Orang Pulo
- Utara
- Sebira (dituturkan di Pulau Sebira dan Kepulauan Seribu bagian utara)
- Tengah
- Panggang (dituturkan di Pulau Panggang dan Kepulauan Seribu bagian tengah)
- Pramuka (dituturkan di Pulau Pramuka)
- Kelapa-Harapan (dituturkan di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan)
- Selatan
- Tidung (dituturkan di Pulau Tidung)
- Untung Jawa (dituturkan di Pulau Untung Jawa dan Kepulauan Seribu bagian selatan)
- Utara
Keterangan
- ^ Jumlah penutur bahasa Orang Pulo disesuaikan dengan jumlah penduduk Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2021.
Referensi
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ Achmad Syalaby (20 Januari 2016). "Menjaga Warisan Orang Pulo". www.republika.co.id. Diakses tanggal 3 Maret 2022.
- ^ "Keunikan dan Kebudayaan Kepulauan Seribu". pulauseribu-resorts.com. Diakses tanggal 3 Maret 2022.
- ^ "Uraian Sedikit Sejarah Kepulauan Seribu". travelwisataindonesia.com. Diakses tanggal 3 Maret 2022.
- ^ "Dipengaruhi Banyak Suku Kepulauan Seribu Punya Logat Yang Unik". news.detik.com. Diakses tanggal 3 Maret 2022.
- ^ "Mengenal Sejarah Dan Kebudayaan Pulau Seribu Pulau Penuh Pesona". pulauseributraveling.com. Diakses tanggal 3 Maret 2022.
- ^ "Berada Di Dekat Jakarta Bagaimanakah Logat Penduduk Kepulauan Seribu?". www.klikanggaran.com. Diakses tanggal 3 Maret 2022.