Wikipedia:Bak pasir
Halte Kartasura | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
J. Mario Belougi
Jouhard Mario Belougi (lahir 5 Mei 1975) adalah seorang aktivis arus bawah, pemerhati lingkungan dan humanitarian Indonesia, yang menjabat sebagai ketua umum Partai Ampera sejak 5 Mei 2025.
J. Mario Belougi | |
---|---|
Ketua Umum Partai Ampera ke 1 | |
Mulai menjabat 5 Mei 2025 | |
Pendahulu Jabatan baru Pengganti Petahana | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 5 Mei 1975 Manado, Sulawesi Utara |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Dorcas Elizabeth Langoru (Almh) |
Anak | 3 |
Orang tua | Mario Belougi, Sr (Ayah), Bagdala Matandung (Ibu) |
Almamater | Universitas Timor Timur, Universitas Harvard |
Pekerjaan | Politisi |
Tanda tangan | |
J. Mario Belougi mengawali kariernya sebagai pengamen jalanan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada awal 1990-an. Ia bersama rekan-rekannya mendirikan komunitas jalanan "Anak Republik" di Pantai Losari dan menjadikan halaman parkir Fort Rotterdam sebagai rumah singgah. Kehidupan jalan yang keras kemudian mengilhami kariernya dalam dunia aktivisme. Ia belajar Grassroots Politics and and Humanity dari The Green Belt Movement yang dimotori aktivis Kenya, Wangari Maatai. Pada tahun 1995, ia mendirikan Belougi Institute, dan melibatkan lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di pedalaman sebagai pendamping perlindungan masyarakat adat dan fasilitator gerakan moral dalam mengawal pembangunan demokrasi multikultural dan desentralisasi untuk menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Ia merangkul tokoh-tokoh arus bawah melakukan gerilya politik dalam membangun kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri belenggu aristokrasi menjadi pro-demokrasi dengan menolak dogmatisme pemerintah yang mengurung kebebasan dan merampas hak-hak dasar rakyat dalam demokrasi dan politik. Pada masa kampanye Pemilu 1997, Belougi memotori pembangkangan melawan konspirasi kaum kapitalis dan oligarki yang membajak demokrasi secara otoriter, sarat rekayasa dan membohongi rakyat. Sebuah agen rahasia melalui sambungan telegram yang diterima Australian Associated Press (AAP) pada Januari 1998 menyebut Belougi menjadi pihak yang terlibat langsung dalam penyusunan agenda penggulingan pemimpin orde baru dengan People Power. Ia menjadi buronan politik hingga berakhirnya rezim otoriter di Indonesia pada 21 Mei 1998.
Kontroversi
- Di penghujung 1995, Belougi dihadapkan dengan masalah hukum setelah dituduh memimpin aksi teror dengan membakar kamp beserta peralatan sejumlah kelompok usaha pelaku pembalakan liar di sepanjang kawasan hutan bagian utara Pulau Kalimantan, serta menyandera dua oknum Polisi yang diduga melindungi pelaku kejahatan kemanusiaan lintas negara yang beroperasi di perbatasan Indonesia-Malaysia.
- memiliki rekaman kejahatan kemanusiaan di Timor Timur yang bakal dipertaruhkan pegiat hak asasi manusia di Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Ia lalu dikabarkan menjadi korban dalam serangan Pembantaian Gereja Katolik Liquica, April 1999 yang menewaskan 200 orang lebih Umat Katolik. Pasca peristiwa tersebut, Belougi menghilang di ruang publik.
- Di tengah konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melawan pemerintah Indonesia, tahun 2000, dunia aktivisme Indonesia dihebohkan dengan bocornya rekaman pertemuan Belougi bersama pemimpin GAM, Teungku Hasan Tiro. Kebenaran adanya hubungan Belougi dengan GAM menjadi hal yang misteri.
- Sosok Belougi kembali menjadi sorotan publik setelah namanya dikaitkan sebagai otak pelaku Insiden Pengibaran Bendera Filipina di Pulau Miangas tahun 2005, sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia yang mengabaikan kedaulatan lingkungan, demokrasi dan hak asasi manusia yang berdampak pada kesenjangan sosial dan ekonomi rakyat di pulau-pulau terluar.
Keluarga
J. Mario Belougi lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 5 Mei 1975. Ia berasal dari keluarga pra-sejahtera yang berlatar belakang petani dan nelayan tradisional. Ia memiliki darah Manado dan Toraja-Mandar, dengan klan Belougi dari garis ayah dan Matandung dari garis ibu.
J. Mario Belougi menikah dengan Dorcas Elizabeth Langoru, seorang relawan internasional UNHCR. Ia memiliki dua putri; Wanda Belougi (2002) dan Melani Belougi (2004) serta seorang putra; Ayyas Belougi (2012). Pernikahan mereka berakhir setelah Dorcas meninggal pada tahun 2020.
Pendidikan
J. Mario Belougi menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas, 1982-1994. Ia belajar Social Political Science di National University of East Timor (B.A), 2004. Postgraduate Political Science (M.A) di Universitas Afrika Selatan