Kulcapi

alat musik tradisional Batak Karo
Revisi sejak 10 Juni 2024 09.50 oleh Kris Simbolon (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh 165.225.120.248 (bicara) ke revisi terakhir oleh RaFaDa20631 (🗿 yoww))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kulcapi adalah alat musik tradisional Batak Karo dari Sumatera Utara yang sering dipergunakan pada upacara ritual, upacara adat, dan juga pertunjukan musik Batak Karo. Kulcapi terbuat dari kayu tualang, ingul, jelutung, dan kayu keras lainnya dan dibentuk menyerupai gitar yang memiliki dua tali senar yang terbuat dari akar enau; tetapi akhir-akhir ini telah diganti dengan kawat baja atau nilon.

Pemain kulcapi bernama Si Datas asal Surbakti, Tanah Karo, antara tahun 1914 dan 1919.

Jika kita klasifikasikan berdasarkan sumber bunyinya yang berasal dari getaran senarnya, kulcapi ini sendiri tergolong ke dalam alat musik jenis kordofon/chordophone atau alat musik dawai (klasifikasi alat musik Hornbostel-Sachs).

Orang yang memainkan kecapi disebut dengan istilah perkulcapi.

Cara memainkan kulcapi dipetik seperti memainkan gitar dan dapat digunakan sebagai alat musik tunggal maupun ensambel. Untuk menentukan tinggi dan rendahnya nada, senar dapat dikencangkan dan dikendorkan dengan alat putar yang terdapat pada bagian kepala.

Adapun jika dalam ensambel maka peran perkulcapi berfungsi sebagai pembawa melodi.

Kulcapi digunakan sebagai alat musik tunggal atau dimainkan bersandingan bersama beberapa alat musik lainya seperti keteng-keteng, gendang karo, balobat, dan alat musik lainnya. Biasanya alat-alat musik tradisional Batak Karo digunakan untuk mengiringi tarian adat maupun lagu-lagu tradisional Batak Karo.

Sejarah perkembangan

sunting

Sejarah perkembangan alat musik kulcapi terus terjadi seiring waktu hingga saat ini. Sebut saja contohnya dari yang awalnya benang dawainya memakai akar dari pohon enau hingga sekarang sudah diganti menjadi bahan metal atau serat sintetis lainnya. Awalnya juga pada kulcapi tidak terdapat fret, dan kulcapi empat senar setidaknya mendapatkan penambahan sebanyak empat belas fret bila sebagai mana yang biasa hanya lima sampai tujuh fret, demi memperluas jangkauan melodi.

Modifikasi dan penambahan fitur semacam inilah yang turut memperbagus suara yang dihasilkan instrumen tersebut. Pembaruan demi pembaruan dalam cara memainkan kulcapi juga tidak terlepas berkat peranan dari Djasa Tarigan dalam membawa banyak inovasi instrumen kulcapi, yakni ia mampu melakukan kolaborasi antara kulcapi dengan gendang keyboard.

Fungsi sosial

sunting

Kedudukan kulcapi ini sendiri bagi masyarakat Batak Karo tidak pernah terlepas dari fungsinya sebagai pengiring perayaan dan upacara adat seperti pesta pernikahan, pagelaran kesenian, upacara kematian, hingga pesta rakyat tahunan.

Terlepas dari kebudayaan yang begitu mengakar di Taneh Karo, penggunaan kulcapi tidak hanya terbatas pada ritual adat istiadat saja, namun juga sudah mulai merambah ke bidang kesenian dan pertunjukan hiburan yang berorientasi pada keindahan yang dinamis.

Instrumen ini memiliki kedudukan yang penting bagi etnis Batak Karo karena kegunaannya di berbagai acara adat serta juga berfungsi untuk melambangkan ciri khas etnis mereka.

Secara garis besar fungsi kulcapi dapat dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

  1. Fungsi hiburan
  2. Fungsi reaksi jasmani
  3. Fungsi penghayatan estetika
  4. Fungsi pengungkapan emosional

Jenis-jenis

sunting

Kulcapi Karo/kulcapi dua senar

sunting

Kulcapi Karo atau kulcapi yang standar sesuai kebiasaan dan tradisi klasik umumnya hanya memiliki dua senar. Kulcapi ini sendiri dapat dideskripsikan sebagai instrumen two-stringed fretted-necked lute atau memiliki dua senar dan badannya lebih panjang dibandingkan bagian leher.

Kulcapi empat senar

sunting

Kulcapi empat senar adalah versi pengembangan dan modifikasi terbaru dari instrumen tersebut. Versi terbaru dari kulcapi ini terlahir dari inisiatif seorang seniman Batak Karo asal Medan yang bernama Jacky Rajju Sembiring, saat ingin mengikuti festival alat musik dawai di Prancis.

Ia menjelaskan bahwa modifikasi kulcapi menjadi empat senar ini juga terinspirasi dari salah satu alat musik tradisional Dayak, yang bernama sapeh.

Kulcapi empat senar ini sendiri dapat disub-klasifikasikan ke dalam four-stringed frettet-necked lute.

Struktur

sunting

Struktur kulcapi empat senar

sunting

Pada umumnya, kedua versi baik itu dua senar maupun empat senar memiliki struktur yang sama,[1] hanya jumlah senarnya yang berbeda, antara lain sebagai berikut:

  1. Takal (bagian kepala), pada bagian ini dilekatkan dua pasang tuningan roda gigi yang berguna sebagai pengetat senar kulcapi.
  2. Kerahung (bagian leher), pada bagian ini terdapat fret yang berjumlah ganjil, bisa lima, tujuh, maupun sembilan.
  3. Tembuku (fret kulcapi), semakin banyak fret yang ada maka semakin luas pula rentang melodi yang dihasilkan.
  4. Enggoh (penyangga senar), adalah sebuah tonjolan pada bagian permukaan tutup kulpaci yang berfungsi sebagai penyangga senar.
  5. Takkur (tutup kulcapi), ialah lapisan bagian depan yang menutup lubang resonator kulpaci.
  6. Tonggum (resonator), berguna untuk memperkuat bunyi dari getaran senar.
  7. Ikur (ekor), ujung kulpaci bagian bawah yang biasanya hanya berfungsi sebagai hiasan yang memperindah (estetika).

Kontroversi

sunting

Keberadaan kulcapi empat senar versi terbaru ini memicu beragam tanggapan dari masyarakat Batak Karo baik yang mendukung maupun yang menentangnya. Setidaknya masyarakat terbagi ke dalam dua suara yang menerima perubahan (progresif) dan kontra terhadap perubahan (konservatif). Sikap kontra dari masyarakat konservatif terhadap perubahan budaya yang ada, dalam hal ini terfokus pada bentuk instrumen alat musik mereka yang diubah. Karena yang awalnya versi tradisionalnya adalah bersenar dua, maka saat dimunculkan versi terbaru yang telah dimodifikasi menjadi empat senar ini memunculkan pertentangan dan protes. Ini juga menunjukkan seberapa penting dan vitalnya keberadaan kulcapi bagi etnis Batak Karo sendiri, sehingga ketika ada inovasi baru yang menyangkut hal vital tersebut mereka langsung menolaknya.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Suroso, Panji; Sembiring, Adina Sastra; Widiastuti, Uyuni; Hasbullah, Muklis; Amal, Bakhrul Khair (2018). "Performance Model of Kulcapi (Karo Musical Instrument) as a Teaching Material in Guitar Learning" (PDF). Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) (dalam bahasa Inggris). 1 (4): 138. doi:10.33258/birci.v1i4.102. 

Pranala luar

sunting