Warkop
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Warung Kopi, lebih dikenal dengan Warkop, sebelumnya bernama Warkop Prambors (1973-1985) dan Warkop DKI (1986-1997), merupakan grup lawak asal Indonesia yang dibentuk oleh Nanu Moeljono, Rudy Badil, Kasino Hadiwibowo, Wahjoe Sardono dan Indrodjojo Kusumonegoro, mereka pertama kali bertemu dalam program radio Obrolan Santai di Warung Kopi garapan Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors Rasisonia.
Warkop | |
---|---|
Media | Radio, film dan televisi |
Kebangsaan | Indonesia |
Tahun aktif | 1973–1985 (sebagai Warkop Prambors) 1986–1997 (sebagai Warkop DKI) 1998–sekarang (sebagai Warkop) |
Genre | Komedi |
Anggota |
Sejarah
Warkop Prambors, era audio dan panggung
Cikal bakal Warkop berawal di tahun 1973, saat Kasino dan Nanu Moeljono tampil melawak di 'Perkampungan Universitas Indonesia', sebuah acara perkemahan mahasiswa di Cibubur. Kelucuan penampilan mereka menarik perhatian Temmy Lesanpura, seorang senior Universitas Indonesia yang saat itu mengepalai Radio Prambors dan kemudian mengundang mereka untuk mengisi acara bersama Rudy Badil yang diberi nama “Obrolan Santai di Warung Kopi”, mengudara setiap Kamis malam pukul 20.30-23.00 WIB.[1][2]
Setahun kemudian, Dono, rekan sesama mahasiswa Universitas Indonesia, bergabung ke dalam “Obrolan Santai di Warung Kopi”.[3][4] Pada tahun 1976, Indro, yang saat itu masih SMA dan kemudian menjadi mahasiswa di Universitas Pancasila bergabung sebagai anggota paling akhir dan paling muda di Warkop Prambors.[5]
Dalam acara itu, Rudy Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai, atau Ansori. Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa). Melalui konsep dan program ini, Warkop Prambors menjadi populer dikalangan masyarakat dan pelajar pada medio 1970-an, mereka kemudian mengadakan pertunjukkan pertamanya. Pertunjukkan itu saat pesta perpisahan SMP Negeri 9 Jakarta di Hotel Indonesia, dan mulai tampil dari panggung ke panggung.[6][1]
Warkop Prambors mulai muncul dilayar televisi melalui acara Terminal Musikal - Tempat Anak Muda Mangkal, arahan Mus Mualim, pada malam tahun baru 1978, dari sana mereka kemudian sering tampil di TVRI. Bersama Orkes Melayu Pancaran Sinar Petromak mereka tampil di Malam Pagelaran Dapur Musik Betawi, grup musik yang juga terkenal melalui Terminal Musikal.[2][6]
Album lawak yang pertama kali dirilis oleh Warkop Prambors berjudul Cangkir Kopi oleh Warung Kopi Prambors Volume 1 yang diterbitkan Pramaqua, kerjasama antara Prambors dan Aquarius, sejak itu mereka merilis 12 album, 10 diantaranya atas nama Warkop Prambors hingga 1986, dua album terakhir yang berjudul “Makin Tipis Makin Asik” dan “Kunyanyikan Judulku” sudah menggunakan nama Warkop DKI dengan format penyanyi yang diselingi dengan lawakan.[7][8]
Sayangnya, Rudi Badil yang selama ini selalu demam panggung saat tampil langsung memutuskan meninggalkan mundur sebagai anggota Warkop Prambors. Menjadikannya anggota Warkop yang tidak pernah tampil dilayar lebar. Ia kemudian fokus menjadi wartawan di Kompas hingga pensiun pada 2005, Rudy Badil menuliskan perjalanan Warkop dalam buku 'Main-Main jadi Bukan Main' yang diterbitkan pada tahun 2010 dan ia kemudian wafat menyusul rekan-rekannya pada tahun 2019.[6][9]
Warkop DKI, era emas film komedi
Tanpa kehadiran Rudy Badil, empat anggota yang tersisa menggarap film perdana mereka berjudul Mana Tahaaan... garapan Nawi Ismail yang rilis pada 1979/80 menampilkan beberapa artis terkenal masa itu seperti Rahayu Effendi, Kusno Sudjarwadi, dan Elvy Sukaesih, dan mengumpulkan penonton hingga 400.816 penonton.[10]
Namun setelah perilisan film perdana ini, Nanu memutuskan untuk meninggalkan Warkop Prambors dan bersolo karier. Nanu sempat membintangi sebuah film lain berjudul Kisah Cinta Rojali dan Zuleha pada tahun yang sama. Setelah membintangi film tersebut, Ia menderita kanker ginjal hingga akhirnya meninggal pada 22 Maret 1983 di usia 30 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir.[6]
Tanpa Nanu, Warkop Prambors yang hanya menyisakan Kasino, Dono, dan Indro semakin sering menerima tawaran produksi film, pada film-film awal mereka yang diproduksi oleh Bola Dunia Film, personel Warkop memerankan tokoh Slamet (diperankan oleh Dono), Sanwani (Kasino), dan Paijo (Indro). Namun, dalam film-film selanjutnya, mereka memerankan nama asli mereka (Dono, Kasino, Indro).[6]
Sejak tahun 1979 hingga 1994, sudah 34 film komedi mereka bintangi. Rata-rata dua judul film setiap tahun yang hadir menjelang perayaan Idul Fitri dan tahun baru. Untuk mengisi ruang yang ditinggalkan Nanu, Warkop Prambors sempat beberapa kali menggunakan beberapa pemain pembantu yang bisa mengimbangi mereka bertiga sebagai tokoh sentral komedi, diantaranya adalah Dorman Borisman dan Mat Solar. [11]
Pada tahun 1986, ketiga anggota memilih memisahkan diri dari manajemen Radio Prambors, hal itu dilakukan untuk menghindari royalti yang harus mereka bayar kepada Radio Prambors karena menggunakan namanya sebagai nama panggung. Sebagai gantinya, Warkop meletakkan inisial nama panggung ketiga anggota dibelakang nama Warkop, trio Dono, Kasion, dan Indro membentuk abreviasi DKI, yang serupa dengan Daerah Khusus Ibukota, menjadikan nama Warkop DKI dipakai sebagai jenama baru mereka.[11]
Warkop, era serial televisi dan kematian anggota
Pada periode mati surinya film Indonesia, Warkop DKI mulai menyapa masyarakat lewat serial sinetron komedi 'Warkop DKI' pada 1996 dan musim keduanya pada 1997 yang diproduksi Soraya Intercine Films dan ditayangkan di Indosiar. Sinetron ini menampilkan Warkop DKI bersama Karina Suwandi sebagai adik Dono dan istri Indro dan Roweina Umboh sebagai istri Kasino.[12][8] Sinetron ini kemudian laris disaksikan masyarakat hingga mendapatkan musim keduanya pada tahun 1997. Namun, selama penayangan musim kedua ini, karakter Kasino jarang terlihat dan sesekali tampil menggunaa wig, hingga akhirnya ia sama sekali tidak bisa melanjutkan syuting dan wafat pada 18 Desember 1997 karena tumor otak.[13]
Tanpa Kasino, Dono dan Indro melanjutkan 'Warkop' tanpa abreviasi DKI, dan sinetron Warkop DKI diganti menjadi 'Warkop Millenium' yang tayang pada tahun 1999 dan musim keduanya tayang pada tahun 2000. Setelah empat tahun tanpa Kasino, dan menyelesaikan dua musim Warkop Millenium, Dono meninggal dunia pada 30 Desember 2001 karena tumor dan paru-paru basah yang dideritanya sejak lama.[14]
Pasca-Warkop
Tanpa Dono, Indro sendirian melanjutkan perjalanan Warkop di dunia komedi. Indro, sebagai anggota Warkop, pernah menjadi juri di acara pencarian bakat lawakan tungal bentukan Kompas TV, yaitu Stand Up Comedy Indonesia atau SUCI dari 2011-2018.[15]
Pada tahun 2010, Warkop meluncurkan buku yang ditulis Rudy Badil dengan judul 'Warkop: Main-Main jadi Bukan Main' yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Aquarius, Lembaga Warkop DKI, dan Telkomsel.[2]
Upaya untuk menghidupkan kembali film Warkop dilakukan bersama Falcon Picture pada 2016, melalui seri film Warkop DKI Reborn. Seri film ini adalah sebuah adaptasi dan sempalan dari Warkop DKI asli. Film perdananya adalah Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang berpakem pada salah satu film Warkop DKI yaitu Chips keluaran tahun 1983.[16][17] Film ini menjadi film komedi terlaris kedua di Indonesia dengan capaian 6.858.616 penonton.[18]
Anggota
Dari semua anggota Warkop, Dono adalah anggota yang paling dikenal atau menjadi maskot utama kelompok ini, sebagian besar masyarakat menyebut film mereka sebagai film Warkop atau film Dono. Meski terlihat ndeso, Dono adalah asisten dosen di Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, untuk Prof. Selo Sumadjono bersama rekannya Paulus Wirutomo.[19] Anggota Warkop lulusan UI yang lain, Rudy Badil, Kasino, dan Nanu, aktif didunia pecinta alam sejak kuliah. Nanu, Kasino, dan Dono terdaftar sebagai anggota Mapala UI. Sedangkan Rudy Badil berkawan dengan Soe Hok Gie dan kerap mendaki bersama.[20]
No. | Potret | Nama | Masa aktif |
---|---|---|---|
1 | Kasino Hadiwibowo (1950–1997) |
1973–1997 | |
2 | Nanu Moeljono (1952–1983) |
1973–1979 | |
3 | Rudy Badil (1945–2019) |
1973–1979 | |
4 | Berkas:Dono Warkop Liputan 6.jpg | Wahjoe Sardono (1951–2001) |
1975–2001 |
5 | Indrodjojo Kusumonegoro (lahir 1958) |
1976–sekarang |
Proses kreatif
Warkop dikenal melalui gaya komedi verbal yang kocak, tetapi juga menyentil kondisi sosial. Banyak penggalan frasa yang dipopulerkan trio ini yang masih ”hidup” dan relevan di masa kini, seperti ”Gile lu, ndro!” atau ”tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Berbeda dengan grup lawak lain masa itu yang tampil dengan berbagai kostum dan properti, Warkop tampil simpel, berpakaian biasa, bahkan rapi, seperti jas saat pentas di panggung.[21]
Warkop memiliki kekhasan membawakan kisah folklor lucu, jorok, dan ilmiah yang jelas ujung pangkalnya. Bahkan, mereka berani menampilkan gurauan politik. Mengingat Wahjoe Sardono (Dono) telah aktif di koran mahasiswa UI, harian Salemba.[21]
Mereka juga dikenal karena memiliki tingkat kesadaran intelektualitas sebab sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka. Warkop membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan, menyurvei lokasi, atau memastikan kesiapan kostum dan properti yang dibutuhkan. Salah satu staf Warkop yang kemudian terkenal adalah Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.
Diskografi
- Kaset 01 Cangkir Kopi (Warkop Live di Palembang/Plaju, masih ada Nanu)
- Kaset 02 Warung Tenda (masih ada Nanu)
- Kaset 03 Mana Tahan
- Kaset 04 Gerhana Asmara (bersama Srimulat)
- Kaset 05 Pengen Melek Hukum (Indro sebagai mahasiswa penyuluh hukum, Kasino, Dono sebagai warga)
- Kaset 06 Pokoknya Betul - Ke Bali (Dono dan Indro pengen ke Bali, tanya ke Kasino yang orang Bali)
- Kaset 07 Semua Bisa Diatur - Lurah Indro (Indro sebagai Lurah, Dono dan Kasino sebagai warga, featuring Mi'ing sebagai rakyat / petugas RSJ)
- Kaset 08 Dokter Masuk Desa (Indro sebagai dokter baru masuk desa, Dono dan Kasino sebagai warga)
- Kaset 09 Makin Tipis Makin Asyik (Indro sebagai Pak Guru, Kasino dan Dono sebagai murid-murid)
Filmografi
Dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1995, Warkop telah membintangi 35 judul film dengan 34 film diantaranya bertemakan drama komedi.[N 1] Setiap tahunnya, Warkop hanya merilis dua sampai tiga judul film dengan masa tayang awal yang disesuaikan dengan liburan Hari Raya Idul Fitri dan liburan Natal dan Tahun Baru.
Kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta karena menggunakan lagu tema The Pink Panther karya komponis Henry Mancini tanpa izin atau tanpa mencantumkan namanya dalam film, meskipun alunan simponinya dalam beberapa judul film sudah diubah supaya tidak terlalu mirip. Kemudian pada tahun 2021, Netflix mengumumkan beberapa judul film Warkop akan dirilis secara global dan dilengkapi teks Bahasa Inggris.
Catatan kaki
- ^ Film Untukmu Indonesiaku yang dirilis pada 1980 menjadi film non-komedi satu-satunya grup Warkop.
Referensi
- ^ a b "Sumber Inspirasi Grup Lawak Warkop DKI". Narasi.tv. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-02. Diakses tanggal 21 Februari 2021.
- ^ a b c "Rekam Perjalanan Grup Lawak Warkop DKI". Kompaspedia. 2023-11-10. Diakses tanggal 2024-02-25.
- ^ "Bukan Solo, Ini Sebenarnya Daerah Asal Dono". Republika Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-23. Diakses tanggal 24 Agustus 2018.
- ^ "Wahjoe Sardono". Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-05. Diakses tanggal 30 Oktober 2013.
- ^ a b "Mana Tahan". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-05. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b c d e Badil, Rudi (2010). Warkop: main-main jadi bukan main. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799102881.
- ^ a b "Manusia 6.000.000 Dollar". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-14. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b c "Dongkrak Antik". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-18. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "IQ Jongkok". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Setan Kredit". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b c "CHIPS (Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial)". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-11. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Maju Kena Mundur Kena". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-09. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Tahu Diri Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-12. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Itu Bisa Diatur". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-11. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Jodoh Boleh Diatur". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-03. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Malu-Malu Mau". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-15. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Godain Kita Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-24. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Sabar Dulu Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Atas Boleh Bawah Boleh". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b "Sama Juga Bohong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ a b c "Makin Lama Makin Asyik". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-11. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Gengsi Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-27. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Pintar Pintar Bodoh". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Geer - Gede Rasa". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Untukmu Indonesiaku". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Pokoknya Beres". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-12. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Gantian Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Kesempatan Dalam Kesempitan". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Depan Bisa Belakang Bisa". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-13. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Saya Suka Kamu Punya". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Mana Bisa Tahan". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Lupa Aturan Main". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Sudah Pasti Tahan". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Bisa Naik Bisa Turun". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Masuk Kena Keluar Kena". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Salah Masuk". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-16. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Bagi-Bagi Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-26. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Bebas Aturan Main". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Saya Duluan Dong". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-28. Diakses tanggal 5 Mei 2022.
- ^ "Pencet Sana Pencet Sini". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-11. Diakses tanggal 5 Mei 2022.