Kabupaten Pati

kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa



Kabupaten Pati (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦥꦛꦶ, Pegon: ڤاطي, translit. Pathi) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Pati Kota. Kabupaten ini terkenal dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Penduduk kabupaten Pati berjumlah 1.324.188 jiwa pada akhir tahun 2020,[4] dan 1.366.516 jiwa pada pertengahan tahun 2023.[3]

Kabupaten Pati
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦥꦛꦶ
 • Pegonڤاطي
 • Alfabet JawaPathi
Dari atas searah jarum jam: Persawahan di Mintorahayu, Air terjun Santi, Alun-Alun Kota Pati.
Lambang resmi Kabupaten Pati
Julukan: 
Pati Bumi Mina Tani
Motto: 
Kridhaning panembah gebyaring bumi
(Jawa) Bekerja keras meningkatkan kesejahteraan daerah
(1323 Masehi)[1]
Peta
Peta
Kabupaten Pati di Jawa
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati
Peta
Kabupaten Pati di Indonesia
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati
Kabupaten Pati (Indonesia)
Koordinat: 6°45′12.61″S 111°2′25.71″E / 6.7535028°S 111.0404750°E / -6.7535028; 111.0404750
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
Dasar hukumUU Nomor 13 Tahun 1950
Hari jadi7 Agustus 1323 (umur 701)
Ibu kotaKota Pati
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 21
  • Kelurahan: 5
  • Desa: 401
Pemerintahan
 • BupatiHenggar Budi Anggoro (Pj.)[2]
 • Wakil Bupati-
 • Sekretaris DaerahJumani
 • Ketua DPRDAli Badrudin
Luas
 • Total1.503,68 km2 (580,57 sq mi)
Populasi
 • Total1.366.516
 • Kepadatan910/km2 (2,400/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 96,52% Islam
  • 0,80% Buddha
  • 0,01% Hindu
  • 0,01% Lainnya[3][5]
 • BahasaIndonesia, Jawa
 • IPMKenaikan 71,77 (2020)
Tinggi[6]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3318 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 295
Pelat kendaraanK xxxx
Kode Kemendagri33.18 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 1.254.698.193.000.-
Semboyan daerahBumi Mina Tani (Berdaya upaya menuju identitas Pati yang makmur, ideal, normatif, adil, tertib, aman, nyaman, dan indah)
Flora resmiKapuk randu
Fauna resmiBandeng
Situs webwww.patikab.go.id

Geografi

Batas Wilayah

Batas wilayah administrasi Kabupaten Pati meliputi:

Utara Laut Jawa
Timur Laut Jawa dan Kabupaten Rembang
Selatan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora
Barat Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.

Ibu kota Kabupaten Pati terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Jalur melewati Kota Pati ada dua: dalam kota dan jalur lingkar Pati. Kendaraan umum dan besar melalui jalan lingkar Pati. Sementara kendaraan pribadi dapat memilih antara jalan dalam kota yang cukup sempit atau jalur lingkar.

Terdapat sungai besar yaitu Bengawan Silugonggo (Sungai Silugonggo). Saat musim penghujan sering kali sungai ini meluap. Tata kelola sungai ini ditangani oleh Balai Pengelolan Sumber Daya Air (PSDA) Serang Lusi Juana (Seluna).[7]

Sejarah

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara". Menurut cerita rakyat yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya, dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan. Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana pembesar dari Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Masa Kadipaten Carangsoka (1292 M)

Menjelang akhir abad ke XIII atau sekitar tahun 1292 M, di Pulau Jawa terjadi kekosongan penguasa pemerintahan. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri. Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah, sekitar Gunung Muria bagian Timur, muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.

Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu

Kedua kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri meminta bebana (persyaratan) agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama Sapanyana.

Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan Sondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan kemudian melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara Raden Jasari dan Rara Rayungwulan gagal total.

Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka memimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putra lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.

Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama Singasari.

Kadipaten Pesantenan

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama Kadipaten Pesantenan dengan gelar "Adipati Jayakusuma" di Pesantenan.

Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu Raden Tambra. Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar "Adipati Tambranegara". Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.

Kabupaten Pati

Untuk mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya, Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di Desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Dalam prasasti Tuhannaru, delapan Lempengan Baja dan bertuliskan huruf Jawa kuno, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di museum Trowulan. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa: .....Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar "Rakai", Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.

Pati bagian Kerajaan Majapahit

Raja Jayanagara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para adipati itu dengan memberi status sebagai tanah perdikan, dengan syarat bahwa para adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.

Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S. Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula yang lengkapnya berbunyi:

...Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.

Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu: 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.

Hari Jadi Pati

Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SMA se-Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.

Tanggai 7 Agustus 1323 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Pati dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor: 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala "KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI" yang bermakna "Dengan bekerja keras dan penuh doa kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah".

Pemerintahan

Daftar Bupati

No Bupati Mulai Jabatan Akhir Jabatan Wakil Bupati Keterangan Ref.
1. Raden Tambranegara Sekitar 1300-an Adipati di Kadipaten Pesantenan dan Pati
2. Raden Tandanegara 1330 Adipati di Kadipaten Pati
3. Kayu Bralit 1511 1518
4. Ki Ageng Penjawi 1568 1576 Adipati di Kabupaten Pati setelah gugurnya Arya Penangsang
5. Raden Sidik, bergelar Djajakoesoema I 1577 1601
6. Djajakoesoema II 1601 1628
7. Ki Arya Pagedongan, bergelar Djajakoesoema III 1628 1640 Adipati Pragola II
8 Pemerintahan kosong & pecah menjadi 2 Katemenggungan dan 7 (tujuh) Kademengan, yaitu:
Katemenggunan: Toemenggung Wetanan & Toemenggung Koelonan
Kademangan: Demang Tenggeles, Demang Selowesi, Demang Tjengkalsewu,
Demang Glongsong, Demang Paselehan, Demang Margotoehoe, Demang Juwono
9 Lepek, Mangun Oneng I 1670 Adipati Pakem
10 Widjo, Mangun Oneng II 1678 1682 Adipati Pati
11 Tumenggung Tirtono 1682 1690 Adik Mangoen Oneng
12 Abroenoto, Mangoen Oneng III 1690 1701 Putra Mangoen Oneng II
13 Soemodipoero 1701 1718 Putra Pangeran Koedoes
14 Pangeran Koming, Pamegat Sari I 1718 1820 Putra Soemodipoero
15 Pangeran Kuning, Pamegat Sari II 1720 Wafat dan makamnya di Kudus
16 Raden Wiratmodjo II, Pamegat Sari III 1761
17 Pangeran Arya, Megatsari III Adipati di Kabupaten Pati, Masa Deandels, Diasingkan ke Belanda dan makamnya di Surabaya
18 Sosrodiningrat 1807 1808 Bupati Pati Kulon
Mangunkusumo 1807 1808 Bupati Pati Wetan
19 Kiai Adipati Tjondronegoro 1808 1812 Bupati Pati pindahan dari Bupati Lamongan
20 Adipati Raden Tjondronagoro 1812 1813 Bupati Pati dimakamkan di Desa Puri Pati
21 Raden Bagoes Mita
(Kandjeng Pangeran Ario Tjondro Adinegeoro)
1813 1829 Sumber dari prasasti berdirinya masjid Gambiran Pati
22 Raden Bagoes Merto
(Raden Adipati Tjondronegoro)
1829 1883
23 Raden Bagoes Surodipoyoni
(RAA Tjondronegoro V)
1883 1896 Bupati pati - kudus wafat 1913 dimakamkan di bareng Jekulo kudus
24 Raden Bagoes Kasan
(Raden Adipati Ario Tjondro Adinegoro)
1896 1904
25 Raden Toemenggong Prawiro Werdojo 1904 1934
26 Raden Adipati Ario Soewondo 1907 1934 Wafat 4 Juni 1934
27 K.G.P. Dipokoesoemo 1934 1935
28 R.T.A Milono 1935 1945 Bupati Pati kemudian menjadi Residen Pati
Masa Pemerintahan Indonesia
29 M. Moerjono Djojodigdo 1945 1948 Tahun 1948 terjadi perebutan oleh PKI/Muso. Pada Desember 1948, Clash II Pd. Bupati Pati ditunjuk Sukemi Wedono Tayu
30 Raden Soebijanto 1950 1952
31 Raden Soekardji Mangoen Koesoemo 1952 1954 Bupati Pati
32 Palal al Pranoto 1954 1957 Kepala Daerah Swatantra
33 R. Soemardi Soeroprawiro 1957 1959 Pegawai Tinggi diperbantukan Pemda tingkat II
34 M. Soetjipto 1959 1967
35 A.K.B.P Raden Soehargo 1967 1971
36 Kol. Inf. Panudju Widajat 1971 1973 menjabat 18 bulan/meninggal dunia
37 Kol. Pol.Drs. Edy Rustam Santiko 1973 1979
38 Drs. Soeparto Soewondo 1979 Agustus 1981 Residen Pati merangkap Pj. Bupati Kdh. tingkat II Pati
39 Kol. Art. Saoedji 6 Agustus 1981 September 1991
40 Kol. Kav. Sunardji September 1991 September 1996
41 Kol. Art. H. Yusuf Muhammad September 1996 September 2001
42 H. Tasiman, SH September 2001 September 2006 Drs. Kotot Kusmanto
(42) H. Tasiman, SH September 2006 27 September 2011 Kartika Sukawati, SE. MM
43 H. Haryanto, SH, MM, M.Si. 7 Agustus 2012 7 Agustus 2017 Budiono
(43) H. Haryanto, SH, MM, M.Si. 22 Agustus 2017 7 Agustus 2022 H. Saiful Arifin [8]


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Pati dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[9] 2019–2024[10] 2024–2029[11]
PKB 6   6   6
Gerindra 8   6   6
PDI-P 8   10   14
Golkar 6   5   5
NasDem (baru) 4   5   3
PKS 5   3   5
Hanura 4   3   0
Demokrat 6   6   5
Perindo (baru) 1   0
PPP 3   5   6
Jumlah Anggota 50   50   50
Jumlah Partai 9   10   8

Kecamatan

Kabupaten Pati terdiri dari 21 kecamatan, 5 kelurahan, dan 401 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.283.790 jiwa dengan luas wilayah 1.489,19 km² dan sebaran penduduk 862 jiwa/km².[12][13]

Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana di sebelah timur, Tayu di sebelah utara, dan Kayen di bagian selatan. Untuk Juwana dan Tayu keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa. Sedangkan sebagian Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo berada di bawah pegunungan Kendeng. Di Kayen pula, berdiri RSUD milik pemerintah kabupaten dan merupakan satu-satunya kecamatan di luar ibu kota kabupaten yang memiliki fasilitas RS milik pemerintah.

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Pati, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Kodepos[14] Status Daftar
Desa/Kelurahan
33.18.07 Batangan 18 59186 Desa
33.18.18 Cluwak 13 59157 Desa
33.18.20 Dukuhseti 12 59158 Desa
33.18.11 Gabus 24 59173 Desa
33.18.13 Gembong 11 59162 Desa
33.18.17 Gunungwungkal 15 59156 Desa
33.18.06 Jaken 21 59184 Desa
33.18.09 Jakenan 23 59182 Desa
33.18.08 Juwana 29 59185 Desa
33.18.02 Kayen 17 59171 Desa
33.18.12 Margorejo 18 59163 Desa
33.18.16 Margoyoso 22 59154 Desa
33.18.10 Pati 5 24 59111-59119 Desa
Kelurahan
33.18.05 Pucakwangi 20 59183 Desa
33.18.01 Sukolilo 16 59172 Desa
33.18.03 Tambakromo 18 59174 Desa
33.18.19 Tayu 21 59155 Desa
33.18.14 Tlogowungu 15 59161 Desa
33.18.21 Trangkil 16 59153 Desa
33.18.15 Wedarijaksa 18 59152 Desa
33.18.04 Winong 30 59181 Desa
TOTAL 5 401

Kesehatan

Beberapa sarana rumah sakit yang ada di kabupaten Pati, yakni RSUD RAA Soewondo, RS Keluarga Sehat Hospital (KSH) Pati, RS Mitra Bangsa, RS Fastabiq, RSB Harapan, RSB Asifa, RS Paru-paru, RS Islam Pati, RS Assuyuthiyyah Guyangan, RSU Kayen, RS Keluarga Sehat Hospital (KSH) Tayu. Kemudian ada beberapa klinik seperti Klinik Sejahtera, BKIA Bhayangkari, Klinik Keluarga Sehat, dan Klinik Pratama Mega Sehat Pati. [15]

Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi yang ada di kabupaten Pati antara lain Universitas SAFIN Pati, Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) AKI Pati, Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAKWW) Pati, Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) Pati, Akademi Kebidanan (Akbid) Bakti Utama Pati, Akademi Kebidanan (Akbid) Duta Dharma Pati, Akademi Perawat (Akper) Pragola Pati, Akademi Pertanian Pragola Pati, Universitas Terbuka (UT) Pati, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Jangkung Pati[16] dan lainnya.

Kuliner

Masakan

Masakan khas kabupaten Pati, yaitu:

Jajanan

Jajanan khas kabupaten Pati, yaitu:

  • Gethuk Runting
  • Jenang Landoh (Jatimulyo)

Minuman

Minuman khas kabupaten Pati, yaitu:

  • Dawet Siwalan
  • Wedang Opum
  • Wedang Coro
  • Kopi Jolong
  • Wedang Cemoe

Oleh-oleh

Oleh-oleh khas kabupaten Pati, yaitu:

  • Bandeng Presto Juwana
  • Jenang Landoh
  • Kerupuk Daging
  • Kerupuk Ampo
  • Kerajinan Kuningan
  • Batik Bakaran

Referensi

  1. ^ "Hari Jadi Pati". tic.patikab.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-14. Diakses tanggal 2022-01-14. 
  2. ^ Naufal, Mazka Hauzan (22 Agustus 2022). "Henggar Budi Anggoro Resmi Jadi Pj Bupati Pati, Ini Pesan Haryanto". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-02. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  3. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri - Dukcapil 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 3 September 2023. 
  4. ^ a b "Kabupaten Pati Dalam Angka 2021" (pdf). www.patikab.bps.go.id. hlm. 3, 38. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-01. Diakses tanggal 1 Oktober 2021. 
  5. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama di Provinsi Jawa Tengah, 2020". Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 14 April 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 4 Maret 2022. 
  6. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 3 September 2023. 
  7. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-19. Diakses tanggal 2019-07-19. 
  8. ^ Pati, Website Resmi Pemerintah Kabupaten. "Biografi Bupati dan Wakil | Website Resmi Pemerintah Kabupaten Pati". www.patikab.go.id. Diakses tanggal 2018-10-09. 
  9. ^ "Dprd Pati Masa Bakti 2014 – 2019 Dilantik". KABAR PATI. 2014-09-17. Diakses tanggal 2023-03-26. 
  10. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Pati 2019-2024
  11. ^ PERUBAHAN PENETAPAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PATI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024
  12. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  13. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  14. ^ Kode Pos Kabupaten Pati
  15. ^ Mitrapost, Admin (2018-03-20). "Ratusan Warga Sidomukti Mendapat Layanan Pengobatan Gratis dari RS Mitra Bangsa dan Klinik Mega Sehat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-31. Diakses tanggal 2021-10-31. 
  16. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-16. Diakses tanggal 2019-07-19. 

Pranala luar