Vokal depan
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (October 2021) |
/ˈvɔ.kal/ IPA: Vokal
| ||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| ||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Vokal depan adalah jenis vokal yang diucapkan dengan letak lidah lebih depan, namun letaknya tak menganggu keluar masuknya udara sehingga tak menciptakan bunyi konsonan. Vokal depan juga disebut sebagai vokal cerah karena ia menghasilkan bunyi yang terdengar lebih jernih maupun "cerah" daripada vokal belakang.
Vokal hampir depan adalah vokal yang pada dasarnya merupakan jenisnya vokal depan; meski tiada bahasa yang diketahui membedakan vokal depan dan hampir-depan berdasarkan pada letak lidah saja.
Vokal depan yang dibulatkan biasanya diucapkan dengan posisi lidah agak ke tengah (madya). Inilah salah satu alasan mengapa ia ditulis sebelah kanan vokal depan takbulat di tabel vokal API.
Daftar sebagian
Disebut daftar sebagian karena daftar di bawah ini tidak mendaftarkan semua jenis vokal depan, karena ia hanya mendaftarkan yang lumayan sering dijumpai dalam kunci pengucapan/API.
Yang mempunyai simbol tersendiri
Vokal depan yang mempunyai simbol tersendiri pada tabel Alfabet Fonetik Internasional adalah:
- vokal takbulat tertutup depan [i]
- vokal bulat tertutup depan [y]
- vokal takbulat hampir tertutup depan [ɪ]
- vokal bulat hampir tertutup depan [ʏ]
- vokal takbulat setengah tertutup depan [e]
- vokal bulat setengah tertutup depan [ø]
- vokal takbulat setengah terbuka depan [ɛ]
- vokal bulat setengah terbuka depan [œ]
- vokal takbulat hampir terbuka depan [æ]
- vokal takbulat terbuka depan [a]
- vokal bulat terbuka depan [ɶ]
Yang tak mempunyai simbol tersendiri
Sedangkan yang (lumayan) sering dijumpai dalam dalam kunci pengucapan/API, tapi tak mempunyai simbol tersendiri adalah:
- voka menonjol tertutup depan [yʷ]
- vokal menonjol hampir tertutup depan [ʏʷ]
- vokal menonjol setengah tertutup depan [øʷ]
- vokal takbulat tengah depan [e̞] atau [ɛ̝]
- vokal bulat tengah depan [ø̞] or [œ̝]
- vokal mengempa tengah depan [ø̞ʷ] atau [œ̝ʷ]
- vokal mengempa setengah terbuka depan [œʷ]
Seperti yang ada di atas, pengucapan suatu vokal depan dapat ditunjukkan melalui penambahan tanda baca di atas huruf (diakritik), misalnya ⟨i̞⟩, ⟨e̝⟩ atau ⟨ɪ̟⟩ dapat digunakan untuk vokal takbulat hampir tertutup depan.
Artikulasi
Dalam artikulasi, vokal depan, yaitu vokal yang diucapkan dengan lidah lebih depan dari letak tetapnya, berbeda jelas dengan vokal menaik dan vokal menarik. Dalam pengartian ini, vokal yang didepankan adalah jenis vokal yang pengategoriannya lebih luas daripada yang didaftarkan pada tabel IPA, termasuk [ɪ ʏ], [ɨ ʉ], dan (terkadang) vokal tengah depan. Terbukanya maupun tertutupnya suatu vokal tidak ditentukan melalui letak lidah, melainkan keterbukaan mulut atau rahang saat mengucapkannya. Vokal menaik dan menarik yang fonemik (yaitu pembedaannya penting dengan vokal lain) bisa saja didepankan pengucapannya karena adanya pengaruh konsonan tertentu, misalnya konsonan lelangit dan di beberapa bahasa yaitu konsonan hulu kerongkongan.
Misalnya, /a/ bisa saja didepankan pengucapannya menjadi [æ] setelah konsonan /j/ maupun /ħ/.[1]
Pengaruhnya pada konsonan sebelumnya
Dalam sejarah banyak bahasa, misalnya bahasa Prancis dan Jepang, vokal depan mereka telah mengubah pengucapan beberapa konsonan mereka menjadi konsonan lelangit atau lebih dekat dengannya. Perubahannya bisa saja bersifat alofonik (tidak begitu penting) ataupun fonemik (yaitu pembedaan atau kejelasan pengucapannya dengan konsonan yang mirip sangatlah penting dan dapat mengubah arti suatu kata jika salah diucapkan).
Pelelangitan ini tampak pada beberapa bahasa Eropa dari sistem penulisan mereka, misalnya pengucapan ⟨c⟩ dan ⟨g⟩ pada hampir semua bahasa Roman, pengucapan ⟨k⟩ dan ⟨g⟩ pada bahasa Norwegia, Swedia, Faroe dan Islandia, dan pengucapan ⟨κ⟩, ⟨γ⟩ dan ⟨χ⟩ pada bahasa Yunani Modern.
Rujukan
- ^ Scott Moisik, Ewa Czaykowska-Higgins, & John H. Esling (2012) "The Epilaryngeal Articulator: A New Conceptual Tool for Understanding Lingual-Laryngeal Contrasts"