Republik Demokratik Azerbaijan

Revisi sejak 4 Juli 2024 05.57 oleh WMWis (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 1 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Republik Demokratik Azerbaijan (Azerbaijan: Azərbaycan Xalq Cümhuriyyəti/Azərbaycan Demokratik Cümhuriyyəti) adalah republik demokratik dan sekuler pertama di dunia Muslim. Republik ini didirikan pada tanggal 28 Mei 1918, setelah jatuhnya kekaisaran Rusia yang dimulai dengan Revolusi Rusia tahun 1917. Kemerdekaannya dinyatakan oleh Dewan Nasional Azerbaijan di Tiflis.[4] Republik ini berbatasan dengan Rusia di utara, Republik Demokratik Georgia di barat-laut, Republik Demokratik Armenia di barat, dan Kekaisaran Persia di selatan. Luas negara ini secara kasar sekitar 120.000 km², dengan populasi 6 juta jiwa. Ganja merupakan ibu kota sementara republik ini karena Baku dikuasai oleh kaum Bolshevik.

Republik Demokratik Azerbaijan

آذربایجان خلق جومهوریتی
Azərbaycan Xalq Cümhuriyyəti
1918–1920
SemboyanBir kərə yüksələn bayraq, bir daha enməz!
Bendera yang sudah berkibar tidak akan pernah turun!
Peta Republik Demokratik Azerbaijan dari tahun 1918 sampai tahun 1920.
Peta Republik Demokratik Azerbaijan dari tahun 1918 sampai tahun 1920.
Ibu kotaBaku
Bahasa yang umum digunakanAzeri
PemerintahanRepublik parlementer
Perdana Menteri 
Ketua parlemen 
Era SejarahPeriode antar perang
• Kemerdekaan
28 Mei 1918
• Invasi Soviet
28 April 1920
Luas
1918[1][2]9.990.887 km2 (3.857.503 sq mi)
Penduduk
• 1918[3]
2862000
Mata uangManat
Kode ISO 3166AZ
Didahului oleh
Digantikan oleh
Republik Federatif Demokratik Transkaukasia
Kediktatoran Sentrokaspia
Republik Sosialis Soviet Azerbaijan
Sekarang bagian dari Azerbaijan
 Turki
 Armenia
 Georgia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Di bawah Republik Demokratis Azerbaijan, sistem pemerintahan berkembang, dengan parlemen terpilih berdasarkan perwakilan semesta, bebas, dan proporsional. Parlemen ini merupakan organ tertinggi kekuasaan negara dan dewan Menteri yang memegang tanggung jawab. Fatali Khan Khoyski menjadi perdana mentri pertama.[5] Di samping mayoritas nasionalis partai Musavat Azerbaijan, Ehrar, Ittihad, Muslim Sosial-Demokrat, ada juga perwakilan Armenia (21 dari 120 kursi[6]), Rusia, Polandia, Yahudi, dan minoritas Jerman.[7] Beberapa anggota mendukung ide Pan-Islamis dan Pan-Turkisme.[8]

Keberhasilan parlemen dalam memberikan hak memilih kepada kaum wanita membuat Azerbaijan menjadi negara Muslim pertama di dunia yang memberi wanita hak politik yang sama dengan pria.[6] Azerbaijan bahkan mendahului negara seperti Britania Raya dan Amerika Serikat. Pencapaian penting lainnya adalah didirikannya Universitas Negara Baku, yang merupakan universitas modern pertama yang pernah didirikan di Azerbaijan.

Etimologi

sunting

Nama Azerbaijan berasal dari kata Atropates, satrap (gubernur) Iran, yang menguasai daerah Azarbaijan Iran modern yang disebut Atropatene.[9] Nama Atropates dipercayai berasal dari akar kata Persia Kuno yang berarti "dilindungi oleh api."[10] Nama Atropates juga disebut di Frawardin Yasht yang tertulis dalam bahasa Avesta: âterepâtahe ashaonô fravashîm ýazamaide, yang diterjemahkan menjadi: 'Kami memuja Fravashi dari Atare-pata yang suci.[11]

Pendirian 1917-1918

sunting

Setelah Revolusi Februari, seperti banyak kaum minoritas etnis Transkaukasia, Azerbaijan mencoba memisahkan diri dari Rusia. Di provinsi dan distrik di mana orang Azerbaijan merupakan mayoritas, Dewan Nasional Muslim lokal didirikan. Revolusi Oktober yang menurunkan Tsar Nicholas II dari tahta Rusia menyebabkan terpisahnya Kaukasus selatan. Viceroyalti Kaukasus dihapuskan oleh Pemerintahan Sementara Rusia pada tanggal 18 Maret 1917, dan semua kekuasaan, kecuali di zona angkatan bersenjata aktif, dipercayakan kepada pemerintahan sipil yang disebut Komite Transkaukasus Khusus atau Ozakom (singkatan dari Osobyi Zakavkazskii Komitet, Особый Закавказский Комитет). Pada tanggal 27 Maret 1917, delegasi KTS berkumpul dan memilih komite pusat. Mammad Hasan Hajinski, Mammed Amin Rasulzade, Alimardan Topchubashev, Fatali Khan Khoyski, dan pendiri lainnya terpilih yang merupakan masa depan Republik Demokratik Azerbaijan.

Pembantaian 31 Maret-2 April terjadi di Baku dan Tbilisi, yang menjadi markas besar Pergerakan Nasional Azerbaijan. Setelah Republik Federatif Demokratik Transkaukasia jatuh pada tanggal 26 Mei 1918, dan tubuh pemerintahannya hancur, Faksi Azerbaijan dinamai menjadi Dewan Nasional Azerbaijan. Dewan ini segera mengambil fungsi parlemen dan menyatakan didirikannya Republik Demokratik Azerbaijan pada tanggal 28 Mei 1918. Dewan Nasional Azerbaijan mendapat perlawanan dari kaum ultra-nasionalis yang menuduh Dewan Nasional Azerbaijan terlalu condong pada sayap kiri. Dewan Nasional Azerbaijan sepenuhnya dibubarkan setelah dibukanya parlemen pada tanggal 7 Desember 1918.

Kebijakan

sunting

Meski hanya berdiri selama dua tahun, republik parlementer multi partai Azerbaijan dan koalisi pemerintah mampu mencapai beberapa hal dalam bangunan nasional dan negara, pendidikan, pembuatan angkatan bersenjata, keuangan bebas dan sistem ekonomi, pengakuan internasional sebagai negara de facto dan pengakuan de jure yang belum diputuskan, pengakuan resmi dan hubungan diplomasi dengan beberapa negara, persiapan konstitusi, hak asasi untuk semua, dan lain-lain. Hal ini merupakan dasar penting untuk merdekanya kembali Azerbaijan tahun 1991.

Politik dalam negeri

sunting

Kehidupan politik Republik Demokratik Azerbaijan didominasi oleh partai Musavat, pemenang pemilihan dewan konstituen tahun 1917. Parlemen pertama Republik ini dibuka pada tanggal 5 Desember 1918. Musavat memiliki 38 anggota di parlemen, yang terdiri dari 125 wakil, dan dengan beberapa partai Musavat bebas membentuk faksi terbesar. Republik ini diperintah oleh lima kabinet, semua dibenuk oleh koalisi antara Musavat dan partai lainnya, termasuk Blok Muslim Sosialis, Ehrar, dan Partai Muslim Sosial Demokrat. Partai Ittihad merupakan partai oposisi utama dan tidak ikut serta dalam pembentukan kabinet, kecuali anggotanya adalah Inspektur Jenderal dalam kabinet terakhir. Perdana Menteri tiga kabinet pertama adalah Fatali Khan Khoyski; perdana menteri dua kabinet yang terakhir adalah Nasibbek Usubbekov. Pembentukan kabinet selanjutnya ditugaskan ke Mammed Hasan Hajinski, tetapi ia tidak mampu membentuk kabinet, karena kekurangan waktu dan kurang dukungan mayoritas di parlemen, dan juga invasi Bolshevik. Ketua parlemen, Alimardan Topchubashev, diakui sebagai kepala negara. Ia mewakili Azerbaijan di Konferensi Perdamaian Versailles, Paris tahun 1919.

Politik luar negeri

sunting

Antara tahun 1918 dan 1920, Republik Azerbaijan memiliki hubungan diplomatik dengan beberapa negara. Perjanjian hubungan ditandatangani dengan beberapa negara; enam belas negara mendirikan kedutaan besarnya di Baku.[12] Pemerintah Republik Demokratik Azerbaijan selalu tetap netral dalam masalah Perang Saudara Rusia dan tidak pernah bersampingan dengan Merah maupun tentara Putih.

Pengakuan

sunting

Delegasi Azerbaijan mengikuti Konferensi Perdamaian Paris 1919. Ketika tiba di Paris, delegasi Azerbaijan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson, yang meminta:

1. Kemerdekaan Azerbaijan diakui
2. Asas Wilson diterapkan kepada Azerbaijan,
3. Delegasi Azerbaijan diperbolehkan ikut Konferensi Perdamaian Paris,
4. Azerbaijan dimasukan ke dalam Liga Bangsa-Bangsa,
5. Departemen Perang Amerika Serikat memberikan bantuan militer kepada Azerbaijan, dan
6. Didirikannya hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Republik Azerbaijan.[13]

Presiden Wilson memberi delegasi Azerbaijan audiensi, dan ia menunjukan sifat yang dingin dan tidak simpatik. Seperti yang dilaporkan delegasi Azerbaijan kepada pemerintahnya, Wilson menyatakan bahwa konferensi tidak ingin adanya pembagian dunia menjadi kepingan-kepingan kecil. Wilson menyarankan orang-orang Azerbaijan bahwa akan lebih baik untuk mereka agar bersatu dalam konfederasi, dan konfederasi untuk seluruh rakyat Transkaukasia akan memperoleh perlindungan dari beberapa kekuatan dengan basis mandat yang didapat oleh Liga Bangsa-Bangsa. Masalah Azerbaijan, seperti yang disimpulkan oleh Wilson, tidak dapat diselesaikan terlebih dahulu sebelum masalah Rusia secara umum selesai.[14]

Meskipun Wilson bersikap seperti itu, pada tanggal 12 Januari 1920, Allied Supreme Council mengakui secara de facto Azerbaijan, bersama dengan Georgia dan sebelum Armenia.[15] Bulletin d'information de l'Azerbaidjan menulis: "Dewan tertinggi mengakui secara de facto kemerdekaan republik Kaukasia: Azerbaijan, Georgia, dan Armenia. Delegasi Azerbaijan dan Georgia diberi tahu oleh M. Jules Cambon di Departemen Luar Negeri pada tanggal 15 Januari 1920".[16]

Selanjutnya, di House of Commons [Inggris], Sekretaris Luar Negeri Hamar Greenwood, ditanya mengenai tanggal pengakuan Georgia, Azerbaijan, dan Armenia, dan apakah "berdasarkan pengakuan semacam itu, perwakilan resmi telah dikirim, dan batas Republik Transkaukasia telah ditetapkan." [17] Hamar Greenwood menjawab:

"Instruksi yang dikirim kepada Komisaris Kepala Britania untuk pemerintah Georgia dan Azerbaijan yang diwakili oleh kekuasaan sekutu di dewan tertinggi sudah memutuskan untuk memberi pengakuan de facto kepada Georgia dan Azerbaijan, tetapi bahwa keputusan ini tidak menentukan masalah batas masing-masing negara..." Sudah tidak ada perubahan dalam perwakilan akibat pengakuan; seperti sebelumnya, Pemerintah punya Komisaris Kepala Britania untuk Kaukasus dengan Markas Besar di Tiflis, dan ketiga Republik mempunyai wakil tepercaya mereka di London..."[18]

Sekutu mengakui republik-republik Transkaukasia karena ketakutan mereka akan Bolshevisme, tetapi aktivitas mereka yang diarahkan melawan Bolshevisme, setidaknya di Transkaukasia, tidak lebih dari sekadar kata-kata, dengan yang paling kuat di antaranya adalah pengakuan 'status quo', demarkasi, dan daftar standar remonstransi (pemrotesan) diplomatik.[19]

Liga Bangsa-Bangsa

sunting

Sebagai akibat dari jatuhnya Republik Demokratis Azerbaijan pada tanggal 27-28 April 1920, pengakuan de jure dan keanggotaan di Liga Bangsa-Bangsa tidak disetujui pada tanggal 24 November 1920.[20]

Persia

sunting

Pilihan untuk menggunakan nama Azerbaijan, menyebabkan protes di Iran. Menurut Tadeusz Swietochowski:[21]

Walaupun proklamasi membatasi klaimnya ke utara wilayah Araxes, penggunaan nama Azerbaijan segera menyebabkan keberatan dari Iran. Di Teheran, muncul kecurigaan bahwa Republik Azerbaijan digunakan sebagai alat Utsmaniyah untuk memisahkan provinsi Tabriz dari Iran. Demikian pula, gerakan revolusioner nasional Jangali di Gilan, sementara menyambut baik kemerdekaan setiap negara Muslim sebagai "sumber kegembiraan," meminta di korannya jika pilihan nama Azerbaijan mengatakan secara tidak langsung hasrat republik baru untuk bergabung dengan Iran. Jika seperti itu, mereka mengatakan, sebaiknya diberitahukan secara jelas, jika tidak, orang Iran akan menolak untuk menyebut negara itu Republik Azerbaijan. Untuk menghilangkan ketakutan Iran, pemerintah Azerbaijan secara akomodatif akan menggunakan kata Azerbaijan Kaukasia di dokumennya untuk penyebaran di luar negeri.

Pada tanggal 16 Juli 1919, Dewan Menteri [Republik Demokratik Azerbaijan] mengangkat Adil Khan Ziatkhan, yang sampai saat itu menjabat sebagai Asisten Menteri Luar Negeri, wakil diplomatik Azerbaijan di Istana Raja dari para Raja Persia.[22] Delegasi Persia yang dikepalai oleh Seyed Ziaed-Din Tabatai datang ke Baku, untuk menegosiasikan transit, tarif, surat, adat-istiadat, dan persetujuan lainnya. Pidato dibuat di mana keterikatan bersama antara Azerbaijan Kaukasia dan Iran ditekankan.[23]

Masalah teritorial

sunting

Seperti negara lainnya di Kaukasus, tahun-tahun eksistensi awal Republik Demokratik Azerbaijan diganggu oleh permasalahan teritorial. Azerbaijan memiliki permasalahan teritorial dengan Republik Demokratik Armenia mengenai wilayah Nakhchivan, Nagorno-Karabakh, Zangezur (kini provinsi Armenia yang disebut Syunik), dan Qazakh. Azerbaijan juga bermasalah dengan Republik Demokratik Georgia mengenai wilayah Balakan, Zaqatala, dan Qakh. Republik Demokratik Azerbaijan juga mengklaim daerah Derbent milik Republik Kaukasus Utara Bergunung, tetapi Azerbaijan lebih gigih terhadap permasalahan teritorial dengan Armenia dan Georgia.

Perang Armenia-Azerbaijan

sunting

Kota Baku menjadi ibu kota Republik Demokratik Azerbaijan hanya pada September 1918 (sampai saat itu, pemerintah nasional Azerbaijan terlebih dahulu di Tblisi, lalu di Ganja); sebelumnya, kota ini dikuasai oleh berbagai golongan yang berbeda. Pada saat Revolusi Oktober, pemerintah Soviet lokal didirikan di Baku: yang disebut komune Baku (November 1917 - 31 Juli 1918). Komune dibentuk oleh 85 revolusionaris sosial dan revolusionalis sosial kiri, 48 Bolshevik, 36 Dashnak, 18 Musavatis dan 13 Menshevik. Stepan Shaumyan, seorang Bolshevik, dan Prokopius Dzhaparidze, seorang revolusionalis sosial kiri, dipilih sebagai kepala Dewan Komisioner Rakyat Komune Baku. Soviet Baku kala itu bermasalah dengan munculnya Federasi Transkaukasia dan mendukung pemerintah Bolshevik di kebanyakan bidang, kecuali perjanjian perdamaian dengan Kesultanan Utsmaniyah. Gencatan senjata yang tidak nyaman wujud di antara beberapa faksi yang berbeda, sampai Perjanjian Brest-Litovsk membongkar kelemahan koalisi.

Pada Maret 1918, ketegangan hubungan etnis dan religius meningkat dan konflik Armenia-Azerbaijan di Baku meletus. Partai Musavat dan Ittihad dituduh berpaham Pan-Turkisme oleh kaum Bolshevik dan sekutunya. Milisi Armenia dan Muslim mulai berkonfrontasi, sementara kaum Bolshevik mendukung Armenia. Semua kelompok politik non-Azerbaijan di kota bergabung dengan Bolshevik melawan kaum Muslim: Bolshevik, Dashnak, Revolusionaris Sosial, Mensheviks, dan bahkan Kadet yang anti-bolshevik berada pada sisi yang sama karena mereka semua bertempur "untuk Rusia". Karena menyamakan Azerbaijan dengan Turki Utsmaniyah, Dashnaks melakukan pembantaian di kota-kota Azerbaijan untuk membalas genosida Armenia di Kesultanan Utsmaniyah.[24][25] Akibatnya, sekitar 3.000 dan 12.000 Muslim terbunuh, yang kini disebut Hari-hari Maret.[26][27][28][29] Orang-orang Muslim diusir dari Baku, atau dipenjarakan. Pada saat yang sama, komune Baku ikut serta dalam pertempuran besar dengan pasukan Kaukasia Utsmaniyah Islam di sekitar Ganja. Pertempuran utama terjadi di Yevlakh dan Agdash, tempat Turki berbalik dan ditaklukan oleh pasukan Dashnak dan Rusia.[30]

Pada musim panas tahun 1918, Dashnak, bersama dengan kaum revolusioner sosialis dan Menshevik, mengusir kaum Bolshevik, yang menolak untuk meminta bantuan Britania Raya, dan mendirikan Kediktatoran Kaspia Sentro (1 Agustus 1918 - 15 September 1918). Kediktatoran Kaspia Sentro didukung oleh Britania Raya yang mengirim pasukan ekspedisi ke Baku untuk menolong Armenia dan Menshevik. 26 Komisaris Baku yang melarikan diri dari kudeta ditangkap oleh tentara Britania di Turkmenistan dan dihukum mati oleh pasukan penembak. Tujuan pasukan Britania (dipimpin oleh Mayor Jenderal Lionel Dunsterville, yang tiba dari Enzeli, Kekaisaran Persia, dengan 1.000 pasukan elit yang kuat) adalah untuk menguasai ladang minyak di Baku sebelum didahului pasukan Turki (Angkatan Bersenjata Islam) yang sedang bergerak ke arah Baku atau pasukan Jerman yang sedang berada di Georgia, dan untuk menghentikan konsolidasi Bolshevik di Kaukasus dan Asia Tengah.

Karena tidak mampu melawan pasukan Turki yang maju selama Pertempuran Baku, Dunsterville memerintahkan evakuasi kota pada tanggal 14 September, setelah enam minggu pendudukan, dan mundur ke Iran; kebanyakan populasi Armenia melarikan diri dengan pasukan Britania. Angkatan Bersenjata Islam Utsmaniyah dan sekutu Azerbaijannya, dipimpin oleh Nuri Pasha, memasuki Baku pada tanggal 15 September dan membantai sekitar 10.000 - 20.000 orang Armenia sebagai pembalasan pembantaian Muslim pada saat Hari-Hari Maret.[25][28][31] Ibu kota Republik Demokratik Azerbaijan dipindah dari Ganja ke Baku. Namun, setelah Gencatan Senjata Mudros antara Britania Raya dan Turki tanggal 30 Oktober, tentara Turki diganti oleh Sekutu Perang Dunia I. Jenderal Britania, W. Thomson, mengangkat dirinya sebagai gubernur militer Baku, 5.000 tentara negara persemakmuran tiba di Baku tanggal 17 November 1918. Jenderal Thomson memerintahkan untuk menetapkan darurat militer di Baku.

Pertempuran untuk eksistensi

sunting

Republik Demokratik Azerbaijan berada pada posisi yang sulit: dikurung dari utara oleh pasukan Denikin yang maju; Iran yang tidak bersahabat di selatan; pemerintah Britania Raya tidak bermusuhan, tetapi acuh terhadap usaha kaum Muslim. Jenderal Thomson tidak mengakui republik ini,[32] tetapi bersedia melakukan kerja sama.[32] Pada tanggal 25 April 1919, protes yang dilaksanakan oleh pekerja Talysh yang pro-Bolshevik terjadi di Lankaran dan memberhentikan pemerintahan teritorial Mughan, kediktatoran militer yang dipimpin oleh kolonel Rusia, Sukhorukov. Pada 15 Mei, kongres "Dewan Pekerja' dan Wakil Petani" distrik Lankaran memproklamasikan Republik Mughan Soviet. Pada pertengahan tahun 1919, situasi di Azerbaijan sedikit lebih stabil, dan pasukan Britania Raya meninggalkan Azerbaijan pada tanggal 19 Agustus 1919.

Hal ini menyebabkan Republik Demokratik Azerbaijan mengikuti kebijakan netral terhadap Perang Saudara Rusia. Pada 16 Juni 1919, Republik Demokratik Azerbaijan dan Georgia menandatangani pakta pertahanan melawan Tentara Putih pimpinan Jenderal Anton Denikin yang mengancam akan menyerang di perbatasan mereka. Denikin membuat pakta militer rahasia dengan Armenia. Republik Armenia dengan pasukannya membentuk korps ke-7 pasukan Denikin dan mendapat dukungan militer dari Gerakan Putih. Fakta ini menyebabkan meningkatnya ketegangan hubungan antara Republik Demokratik Azerbaijan dengan Armenia. Namun, perang tidak pernah terjadi karena pada Januari 1920, tentara Denikin seluruhnya ditaklukan oleh tentara Merah XI, yang nantinya mulai mengirim pasukannya ke perbatasan Azerbaijan.

Armenia dan Azerbaijan mulai terlibat dalam pertempuran di Karabakh untuk beberapa wilayah pada tahun 1919. Intensitas pertempuran meningkat pada Februari 1920, dan darurat militer diberlakukan di Karabakh, yang dipaksakan oleh tentara Nasional yang baru dibentuk, dipimpin oleh jenderal Samedbey Mehmandarov.

Sovietisasi Azerbaijan

sunting
 
Bendara Republik Sosialis Soviet Azerbaijan dari tahun 1920 sampai tahun 1921.

Pada bulan Maret 1920, Bolshevik berniat akan menyerang Baku yang sangat dibutuhkan. Vladimir Lenin menyatakan bahwa invasi ini diakibatkan oleh kurangnya minyak bagi Bolshevik agar dapat bertahan. Menurut opini di Moskwa, Bolshevik membantu kaum proletariat Baku dalam menggulingkan kaum "nasionalis kontra-revolusioner."

Setelah krisis politik utama, kabinet kelima Republik Demokratik Azerbaijan mengundurkan diri pada tanggal 1 April 1920. Pada 25 April 1920, Tentara Merah XI menyeberangi perbatasan Azerbaijan dan memasuki Baku pada 27 April. Mereka menuntut pembubaran parlemen (Majelis) Azerbaijan dan mendirikan pemerintahan Bolshevik sendiri yang dikepalai oleh Nariman Narimanov. Wakil diminta untuk menghindari perang, dan pada 28 April 1920, Republik Demokratik Azerbaijan secara resmi dinyatakan bubar. Tentara Merah mendapat perlawanan yang sangat kecil dari pasukan Azerbaijan di Baku, yang sibuk di front Karabakh. Berkat inisiatif Narimanov, pemerintah komunis pertama Azerbaijan hampir seluruhnya terdari dari orang pribumi Azerbaijan dari faksi kiri partai Hummat dan Adalat.[33]

Pada Mei 1920, terjadi pemberontakan Dalam perlawanan pendudukan pasukan XI Bolshevik di Ganja, yang merupakan usaha untuk mengembalikan Musavat ke dalam kekuasaan. Pemberontakan ini dapat diatasi oleh tentara pemerintah pada 31 Mei. Pemimpin Republik Demokratik Azerbaijan melarikan diri ke Georgia, Turki dan Iran, Karena takut ancaman dari Bolshevik, seperti Mammed Amin Rasulzade (yang nantinya diperbolehkan berimigrasi), atau dihukum mati (seperti Jenderal Selimov, Jendral Sulkevich, Jenderal Agalarov, dari jumlah total yang sekitar 20 jenderal),[34] atau dibunuh oleh kaum militan Armenia, seperti Fatali Khan Khoyski dan Behbudagha Javanshir.[35]Kebanyakan pelajar dan penduduk yang sedang bepergian ke luar negeri menetap di negara tersebut dan tidak pernah kembali lagi ke Azerbaijan. Figur militer Republik Demokratik Azerbaijan penting lainnya, seperti mantan Menteri Pertahanan, Jenderal Samedbey Mehmandarov dan wakil Menteri Pertahanan, Jenderal Ali-Agha Shikhlinski (yang dijuluki "Dewa Artileri" ) awalnya ditangkap, tetapi lalu dilepaskan dua bulan kemudian karena usaha Nariman Narimanov. Jenderal Mehmandarov dan Jenderal Shikhlinsky menghabiskan tahun terakhirnya Untuk mengajar di sekolah militer Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.

Akhirnya, "Orang Azerbaijan tidak menyerahkan kemerdekaan mereka yang pendek antara tahun 1918-20 dengan cepat atau mudah. Sekitar 20.000 orang tewas melawan penaklukan Bolshevik." [36] Namun, pendirian Republik Sosialis Soviet Azerbaijan akan lebih mudah karena mendapat beberapa dukungan rakyat Azebaijan dalam ideologi Bolshevik di Azerbaijan, secara khusus di antara para pekerja industri di Baku.[37]

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "93 years pass since establishment of first democratic republic in the east – Azerbaijan Democratic Republic". Azerbaijan Press Agency. Diakses tanggal May 28, 2011. 
  2. ^ Balayev, Aydin; Aliyarov, Suleiman; Jafarov, Jafar (1990). Азербайджанское национально-демократическое движение. 1917-1920 гг. Elm. hlm. 92. ISBN 5-8066-0422-5. 
  3. ^ Isgenderli, Anar (2011). Realities of Azerbaijan 1917-1920. Xlibris Corporation. hlm. 196. ISBN 1-4568-7953-7. 
  4. ^ Kazemzadeh, Firuz. "The Struggle For Transcaucasia: 1917-1921", The New York Philosophical Library, 1951, hal. 124.
  5. ^ La Chesnais, P.G. Les peuples de la Transcaucasie pendant la guerre et devant la paix, Paris, 1921, hal. 108-110.
  6. ^ a b Kazemzadeh, Firuz, open citation, hal. 222.
  7. ^ "Azerbaijan:History". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-15. Diakses tanggal 2007-12-07. 
  8. ^ Musavat Party (Azerbaijan)
    Pan-Turkism: From Irrendentism to Coopersation by Jacob M. Landau hal. 55
    On the Religious Frontier: Tsarist Russia and Islam in the Caucasus by Firouzeh Mostashari hal. 144
    Ethnic Nationalism and the Fall of Empires by Aviel Roshwald, page 100
    Disaster and Development: The politics of Humanitarian Aid by Neil Middleton and Phil O'keefe hal. 132
    The Armenian-Azerbaijan Conflict: Causes and Implications by Michael P. Croissant hal. 14
  9. ^ Historical Dictionary of Azerbaijan by Tadeusz Swietochowski and Brian C. Collins, ISBN 0-8108-3550-9 (diakses 7 Juni 2006).
  10. ^ The Azerbaijani Turks: Power and Identity under Russian Rule by Audrey Altstadt, ISBN 0-8179-9182-4 (diakses 7 Juni 2006).
  11. ^ FRAWARDIN YASHT ("Hymn to the Guardian Angels"). Diterjemahkan oleh James Darmesteter (Dari Sacred Books of the East, American Edition, 1898.).
  12. ^ Ministry of Foreign Affairs of Azerbaijan Diarsipkan 2008-10-07 di Wayback Machine..
  13. ^ Bulletin d'Information de l'Azerbaidjan, No. I, September 1, 1919, hal. 6-7
  14. ^ Report of the Delegation, No. 7, June, 1919, Fund of the Ministry of Foreign Affairs, Dossier No. 3, hal. 7, as cited in Raevskii, Английская интервенция и Мусаватское правительство, hal. 53
  15. ^ Prof. Avtandil Menteshashvili, "From the history of relations of Georgian democratic Republic with Soviet Russia and Entente". 1918-1921. Tbilisi State University: October 1989.
  16. ^ Bulletin d'information de l'Azerbaidjan, No. 7, January, 1920, hal. 1
  17. ^ Firuz Kazemzadeh. Struggle For Transcaucasia (1917-1921), New York Philosophical Library, 1951, hal. 269
  18. ^ 125 H.C.Debs., 58., February 24, 1920, hal. 1467.
  19. ^ Firuz Kazemzadeh. Struggle For Transcaucasia (1917-1921), New York Philosophical Library, 1951, hal. 270.
  20. ^ NKR Office in Washington
  21. ^ Tadeusz Swietochowski, Russia and Azerbaijan: A Borderland in Transition (New York: Columbia University Press, 1995. pg 69
  22. ^ "Внешняя политика контрреволюционных правительств в начале 1919-го года", Красный Архив, No. 6 (37), 1929, hal. 94.
  23. ^ Kazemzadeh, Firuz. open citation, hal. 229.
  24. ^ Michael P. Croissant. The Armenia-Azerbaijan Conflict: Causes and Implications, hal. 14. ISBN 0-275-96241-5
  25. ^ a b Tadeusz Swietochowski. Russia and Azerbaijan: A Borderland in Transition. ISBN 0-231-07068-3
  26. ^ Firuz Kazemzadeh, Ph.D. The Struggle For Transcaucasia: 1917-1921. ISBN 0-8305-0076-6
  27. ^ (Rusia) Michael Smith. Azerbaijan and Russia: Society and State: Traumatic Loss and Azerbaijani National Memory Diarsipkan 2011-03-10 di Wayback Machine.
  28. ^ a b Human Rights Watch. “Playing the "Communal Card": Communal Violence and Human Rights”
  29. ^ Michael G. Smith. Anatomy of a Rumour: Murder Scandal, the Musavat Party and Narratives of the Russian Revolution in Baku, 1917-20. Journal of Contemporary History, Vol. 36, No. 2 (Apr., 2001), hal. 211-240
  30. ^ "- Janapar di Janapar.org". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-14. Diakses tanggal 2007-12-15. 
  31. ^ Croissant. Armenia-Azerbaijan Conflict, hal. 15.
  32. ^ a b "Azerbaijan Democratic Republic". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-07. Diakses tanggal 2007-12-15. 
  33. ^ Richard Pipes. The Formation of the Soviet Union: Communism and Nationalism 1917-1923, pp 218-220, 229 (Cambridge, Massachusetts, 1997).
  34. ^ List of Azerbaijani Generals and Admirals, Military Leaders and Heroes, May 2006
  35. ^ "The Fate of some of the ADR Parliament Members", Azerbaijan International (7.3) Autumn 1999
  36. ^ Hugh Pope, "Sons of the conquerors: the rise of the Turkic world", New York: The Overlook Press, 2006, hal. 116, ISBN-10 1-58567-804-X
  37. ^ Svante Cornell. "Undeclared War-The Nagorno-Karabakh Conflict Reconsidered", Journal of South Asian and Middle Eastern Studies, vol. 20, no. 4, Fall 1997

Pranala luar

sunting