Pura Penataran Sasih
Pura Penataran Sasih adalah Pura penataran yang berjarak beberapa ratus meter dari Pura Pusering Jagat,[1] sebuah candi Hindu yang terletak di Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.[2] Pura Penataran Sasih pada ketinggian 207 mdpl, dan jika dilihat secara geografi, Pura ini berada pada titik koordinat 8°30’49.56” LS, 115°17’36.49” BT. Pura penataran sasih terdiri atas lima palebahan yaitu, Pura penataran sasih sebagai pura induk; Pura Taman Sari, Pura Ratu Pasek, dan Pura Bale Agung dibagian utara; dan Pura Ibu berada di Selatan. Pada Pura penataran sasih terdapat peninggalan sejarah berupa nekara perunggu yang disebut juga nekara pejeng yang dipercaya memiliki nilai simbolis magis yang sangat tinggi.[3]
Nama pura berasal dari Nekara Pejeng ini. Nekara pejeng merupakan salah satu cagar budaya yang menurut mitos dianggap sebagai bulan yang jatuh ke bumi dan menerangi daerah sekitarnya siang dan malam. Nekara pejeng berbentuk menyerupai "bedug" dengan tinggi 1,86 m. Nekara ini digunakan oleh masyarakat sebagai media meminta keselamatan dan kesejahteraan dan diletakkan disebuah bangunan utama yang disebut Pelinggih Ratu Bhetara Sasih. Selain nekara perunggu, di pura tersebut juga ditemukan peninggalan-peninggalan lain di bagian dalam Pura penataran sasih, seperti arca Ganesa, arca perwujudan Bhatara-Bhatari, arca Pendeta, arca Catur Kaya, arca Dwarapala, dan Lingga Yoni.[2] Selain terkenal akan peninggalan berupa nekara perunggu, Pura penataran sasih juga terkenal dengan tarian Sang Hyang Jaran. Tarian ini hanya dipentaskan jika terdapat upacara besar, seperti upacara ngenteg linggih dan caru balik sumpah. Tarian ini dibawakan oleh 4 penari yang ditunjuk langsung saat acara berlangsung. Para penari yang ditunjuk akan bergerak sesuai irama gending sanghyang tanpa sadar (kesurupan). Orang yang ditunjuk bisa warga sekitar ataupun warga dari luar Pejeng.[4]
Pura ini didirikan, menurut kronogram modern yang terpampang di pintu masuk, pada tahun 1266 M, dan berfungsi sebagai kuil negara Kerajaan Pejeng, 1293 - 1343 M.[5]
Mitos
suntingMenurut mitos yang beredar, nama Pura Penataran Sasih diambil dari salah satu nekara yang terdapat di Pura tersebut yaitu nekara pejeng. Nekara Pejeng mempunyai kedudukan yang penting,[6] Nekara perunggu pada masa lalu mempunyai beberapa fungsi penting, diantaranya adalah;
- Nekara Pejeng digunakan sebagai gendering perang
- Nekara Pejeng digunakan sebagai benda upacara yang mendatangkan hujan
- Nekara Pejeng digunakan dianggap sebagai lambang nenek moyang
- Nekara Pejeng digunakan sebagai kekuatan pelindung bagi masyarakat
Menurut masyarakat setempat, dahulu salah satu bulan dari 13 bulan yang berada di atas bumi yang jatuh dan tersangkut. Bulan tersebut memiliki sinar yang sangat terang pada malam hari sehingga para pencuri tidak dapat melakukan aksinya. Pada suatu hari para pencuri memutuskan untuk mengencingi bulan tersebut agar cahayanya hilang dan terjadilah ledakan. Pecahan dari bulan tersebut menjadi nekara perunggu yang terdapat pada Pura penataran sasih hingga saat ini. Sasih sendiri dalam bahasa Bali bermakna bulan.[2][3][4]
Galeri
sunting-
Pura di tahun 1957
-
Pura Penataran Sasih tahun 1993
-
Pura Penataran Sasih tahun 1993
-
Pura Penataran Sasih tahun 1993
-
Pura Penataran Sasih tahun 1993
-
Nekara Péjéng
Referensi
sunting- ^ "Pura Penataran Gianyar yang Memesona". pesona indonesia. Diakses tanggal 2020-03-17.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c Artanegara (18 Februari 2019). "Pura Penataran Sasih". INDONESIANA Platform Kebudayaan. Diakses tanggal 1 Desember 2019.
- ^ a b Darmada, A. "Pura Penataran Sasih". BabadBali.com. Diakses tanggal 2 Desember 2019.
- ^ a b Suyatra, I Putu (27 September 2017). "Pura Penataran Sasih, Tempat Mitos Bulan Jatuh dan Dikencingi Pencuri". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-14. Diakses tanggal 2 Desember 2019.
- ^ Robert Pringle (2004). A Short History of Bali: Indonesia's Hindu Realm. Allen & Unwin.
- ^ "Salinan arsip". www.pejeng.desa.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-06. Diakses tanggal 2020-03-28.