Tasifeto Timur, Belu

kecamatan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur
Revisi sejak 13 Agustus 2024 11.22 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (mengembangkan artikel)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Tasifeto Timur adalah sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 211,37 km2. Kecamatan Tasifeto Timur memiliki wilayah yang terbagi menjadi 12 desa dengan ibu kota di Dusun Wedomu, Desa Manleten. Wilayah Kecamatan Tasifeto Timur berbatasan dengan kecamatan lain di Kabupaten Belu dan berbatasan dengan negara Timor Leste.

Tasifeto Timur
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Timur
KabupatenBelu
Pemerintahan
 • CamatOnfinis Kote
Populasi
 • Total22,722 jiwa jiwa
Kode Kemendagri53.04.02 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS5306070 Edit nilai pada Wikidata
Luas211,00 km²
Kepadatan107 jiwa/km²
Desa/kelurahan12
Peta
PetaKoordinat: 9°7′41.05″S 124°58′56.57″E / 9.1280694°S 124.9823806°E / -9.1280694; 124.9823806

Kecamatan Tasifeto Timur dilalui oleh tiga sungai. Penduduk di Kecamatan Tasifeto Timur terdiri dari suku Kemak dan suku Bunak. Komoditas unggulan di Kecamatan Tasifeto Timur adalah kacang hijau. Penduduk Kecamatan Tasifeto Timur memperoleh air bersih dari Bendungan Haekrit. Di Kecamatan Tasifeto Timur terdapat 9 pos penjagaan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste.

Wilayah administratif

sunting

Lokasi dan luas wilayah

sunting

Kecamatan Tasifeto Timur termasuk salah satu kecamatan di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.[1] Wilayahnya berada di daratan Pulau Timor.[2] Luas wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 211,37 km2.[3] Persentase luas Kecamatan Tasifeto Timur terhadap luas Kabupaten Belu adalah 16,45%.[4] Jarak Kecamatan Tasifeto Timur dari ibu kota Kabupaten Belu sejauh 13 km.[5] Ibu kota Kecamatan Tasifeto Timur terletak di Dusun Wdomu dalam wilayah Desa Manleten.[butuh rujukan]

Pada tahun 2023, wilayah Kecamatan Tasifeto Timur telah terbagi menjadi 12 desa. Nama kedua belas desanya yakni: Fatuba’a, Dafala, Takirin, Manleten, Umaklaran, Tulakadi, Silawan, Sadi, Sarabau, Bauho, Halimodok, dan Tialai.[6] Desa-desa ini kemudian terbagi menjadi 90 rukun warga dan 195 rukun tetangga.[7] Nama-nama desa di Kecamatan Tasifeto Timur ialah:[butuh rujukan]

Perbatasan wilayah

sunting

Batas-batas wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah sebagai berikut:[butuh rujukan]

Utara Laut Sawu
Timur Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan dan Timor Leste
Selatan Kecamatan Tasifeto Barat dan Timor Leste
Barat Kecamatan Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Kecamatan Atambua Selatan dan Kecamatan Tasifeto Barat

Perbatasan negara

sunting

Kecamatan Tasifeto Timur termasuk salah satu kecamatan di Kabupaten Belu yang berbatasan darat dengan Timor Leste.[8] Titik batas darat antara negara Indonesia dan Timor Leste di Kecamatan Tasifeto Timur berada di Makam Faturokon dalam wilayah Desa Dafala.[9] Pintu perbatasan utama antara Indonesia dan Timor Leste terletak di Desa Silawan dalam wilayah Kecamatan Tasifeto Timur. Pintu perbatasan ini dinamakan Pintu Lintas Batas Motaain.[10]

Geografi

sunting

Kecamatan Tasifeto Timur dilalui oleh 3 sungai yaitu Sungai Baukama, Sungai Baukoek dan Sungai Motumoru. Panjang aliran Sungai Baukama yang melintasi wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 45 km. Panjang aliran Sungai Baukoek yang melintasi wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 10 km. Sedangkan Panjang aliran Sungai Motumoru yang melintasi wilayah Kecamatan Tasifeto Timur adalah 15 km.[11]

Demografi

sunting

Penduduk di Kecamatan Tasifeto Timur terdiri dari suku Kemak dan suku Bunak.[1][12] Suku Kemak menghuni Desa Umaklaran dan Desa Sadi. Bahasa yang dipertuturkan oleh suku Kemak adalah bahasa Kemak.[13]

Perekonomian

sunting

Komoditas unggulan

sunting

Kecamatan Tasifeto Timur merupakan salah satu sentra produksi kacang hijau di Kabupaten Belu. Penduduk Kecamatan Tasifeto Timur membudidayakan kacang hijau sebagai tanaman pangan. Pemilihan kacang hijau didasari oleh harga jual kacang hijau relatif stabil. Alasan lainnya ialah masa tanam dan masa panen kacang hijau termasuk singkat karena hanya sekitar 3 bulan. Kacang hijau dari Kabupaten Belu dijual dan dikirim ke Kota Surabaya.[14]

Infrastruktur

sunting

Di Kecamatan Tasifeto Timur telah dibangun sebuah bendungan bernama Bendungan Haekrit. Pembangunan Bendungan Haekrit ditujukan sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan air minum dan pertanian bagi penduduk Kabupaten Belu. Pembangunan Bendungan Haekrit dimulai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010. Biaya pembangunan Bendungan Haekrit adalah Rp. 35.111.432.000.[15]

Keamanan negara

sunting

Di Kecamatan Tasifeto Timur terdapat 9 pos penjagaan perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Nama-namanya ialah Wenabahi, Salore, Asulait, Alibete, Mahin, Fatubesi, Dafala, Lookeu, dan Fatubesi. Pos Penjagaan Wenabahi terletak di Desa Silawan. Pos Penjagaan Salore terletak di Desa Tulakadi. Pos Penjagaan Asulait dan Pos Penjagaan Alibete terletak di Desa Sarabau. Pos Penjagaan Mahin terletak di Desa Baudauk. Satu Pos Penjagaan Fatubesi di Desa Takirin dan satu lagi bernama sama di Desa Fohoeka. Pos Penjagaan Dafala terletak di Desa Dafala. Sedangkan Pos Penjagaan Lookeu terletak di Desa Lookeu.[16]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Hidayah, Zulyani (2015). Ensklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 173. ISBN 978-979-461-929-2. 
  2. ^ Bria 2023, hlm. 3.
  3. ^ Bria 2023, hlm. 6.
  4. ^ Hidayat 2023, hlm. 9.
  5. ^ Hidayat 2023, hlm. 10.
  6. ^ Bria 2023, hlm. 11.
  7. ^ Bria 2023, hlm. 14.
  8. ^ Wuryandari 2014, hlm. 302.
  9. ^ Mulyawan 2015, hlm. 90.
  10. ^ Mulyawan 2015, hlm. 91.
  11. ^ Mulyawan 2015, hlm. 61.
  12. ^ Melalatoa, M. Junus (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L - Z. Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya. hlm. 525. 
  13. ^ Markhamah, Sabardila, A., dan Haryanti, D. (2018). Teori Linguistik: Beberapa Aliran Linguistik. Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 281. 
  14. ^ Wuryandari 2014, hlm. 73-74.
  15. ^ Wahyudi, A. R., Suryandari, D., dan Nababan, M. L. (2014). Kawasan Strategis Nasional Perbatasan. Pusat Kajian Strategis, Kementerian Pekerjaan Umum. hlm. 155. ISBN 978-602-73911-09. 
  16. ^ Mulyawan 2015, hlm. 93-94.

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting