Kisaprida
Cisaprid merupakan suatu agen gastroprokinetik, yaitu obat yang meningkatkan pergerakan atau kontraksi dari lambung dan usus. Obat ini digunakan untuk mengobati gejala seperti kembung yang disebabkan kembalinya asam lambung ke esofagus. Obat dijual di bawah nama dagang Prepulsid (Janssen-Ortho) dan Propulsid (di Amerika Serikat). Obat ini ditemukan oleh Janssen Pharmaceutica pada tahun 1980. Di banyak negara, telah ditarik dari pasar atau memiliki indikasi yang terbatas.
Nama sistematis (IUPAC) | |
---|---|
(±)-cis-4-amino-5-chloro-N-(1-[3-(4-fluorophenoxy)propyl]-3-methoxypiperidin-4-yl)-2-methoxybenzamide | |
Data klinis | |
Nama dagang | Prepulsid, Propulsid |
AHFS/Drugs.com | FDA Professional Drug Information |
MedlinePlus | a694006 |
Kat. kehamilan | B1(AU) |
Status hukum | Harus dengan resep dokter (S4) (AU) POM (UK) ? (US) |
Rute | oral (tablets), suspension |
Data farmakokinetik | |
Bioavailabilitas | 30-40% |
Ikatan protein | 97.5% |
Metabolisme | hepatic CYP3A4, intestinal |
Waktu paruh | 10 hours |
Ekskresi | renal, biliary |
Pengenal | |
Nomor CAS | 81098-60-4 |
Kode ATC | A03FA02 |
PubChem | CID 2769 |
Ligan IUPHAR | 240 |
DrugBank | DB00604 |
ChemSpider | 2667 |
UNII | UVL329170W |
KEGG | D00274 |
ChEMBL | CHEMBL1729 |
Data kimia | |
Rumus | C23H29ClFN3O4 |
Massa mol. | 465.945 g/mol |
SMILES | eMolecules & PubChem |
|
Penggunaan medis
Pada pasien dewasa, cisaprid digunakan untuk mengatasi gangguan motilitas saluran cerna, khususnya gastroparesis dan refluks esofagitis. Pada pasien anak-anak, digunakan untuk gastroesophageal reflux yang berat, apabila terapi lain tidak berhasil.
Di banyak negara, obat telah ditarik atau memiliki indikasi yang terbatas karena laporan dari efek samping sindrom perpanjangan interval QT, yang dapat menyebabkan aritmia. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengeluarkan surat peringatan kepada dokter,[1] dan cisaprid telah sukarela dihapus dari pasar AS pada 14 Juli 2000. Penggunaannya di Eropa juga terbatas. Obat dilarang di India dan di Filipina pada tahun 2011.[2] It was banned in India and in the Philippines in 2011.[3]
Farmakologi
Mekanisme aksi
Cisaprid merupakan antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna dengan cara meningkatkan tekanan sfingter esofagus bagian bawah dan meningkatkan bersihan asam esofagus.
Kontraindikasi
- Pasien hipersensitif atau intoleransi terhadap cisaprid.
- Pasien dengan penyakit organik seperti perdarahan lambung atau usus, obstruksi mekanik atau perforasi.
- Penggunaan bersama dengan obat lain yang dapat menginhibisi enzim sitokrom P450 3A4 yang memetabolisme cisaprid seperti antifungi azole (flukonazol, mikonazol, itrakonazol, ketokonazol), antibiotik makrolida (eritromisin, klaritomisin), HIV protease inhibitor (indinavir, ritonavir), nefazodon.
- Penggunaan bersama dengan obat yang dapat memperpanjang interval QT dan meningkatkan risiko aritmia, seperti antiaritmia (kelas IA seperti kuinidin dan prokainamid; kelas III seperti sotalol), antidepresan trisiklik (amitriptilin), antidepresan tetrasiklik (maprotilin), antipsikotik (fenotiazin), astemizol, sparfloksasin.
Peringatan dan perhatian
Telah dilaporkan terjadi aritmia jantung yang serius pada pasien yang diobati dengan cisaprid, meliputi takikardi ventrikular, fibrilasi ventrikular, torsades de pointes dan perpanjangan interval QT. Beberapa kasus yang terjadi adalah fatal.
Kasus-kasus tersebut terjadi pada:
- pasien yang menggunakan cisaprid bersama dengan obat lain yang dapat menginhibisi enzim cytochrome P450 3A4 yang memetabolisme cisapride, seperti antifungi azole, antibiotik makrolida, HIV protease inhibitor.
- pasien dengan faktor risiko, seperti pasien dengan riwayat perpanjangan interval QT, aritmia ventrikular, penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif, gangguan ginjal, gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia) dan gangguan pernapasan.
- pasien yang menggunakan cisaprid bersama dengan obat-obat yang dapat memperpanjang interval QT dan meningkatkan risiko aritmia, seperti antiaritmia, antidepresan trisiklik, fenotiazin, astemizol dan sparfloksasin.
Setiap 2 minggu pemakaian harus dilakukan evaluasi oleh dokter.
Pasien dengan atau yang diduga mempunyai faktor risiko aritmia jantung berikut ini, sebaiknya dievaluasi secara hati-hati sebelum menggunakan cisaprid:
- Riwayat penyakit jantung termasuk aritmia ventrikular yang serius, atrioventricular block (derajat II atau III), disfungsi sinus node, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik.
- Riwayat keluarga yang mengalami kematian mendadak (sudden death).
- Gangguan ginjal, terutama dialisis kronis.
- Penyakit obstruksi paru kronik dan gangguan pernapasan.
- Faktor risiko untuk gangguan elektrolit, seperti pada pasien yang menggunakan diuretik hemat kalium, yang dikaitkan dengan pemberian insulin pada keadaan akut atau pasien dengan muntah dan/atau diare yang persisten.
Pada pasien seperti di atas harus dilakukan EKG, pemeriksaan elektrolit serum (kalium dan magnesium) dan fungsi ginjal, sebagai bagian dari evaluasinya. Cisaprid sebaiknya hanya digunakan dibawah pengawasan dokter, dimana harus dipertimbangkan risiko terhadap manfaat yang diperoleh. Hati-hati pada pasien dimana peningkatan motilitas gastrointestinal dapat membahayakan. Obat sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, pertimbangkan manfaat dibandingkan risiko terhadap janin. Walaupun cisaprid diekskresikan didalam ASI dengan jumlah kecil, sebaiknya ibu tidak menyusui bayi ketika menggunakan obat ini.
Efek samping
- Pusing, muntah, faringitis, nyeri dada, lelah, nyeri punggung, depresi, dehidrasi dan mialgia.
- Dapat terjadi kram abdominal, borborigmus dan diare.
- Hipersensitivitas: ruam, pruritus, urtikaria, angioedema, bronkospasme.
- Pada kasus yang jarang, telah dilaporkan abnormalitas fungsi hati dengan atau tanpa kolestasis, hiperprolaktinemia yang menyebabkan ginekomastia dan galaktorea (<0,1%), convulsive seizure, efek ekstrapiramidal.
- Pernah dilaporkan: sinus tachycardia arrythmia, termasuk ventricular tachycardia, ventricular fibrillation dan perpanjangan QT
Interaksi obat
- Penggunaan cisapride bersama dengan obat lain yang dapat menginhibisi enzim sitokrom P450 3A4 yang memetabolisme cisaprid, seperti aantifungi azole (flukonazol, mikonazol, itrakonazol, ketokonazol), antibiotik makrolida (eritromisin, klaritomisin), HIV protease inhibitor (indinavir, ritonavir), nefazodon, dapat meningkatkan kadar cisaprid dalam darah.
- Penggunaan cisaprid bersama dengan obat antiaritmia (kelas IA seperti kuinidin dan prokainamid; kelas III seperti sotalol), antidepresan trisiklik (amitriptilin), antidepresan tetrasiklik (maprotilin), antipsikotik (fenotiazin), astemizol, sparfloksasin dapat meningkatkan risiko aritmia dan memperpanjang interval QT.
- Pasien yang mendapat obat antikoagulan, waktu koagulasi dapat meningkat. Untuk itu dianjurkan untuk mengukur waktu koagulasi selama beberapa hari setelah dimulai atau berhenti pengobatan dengan cisaprid dan menyesuaikan dosis antikoagulan jika perlu.
- Absorpsi simetidin, ranitidin dapat dipercepat bila diberikan bersamaan dengan cisaprid. Pemberian simetidin bersamaan dengan cisaprid juga akan meningkatkan kadar puncak plasma dan biovailabilitas cisaprid.
- Pemberian bersama dengan antikolinergik akan mengantagonis efek cisapride terhadap motilitas saluran cerna.
Overdosis
Gejala overdosis seperti tremor, konvulsi, dispnea, kehilangan gerakan ke kanan, katalepsi, katatonia dan diare dapat dilakukan pengobatan dengan cara pengosongan lambung atau arang aktif.
Referensi
- ^ "Propulsid (cisapride) Safety Information". Diakses tanggal 2011-07-14.
- ^ Maclennan, S; Augood, C; Cash-Gibson, L; Logan, S; Gilbert, RE (Apr 14, 2010). "Cisapride treatment for gastro-oesophageal reflux in children". The Cochrane database of systematic reviews (4): CD002300. doi:10.1002/14651858.CD002300.pub2. PMID 20393933.
- ^ "Drugs banned in India". Central Drugs Standard Control Organization, Dte.GHS, Ministry of Health and Family Welfare, Government of India. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-21. Diakses tanggal 2013-09-17.