Kerak telor

salah satu jenis camilan garing
Revisi sejak 20 November 2024 14.40 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (Membatalkan 2 suntingan oleh Bernad12 (bicara) ke revisi terakhir oleh Swarabakti)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kerak telur adalah makanan asli daerah Jakarta (Betawi), dengan bahan-bahan beras ketan putih, telur ayam atau bebek, ebi (udang kering yang diasinkan), ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, kunyit,sereh halus, merica butiran, garam dan gula pasir. Kerak telor dapat ditemukan pada hari biasa. Anda bisa menemukan kerak telor di sekitar Kota Tua, Jakarta Barat. Menurut sejarah, Kerak Telor sudah ada dari zaman kolonial Belanda, kerak telor diciptakan oleh masyarakat Betawi secara tak sengaja Pada tahun 1920-an.[1]Makanan ini cukup digemari oleh banyak sekali masyarakat Betawi.

Kerak telor
JenisCamilan
Tempat asalIndonesia
Daerahjabodetabek
Hidangan nasional terkaitIndonesia
Bahan utamaTelur ayam atau bebek, beras ketan putih, Serundeng, ebi, cabai, kencur, jahe, sereh, merica, garam dan gula
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Penjual yang sedang membuat kerak telor

Sejarah

sunting

Kerak telor diciptakan pada tahun 1920-an dari hasil percobaan sekelompok masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Berawal dari buah kelapa yang berlimpah di daerah tersebut, masyarakat Betawi pun mencoba mengolah kelapa tersebut menjadi beragam aneka makanan. Pada saat itu Gubernur Jakarta Ali Sadikin mulai mempromosikan makanan khas Betawi tersebut. Dalam perkembangannya, kerak telor mulai sering dijumpai setiap harinya di beberapa kawasan di Kota Jakarta. Pada tahun 1970-an, masyarakat Betawi pun mulai menjajakan camilan tersebut ke sekitaran Monumen Nasional (Monas). Pada saat itu banyak masyarakat Betawi mulai memanfaatkan tumbuhan kelapa yang ada di jakarta sebagai bahan dasar makanan tradisional Betawi seperti soto Betawi, nasi uduk, hingga kerak telor itu sendiri. Pada zaman penjajahan Belanda, kerak telor menjadi makanan yang mahal dan hanya bisa disantap oleh masyarakat kalangan atas. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi mulai memberanikan diri untuk menjajakan kerak telor dengan harga terjangkau, agar dapat dinikmati oleh semua kalangan.

makna dari kerak telor adalah kepemimpinan yang berada di atas perbedaan sifat individu yang berada di bawahnya. Perbedaan individu tersebut kemudian disatukan oleh sang pemimpin yang dicerminkan oleh telur yang menyatukan semua rempah dan bumbu.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Fimela.com. "Sejarah Kerak Telor, Omelete Khas Jakarta yang Gurih". fimela.com. Diakses tanggal 2019-10-21. 

Pranala luar

sunting