Cao Zhang
Cao Zhang (189?[1]–1 Agustus 223), nama kehormatan Ziwen, berjulukan "Si Janggut Kuning" adalah seorang pangeran negara Cao Wei pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok. Ia merupakan seorang putra dari Cao Cao, seorang penguasa yang bangkit kekuatannya pada masa akhir Dinasti Han dan membangun pondasi negara Wei. Cao Zhang diceritakan pernah memburu dan membunuh binatang dengan tangannya sendiri. Ia mengabdi sebagai jenderal perang dibawah ayahnya, memimpin pasukannya untuk menjaga perbatasan dari serangan barbar suku Wuhuan di utara kekaisaran.[2]
Latar belakang
Putra kedua dari empat putra Cao Cao dari Nyonya Bian, Cao Zhang dikenal menggemari memanah dan bela diri pada masa pemudanya sampai ia bisa membunuh binatang buas tanpa alat apapun. Walaupun Cao Cao sering mengkritiknya karena kurangnya kegiatan akademis, Cao Zhang ingin mengejar karir militer. Sekali saat Cao Cao mengirimnya ke universitas kekaisaran, Cao Zhang mengeluh kepada para pembantunya, menyatakan bahwa "pria sejati seharusnya bisa mengkomando sebuah resimen tentara untuk mencetak namanya sendiri dibandingkan menjadi seorang Doktor (博士)".[3]
Karir militer
Saat suku Wuhuan di utara memberontak pada 218, Cao Zhang yang memegang posisi Jenderal Rumah Tangga Utara, bertindak atas wewenang Jenderal Kavaleri Tegas (驍騎將軍), memimpin pasukan 1.000 infanteri dan beberapa ratus kavaleri dari pemerintah pusat untuk menekan pemberontakan.[4] Sebelum ia berangkat, Cao Cao menasehatinya, "Di rumah, kita adalah ayah dan anak, namun kita adalah atasan dan bawahan saat diberikan tugas: hukum akan berlaku langsung jika kamu membuat kesalahan apapun. Ingatlah hal ini". Ketika Cao Zhang tiba di medan perang, pasukannya belum bergabung dengan pemerintah setempat seperti yang direncanakan. Kalah jumlah dengan musuh, Cao Zhang mengambil sikap pasif dan mempertahankan jalur dan rute penting. Para pemberontak tidak mendapatkan keuntungan dan bubar. Cao Zhang kemudian memimpin pasukannya untuk mengejar, menunjukkan keberanian besar dalam pertempuran berikutnya.[5] Cao Zhang secara pribadi berperang melawan tentara musuh dari jarak dekat dan menembak jatuh banyak penunggang kuda musuh dengan panah. Beberapa anak panah tertanam di baju besinya pada akhir pertempuran setengah hari yang panjang.[6] Walaupun penolakan dari bawahannya, Cao Zhang memerintah pasukannya untuk mengejar musuh setelah kemenangan awal. Salah satu stafnya keluar dan mengingatkannya bahwa perintah Cao Cao adalah agar tentara tidak boleh melintasi yurisdiksi Dai,[7] dan pengejaran lebih lanjut dilarang keras, namun Cao Zhang menyatakan bahwa seorang jenderal yang baik tidak mengikuti perintah yang membosankan, dan mengancam menghukum mati kepada yang tidak ikut mengejar musuh; maka mereka melakukan pengejaran musuh selama 24 jam melawan kavaleri Wuhuan, dan menang telak yang menyebabkan kematian beberapa ribu pasukan musuh. Kepala suku Xianbei Kebineng membawa 10,000 pasukan untuk mengamati pertempuran antara Wuhuan dan Cao Zhang. Setelah melihat kemenangan Cao Zhang yang begitu gemilang, Kebineng menghadap Cao Zhang dan tunduk kepadanya. Kerusuhan di perbatasan utara berhasil diamankan oleh Cao Zhang.
Ayahnya, Cao Cao mengalami kesulitan saat melawan Liu Bei di Hanzhong. Maka Cao Zhang bergegas pergi membantu ayahnya. Setibanya di Chang'an, Cao Zhang menerima berita bahwa ia telat membantu ayahnya karena Cao Cao memerintah seluruh pasukannya untuk mundur dan mereka sudah kalah perang. Cao Cao kemudian mempromosikan putranya menjadi Jenderal Kavaleri Elit (越騎將軍) dan meninggalkannya untuk mempertahankan Chang'an dari kemungkinan serangan Liu Bei.
Menurut catatan tidak resmi yang ditulis oleh Wang Jia pada masa Dinasti Jin, Cao Zhang pernah menyatakan bahwa ia menjinakkan seekor gajah putih dari Nanyue yang dikirim oleh Sun Quan dari Dong Wu.[8] Tindakannya memukau hadirin yang melihatnya.[8]
Di Kisah Tiga Negara
Luo Guanzhong di Kisah Tiga Negara kemungkinan besar membesar-besarkan ketegangan antara Cao Zhang dengan kakaknya, Cao Pi tidak lama setelah ayahnya, Cao Cao, meninggal. Namun harus diingat kembali bahwa Kisah Tiga Negara adalah sebuah novel yang mendramatisasi peristiwa yang terjadi saat Zaman Tiga Negara.
Cao Pi, putra sulung Cao Cao yang masih hidup dan ahli warisnya yang sah, naik menggantikan almarhum ayahnya. Namun tidak lama kemudian, Cao Pi menerima berita bahwa Cao Zhang membawa sebanyak 100,000 tentara dari Chang'an menuju ke Luoyang. Cao Pi merasa ketakutan dan merasa bahwa Cao Zhang ingin merebut kekuasaan darinya dengan kekuatan tentara yang ia miliki.
Penasihat Cao Pi, Jia Kui kemudian bersukarela pergi menuju ke kamp tentara Cao Zhang untuk membujuknya untuk berhenti. Jia Kui menyambut Cao Zhang didepan kota dan menanyakannya apakah ia datang sebagai orang yang berkabung atau ingin mengambil kekuasaan. Cao Zhang menjawab bahwa ia datang untuk berkabung tanpa motif tersembunyi. "Jika itu jawabanmu, lalu kenapa bawa tentara?" Jia Kui bertanya lagi. Cao Zhang kemudian memerintah pasukannya untuk tunggu diluar kota dan ia masuk seorang diri. Saat kedua saudara itu saling bertatap muka, keduanya berpelukan dan merasa terharu. Cao Zhang memberikan kekuasaan militernya kepada Cao Pi dan kembali ke wilayah kekuasaannya. Pemerintahan Cao Pi aman dalam segi militer setelah itu.
- ^ Cao Zhang lebih muda dibandingkan Cao Pi (lahir 187) tetapi lebih tua dari Cao Zhi (lahir 192). Usianya tidak dicatat saat ia meninggal
- ^ de Crespigny (2007), hlm. 50.
- ^ (丈夫一為衛、霍,將十萬騎馳沙漠,驅戎狄,立功建號耳,何能作博士邪?) Sanguozhi vol. 19.
- ^ (夏四月,代郡、上谷烏丸無臣氐等叛,遣鄢陵侯彰討破之。) Sanguozhi vol. 1.
- ^ (临发,太祖戒彰曰:‘居家为父子,受事为君臣,动以王法从事,尔其戒之!’彰北征,入涿郡界,叛胡数千骑卒至。时兵马未集,唯有步卒千人,骑数百匹。用田豫计,固守要隙,虏乃退散。) Sanguozhi, vol.19
- ^ (彰追之,身自搏战,射胡骑,应弦而倒者前后相属。战过半日,彰铠中数箭,..) Sanguozhi, vol. 19
- ^ (又受節度,不得過代,不可深進) Cao Cao's order was that Cao Zhang's force was restricted to retain within the domain of Dai Commandery, and that a pursuit into deep territory of foreign tribes was prohibited.
- ^ a b Jia, Wang. 拾遺記/卷七. Wikisource.