Liotironin
Liotironin adalah bentuk hormon tiroid [[triiodotironina (T3) yang diproduksi pabrik. Obat ini paling sering digunakan untuk mengobati hipotiroidisme dan koma miksedema. Obat ini dapat diminum atau disuntikkan ke pembuluh darah.[1]
Nama sistematis (IUPAC) | |
---|---|
natrium (S)-2-amino-3-[4-(4-hidroksi-3-iodofenoksi)-3,5-diiodofenil]propanoat | |
Data klinis | |
Nama dagang | Cytomel, Tertroxin, dll |
AHFS/Drugs.com | monograph |
MedlinePlus | a682462 |
Data lisensi | US Daily Med:pranala |
Kat. kehamilan | ? |
Status hukum | POM (UK) |
Rute | Oral, intravena |
Data farmakokinetik | |
Ikatan protein | 99,7% |
Waktu paruh | 2,5 hari |
Pengenal | |
Nomor CAS | 6893-02-3 |
Kode ATC | H03AA02 |
PubChem | CID 16218759 |
Ligan IUPHAR | 2634 |
DrugBank | DB00279 |
ChemSpider | 17346129 |
UNII | 06LU7C9H1V |
ChEBI | CHEBI:6484 |
ChEMBL | CHEMBL1201119 |
Data kimia | |
Rumus | C15H11I3NNaO4 |
SMILES | eMolecules & PubChem |
|
Efek samping dapat terjadi akibat dosis yang berlebihan. Efek sampingnya dapat berupa penurunan berat badan, demam, sakit kepala, kecemasan, kesulitan tidur, aritmia, dan gagal jantung. Penggunaan obat ini pada kehamilan dan menyusui umumnya aman.[2][1] Tes darah rutin dianjurkan untuk memverifikasi ketepatan dosis yang diminum.[1]
Liotironin disetujui untuk penggunaan medis pada tahun 1956.[1] Obat ini tersedia sebagai obat generik.[2]
Kegunaan dalam medis
Liotironin dapat digunakan ketika terjadi gangguan konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer. Dosis liotironin untuk hipotiroidisme lebih rendah daripada levotiroksin karena merupakan obat sintetis yang lebih terkonsentrasi.[1] Sekitar 25 μg liotironin setara dengan 100 μg levotiroksin.[2]
Pada kanker tiroid atau penyakit Graves, terapi ablasi dengan yodium radioaktif (131I) dapat digunakan untuk membuang sisa jaringan tiroid yang mungkin tersisa setelah tiroidektomi (pengangkatan kelenjar melalui pembedahan). Agar terapi 131I efektif, sisa jaringan tiroid harus rentan terhadap yodium, yang dicapai dengan meningkatkan kadar TSH orang tersebut. Untuk pasien yang mengonsumsi levotiroksin, TSH dapat ditingkatkan dengan menghentikan levotiroksin selama 3–6 minggu. Periode penghentian hormon yang panjang ini diperlukan karena waktu paruh biologis levotiroksin yang relatif panjang, dan dapat mengakibatkan gejala hipotiroidisme pada pasien. Waktu paruh liotironina yang lebih pendek memungkinkan periode penghentian selama dua minggu, yang dapat meminimalkan gejala hipotiroidisme. Salah satu protokolnya adalah menghentikan levotiroksin, kemudian meresepkan liotironin saat kadar T4 menurun, dan akhirnya menghentikan liotironin dua minggu sebelum pengobatan yodium radioaktif.[3]
Liotironin juga dapat digunakan untuk koma miksedema karena onset aksinya yang lebih cepat jika dibandingkan dengan levotiroksin.[4] Penggunaan untuk pengobatan obesitas tidak direkomendasikan.[1]
Depresi
Menambahkan liotironin ke antidepresan trisiklik tampaknya bermanfaat, terutama pada wanita.[5] Algoritma yang dikembangkan dari uji coba STAR*D merekomendasikan liotironin sebagai pilihan ketika orang telah gagal dengan dua pengobatan antidepresan.[6]
Kehamilan
Hormon tiroid ditransfer secara minimal ke janin atau plasenta, namun hingga Oktober 2014, penelitian belum menunjukkan adanya efek samping pada janin. Ibu dengan hipotiroidisme harus terus menjalani terapi penggantian hormon tiroid selama kehamilan untuk menghindari efek samping.[7][8]
Menyusui
ASI mengandung hormon tiroid dalam jumlah rendah, jadi penting untuk berhati-hati saat menyusui saat mengonsumsi liotironin.[7]
Lansia
Orang lanjut usia harus memulai dosis liotironin yang lebih rendah.[9] Konsentrasi plasma T3 pada populasi ini menurun sebesar 25% hingga 40%. TSH harus dipantau secara rutin karena ada risiko penyakit jantung koroner, hipertiroidisme, dan pengeroposan tulang yang berlebihan akibat penggantian tiroid yang tidak memadai atau abnormal.[7]
Kontraindikasi
Efek samping
Farmakologi
Masyarakat dan budaya
Referensi
- ^ a b c d e f "Liothyronine Sodium Monograph for Professionals". Drugs.com. Diakses tanggal 27 February 2019.
- ^ a b c British National Formulary: BNF 76 (edisi ke-76). Pharmaceutical Press. 2018. hlm. 757. ISBN 9780857113382.
- ^ "Thyroid Cancer (Papillary and Follicular)". American Thyroid Association. Diakses tanggal 25 December 2016.
- ^ Klubo-Gwiezdzinska J, Wartofsky L (March 2012). "Thyroid emergencies". The Medical Clinics of North America. 96 (2): 385–403. doi:10.1016/j.mcna.2012.01.015. PMID 22443982.
- ^ Altshuler LL, Bauer M, Frye MA, Gitlin MJ, Mintz J, Szuba MP, et al. (October 2001). "Does thyroid supplementation accelerate tricyclic antidepressant response? A review and meta-analysis of the literature". The American Journal of Psychiatry. 158 (10): 1617–22. doi:10.1176/appi.ajp.158.10.1617. PMID 11578993.
- ^ Gaynes BN, Rush AJ, Trivedi MH, Wisniewski SR, Spencer D, Fava M (January 2008). "The STAR*D study: treating depression in the real world". Cleveland Clinic Journal of Medicine. 75 (1): 57–66. doi:10.3949/ccjm.75.1.57 (tidak aktif 12 November 2024). PMID 18236731.
- ^ a b c "Liothyronine (Lexi-Drugs)". LexiComp. Retrieved 29 October 2014.
- ^ Montalvo JM, Wahner HW, Mayberry WE, Lum RK (August 1973). "Serum triiodothyronine, total thyroxine, and thyroxine to triiodothyronine ratios in paired maternal-cord sera and at one week and one month of age". Pediatric Research. 7 (8): 706–11. doi:10.1203/00006450-197308000-00006 . PMID 4200034.
- ^ Cytomel (Liothyronine Sodium) Drug Information: Warnings and Precautions - Prescribing Information at RxList, retrieved on 29-October-2014