Vlad Ţepeş

Si penyula berasal dari Rumania
Revisi sejak 5 Mei 2010 13.11 oleh 01Raina (bicara | kontrib) (cabut inuse)

Vlad III, Pangeran Wallachia (c. 1431 – Desember 1476), dikenal sebagai Vlad Ţepeş diucapkan [ˈvlad ˈt͡sepeʃ]) atau Dracula (dalam Bahasa Indonesia seringkali diubah menjadi Drakula), adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476.[1]

Vlad III Drakula
Pangeran Wallachia
Potret Vlad III
Berkuasa1448; 1456–1462; 1476
AyahVlad II Dracul
IbuPutri Cneajna dari Moldavia

Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah[2] dan hukuman kejam yang ia berlakukan pada musuh-musuhnya.[3][4]

Vlad III terkenal karena menginspirasi nama karakter vampir pada novel Bram Stoker tahun 1897, Drakula.[5][6][7]

Masa muda

Vlad dilahirkan pada bulan November atau Desember 1431 di benteng Schäßburg, Transilvania, Kerajaan Hongaria di Rumania sekarang.[1][7] Ayahnya, Vlad II adalah gubernur militer di Transylvania.[1][4] Ia diangkat oleh Raja Honggaria, Sigismund dan dijadikan anggota dari orde naga (dalam bahasa Rumania Dracul berarti Naga).[1][7] Vlad III yang mewarisi gelar ayahnya otomatis disebut Draculea atau Anak Naga.[1][4] Dalam bahasa Inggris, Draculea menjadi Dracula.[1][7] Sedangkan ibunya adalah seorang putri dari Moldavia.[1]

Dua tahun setelah kelahiran Dracula, pasukan Turki telah berhasil menyebrangi Sungai Danube dan siap menyerang daerah kekuasaan Raja Sigismund.[1][7] Raja pun memerintahkan Vladd II untuk maju berperang.[1][4][7] Dengan kesabaran Vlad II akhirnya dapat merebut takhta Wallachia.[1][4][7] Ia hanya memerintah selama tujuh tahun sebelum akhirnya Turki Utsmaniyah datang menyerang.[1][4] [7]Vlad II sadar ia tidak akan menang lalu menetralkan diri menghadari utusan Turki Utsmaniyah.[1][4] Hal ini membuat Raja Sigismund marah.[1][4][7] Ia mengusir Vladd II dan mengantikannya dengan Janos Hunyadi.[1][4][7]

Setahun kemudian Vlad II kembali ke Wallachia dan merebut takthanya dengan bantuan Turki Utsmaniyah.[1][4][7] Sebagai jaminan kesetiaannya ia mengirim dua puteranya, Dracula dan Radu ke Turki.[1][4] Saat itu Dracula muda berusia 11 tahun.[1]

Sebagai Tawanan di Turki

Dracula sendiri menganut agama Katolik sesuai agama orang tuanya.[1] Berbeda dengan saudaranya, Radu akhirnya memeluk agama Islam sewaktu di Turki.[1][4] Dracula sendiri demi politik agar tidak didiskriminasi memeluk Islam selama berada di Turki.[1] Disana ia banyak sekali mempelajari teknik-teknik perang dari pasukan Turki Utsmaniyah.[1][4]

Konon bibit kejam ia dapatkan dari Wallachia.[1] Kekejaman di kota itu adalah pemandangan sehari-hari.[1] Ia membawa kekejaman itu dan memumpuk dendam sewaktu di Turki dan menunggu saatnya membalas dendam.[1] Ia pun suka membunuh binatang kecil tak berdaya jika tidak dapat melampiaskan kekejamannya.[1]

Kembali ke Wallachia

Dracula dibebaskan pada tahun 1448 M oleh Turki Utsmaniyah.[1][4] Alasannya adalah karena ayahnya, Vlad II dan pamannya Mircea telah wafat.[1] Pada umur 17 tahun, ia ditugaskan untuk merebut kembali Wallachia dari Kerajaan Hungaria.[1][7] Ia berhasil walau satu bulan kemudian kembali kalah dari Janos Hunyadi.[1][4][7] Janos Hunyadi kemudian menempatkan bawahannya Vladislav II di takhta Wallachia.[1][4][7] Selama tiga tahun Dracula diasingkan ke Moldavia.[1][4][7] Pada tahun ketiga Pangeran Bigdan Moldavia terbunuh dan memaksa Dracula untuk melarikan diri.[1][4]

Sementara itu di Wallachia, Vladislav II pun mengkhianati Janos Hunyadi dan bergabung dengan Turki Utsmaniyah.[1] Hal ini membuka jalan Dracula untuk mendekati Janos Hunyadi.[1] Janos Hunyadi pun mempercayai Dracula dengan alsan bahwa anak itu memikili pengetahuan yang banyak tentang Turki Utsmaniyah.[1][4] Keduanya ternyata memiliki banyak kesamaan karena ternyata keduanya adalah tipe pemimpin Machiavelli yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan.[1][4]

Janos Hunyadi akhirnya menempatkan Dracula di benteng Sibiu di barat daya Transilvania.[1] Saat itu terjadilah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmaniyah, tanda kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik dalam Perang Salib.[1][7] Pada tahun kematian Janos Hunyadi, Dracula berhasil menggempur Vladislav II di Wallachia dan berhasil merebut takhta Wallachia yang ia rasa sebagai haknya.[4]

Masa pemerintahan

Hal pertama yang Dracula lakukan sebagai penguasa adalah melakukan reformasi dengan cara menyula (impale).[8] Sula sendiri adalah metode pembunuhan dengan dengan cara menusukkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut.[8][7] Orang-orang pertama yang menjadi korbannya adalah para bangsawan di Wallachia.[8][4] Sebelum kedatangan Dracula, para bangsawan itu adalah penguasa Wallachia.[8][4] Penguasa takhta Wallachia hanyalah boneka belaka.[8] Setelah pembunuhan para bangsawan serta keluarganya, Dracula membagikan tanah-tanah bangsawan kepada petani kecil yang setia padanya.[8] Para bangsawan yang selamat segera melarikan diri atau bungkam setelah kejadian itu.[8] Ia kemudian dikenal dengan nama Vlad Ţepeş atau Vlad Sang Penyula.[4]

Semenjak itu ia memperketat semua peraturan di Wallachia untuk menjamin pemerintahannya.[8][4] Ia memberlakukan hukuman berat bagi pelaku kejahatan, ini tentunya membuat Wallachia menjadi daerah yang aman karena orang-orang takut akan hukuman-hukuman berat tesebut.[8][4]

Benteng Poenari

Dracula memusatkan semua pemerintahannya di Benteng Poenari.[8] Benteng ini dibangun dari keringat para pangeran dan keluarganya yang ditawan pada hari Paskah.[8] Hari itu semua dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan kasar membangun kastil setelah diberi jamuan besar-besaran.[1] Beberapa pangeran yang melawan ditangkap dan disula di tempat.[8]

Benteng ini akhirnya dikepung oleh Radu yang menyerang atas perintah Sultan Mehmed II.[8][7] Radu adalah panglima perang sekaligus anggota dari kesatuan Yanisari, orde yang dibentuk untuk menandingi Orde Naga (Dracul).[8][4]

Malam sebelum penyerangan, seorang hamba Dracula yang dikirim bersamanya ke Turki dan saat itu melayani Radu, memanahkan pesan agar tuannya kabur.[8] Istri Dracula yang menerimanya.[8] Istrinya segera memberitahu agar Dracula segera melarikan diri.[8] Dracula menolak dan bersikeras bertahan.[8] Istrinya tidak mau menjadi tahanan perang maka ia melompat dari kamar tidurnya dan jatuh di anak Sungai Arges.[8] Sekarang sungai itu diberi nama Sungai Permaisuri (Răul Doamnei).[8] Ternyata diketahui setelahnya bahwa saat istrinya melompat bunuh diri, Dracula justru melarikan diri lewat lorong rahasia.[8]

Masa Pengasingan

Dari benteng Poenari, Dracula melarikan diri ke arah barat menuju daerah Brasov.[9] Ia segera menemui raja Hongaria yang baru yaitu Matthias Corvinus.[9][7] Sesampainya disana ia bukannya dijamu malahan dijadikan tawanan.[9] Ia ditempatkan sebagai tahanan di Istana Visegard. [9] Disini kebiasaannya menyiksa binatang kecil kembali kambuh.[9] Penjaga Istana Visegard enggan bertemu jika tidak mempunyai keperluan.[9]

Untuk memuaskan keluarga kerajaan Dracula masuk agama Katolik.[9][7] Ia pun dipindahkan ke vila di areal kerajaan.[9] Disana ia bertemu Ilona Szilagy, seorang perempuan kemenakan Raja Matthias.[9][4][7] Setelah resmi menikah ia mengabdi pada Raja Matthias selama 13.[9][4][7] Pada bulan Juli 1375 M ia kembali menyerang Wallachia dengan bantuan Pangeran Stephen Bathory dari Transilvania dan Pangeran Stephen The Great dari Moldavia, memasuki masa pemerintahan kedua.[9] Saat itu pula Randu, saudaranya telah meninggal karena terkena penyakit syphilis.[7] Pemerintahan di Wallachia dipegang oleh Basarab, seorang anggota dinasti Danesti.[7]

Masa pemerintahan kedua

Masa pemerintahan kedua ini hanya berlangsung satu tahun karena setelah berhasil Stephen meninggalkan Dracula, mengurangi banyak dari total pasukan yang menggempur Wallachia.[9][7] Ia banyak menghabiskan waktunya di Gereja Snagov.[9] Sehari-hari ia hanya mengikuti misa dan berbincang dengan kepala biara.[9] Ia pun sempat bertanya apakah dosanya dapat diampuni.[9] Ia pun berpesan agar dikuburkan di gereja itu.[1] Kali ini kekejamannya hampir hilang sama sekali.[9] Ia hanya merenung dan memikirkan segala yang telah ia lakukan.[9]

Kematian

Di saat kekuasaan Dracula mulai memudar, Perang Salib justru sedang berkobar.[10] Sultan Mehmed II memimpin pasukan Turki Utsmaniyah menggempur Eropa Barat.[10] Dracula ditugaskan untuk menyambut pasukan musuh.[10] Kali ini Dracula meninggalkan Wallachia dengan menitipkan anak dan istrinya di Transilvania.[10] Kepergiannya tidak mendapat dukungan rakyat.[1] Rakyat seolah tak peduli ada peperangan di luar sana.[10]

Ia pun memimpin pasukan yang terhitung kecil ke Danau Snagov yang akhirnya berhadapan dengan musuh.[10] Pada bulan Desember tahun 1476 akhirnya ia meninggal dunia dalam perang itu.[10][4][7]

Legenda Kematian Dracula

Dracula punya banyak musuh.[10] Itulah yang mendasari sebuah legenda bahwa ia dibunuh oleh prajuritnya sendiri.[10] Konon diantara prajurit-prajuritnya terdapat pembunuh bayaran dari lawan-lawan Dracula.[10][7] Musuhnya pun mencari celah agar dapat membunuh Dracula di saat lengah.[10]

Versi lain mengatakan bahwa ia dibunuh seorang prajurit Turki Utsmaniyah yang menyamar sebagai pelayan.[10] Sultan Mehmed II telah membentuk unit khusus bernama Yanisari yang tujuan utamanya adalah membunuh Dracula.[10] Pada saat menjelang kematiannya, salah seorang Yanisari berhasil menyusup dan membunuh Dracula di saat sedang istirahat.[10]

Ia pun konon meninggal terbunuh oleh prajuritnya sendiri karena berpakaian seperti prajurit Turki Utsmaniyah.[10] Padahal Dracula menyamar untuk memasuki pertahanan musuh.[10]

Bagaimanapun terbunuhnya Dracula, semua mengarah pada satu akhir.[10] Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Kontantinopel sebagai bukti.[10][7] Mayat Dracula akhirnya ditemukan di tepian Danau Snagov oleh biarawan Snagov.[10] Mereka membawanya ke Gereja Snagov sesuai permintaannya.[10][7]

Sang Vampir

Vlad III tak ayal identik dengan hasil karya literatur vampir berjudul Dracula oleh pengarang Irlandia, Bram Stoker.[6] Banyak yang berspekulasi tentang mengapa Bram Stoker memilih nama Dracula sebagai peran antagonis di novelnya.[6] Ada yang mengatakan bahwa itu semua adalah cara dunia barat mengaburkan kekejamannya kepada korban-korbannya.[11] Pada sebuah penelian oleh Raymond McNally dan Radu Florescu dari Boston College di Massachusetts berjudul "In Search of Dracula" menyatakan bahwa Dracula didasarkan dari karakter kejam Vlad III.[6] Tapi pada sebuah penelitian ilmiah terkini oleh Professor Elizabeth Miller dari Universitas Newfoundland di Kanada semua terjawab lewat catatan-catatan Bram Stoker.[6]

Pada penelitian itu Professor Miller mengumpulkan semua catatan selama hidup Bram Stoker dan menemukan fakta bahwa Bram Stoker menemukan nama Dracula dari buku William Wilkerson berjudul An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia.[6]Pada catatan itu ditemukan bahwa Bram Stoker meminjam buku itu dari Perpustakaan Whitby di Inggris Utara.[6] Kontras dengan pandangan tentang pengaburan kekejamannya, Bram Stoker sama sekali tidak tahu-menahu tentang kekejaman Vlad III.[6]

Dracula sendiri selama hidupnya tidak pernah meminum darah layaknya vampir.[12] Bahkan musuh bebuyutannya Kesultanan Utsmaniyah pun tidak pernah menyebut Dracula sebagai makhluk penghisap darah tersebut.[12]

Vlad di mata dunia

Rumania

Bagi rakyat Dracula adalah seorang pahlawan nasional.[12] Ini terjadi karena usahanya menjaga Wallachia dari serangan musuh Kesultanan Utsmaniyah.[12] Bahkan kekejamannya pada para bangsawan adalah cara Dracula menstabilitasi negara dan menggulingkan kekuasaan bangsawan itu kepada rakyat kecil.[12]

Pada sebuah cerita tentang Piala Emas Dracula, ia menaruh sebuah piala emas di tengah kota untuk menjaga kejujuran rakyatnya.[8] Piala itu berisi air dimana semua orang boleh meminumnya tapi tidak boleh memindahkan dan membawa piala tersebut.[8] Ini adalah cara Dracula mengajarkan kejujuran rakyatnya yang dipandang bijaksana oleh rakyat Rumania.[12]

Jerman dan Eropa Barat

Di Jerman dan negara Eropa Barat lainnya Dracula dipandang sebagai tirani berdarah dingin.[12] Konon ia menyula lebih dari 500 pedagang Jerman dalam sebuah penyerangan di Transilvania.[12] Hal ini membuat orang Jerman dan Eropa Barat saat itu membenci kekejaman Dracula.[12]

Kesultanan Utsmaniyah atau Turki

Sebagai musuh utama Dracula, Kesultanan Utsmaniyah tentu membenci Dracula.[13] Ia pernah membantai prajurit Kesultanan Utsmaniyah di Tirgoviste, membakar pemuda pelajar Turki di Wallachia, memaku topi utusan Kesultanan Utsmaniyah yang lupa melepas topi[6], menyula 30.000 pedagang Turki.[13]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.35-36, 41-47. Yogyakarta: Navila Idea
  2. ^ Count Dracula's Legend
  3. ^ Vlad III (ruler of Walachia)
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.50-62. Avon: F+W Media
  5. ^ Encyclopedia Britannica
  6. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.68-70. Avon: F+W Media
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac (Inggris)Porter, Ray. THE HISTORICAL DRACULA: VLAD III TEPES, 1431-1476. Georgetown University IBM VM Mainframe (30 April 1992)
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.53-57, 60. Yogyakarta: Navila Idea
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.69-74. Yogyakarta: Navila Idea
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.147-156. Yogyakarta: Navila Idea
  11. ^ Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.173. Yogyakarta: Navila Idea
  12. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.62-66. Avon: F+W Media
  13. ^ a b Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.104,107,110-114,117. Yogyakarta: Navila Idea

Pranala luar

Templat:Link FA