Toksisitas logam adalah tercemarnya tubuh manusia yang diakibatkan oleh racun dari logam secara berlebihan.[1] Peristiwa ini disebabkan oleh ion logam bebas dalam fasa terlarut yang masuk ke dalam tubuh manusia.[2] Ion logam tersebut dapat berikatan atau membentuk kompleks inaktif dengan elektron yang tak dapat digunakan pada sisi aktif dari berbagai enzim, pengambilan substrat, dan proses metabolik lainnya.[2]

Pembentukan dan Penggunaan Logam

Pada umumnya, logam dan metaloid terdapat di alam dalam bentuk batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara. Kadar dalam tanah, air, dan udara rendah.[3] Kadar ini dapat meningkat bila ada aktivitas geologi dan aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang menggunakan 25.000-125.00 ton merkuri setahun, sangat mempengaruhi toksisitas logam.[3] Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di bidang industri, pertanian, dan kedokteran.[3] Contohnya, merkuri yang digunakan dalam industri kloralki sebagai katode dalam elektrolisis garam pada air untuk menghasilkan klorin dan natrium hidroksida.[3] Kedua bahan ini, merupakan bahan mentah yang penting dalam industri kimia. Timbal digunakan dalam baterai dan industri kabel.[3] Tetapi, penggunaan berbagai senyawa timbal sebagai insektisida, zat tambahan bahan bakar, dan pigmen dalam cat sudah mulai diberhentikan.[3] Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran membutuhkan bahan yang kuat, tahan karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium dan jenis logam lain.[3] Sebagian jenis logam merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi.[3] Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.[3] Penambangan dan peleburan dilakukan untuk memasok kebutuhan ini.[3] Aktivitas tersebut menyebabkan meningkatnya kadar logam di lingkungan.[3] Aktivitas manusia ini telah mencemari lingkungan, berpengaruh terhadap pekerja di pabrik, dan juga terhadap konsumen yang menggunakan produk-produk berbahan logam.[3]

Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas Logam

  • Tingkatan konsumsi dan banyaknya logam di alam

Umumnya, makin tinggi kadar logam yang terdapat di alam, makin tinggi pula efek keracunan yang ditimbulkan oleh logam tersebut.[4] Contohnya, kadmium dalam satu dosis tunggal dan besar dapat menginduksi gangguan saluran pencernaan. Asupan kadmium yang berjumlah lebih kecil dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.

  • Bentuk kimia

Senyawa anorganik merkuri berpengaruh pada ginjal, sedangkan senyawa metil merkuri dan etil merkuri akan berpengaruh pada susunan saraf. Pada saat ini, senyawa merkuri bersifat lipofitik, sehingga meracuni darah dan otak. Senyawa tetra etil timbal juga dapat mempengaruhi susunan saraf.

Berbagai kompleks protein - logam dibentuk dalam tubuh. Contohnya, kompleks protein-logam yang dibentuk dengan timbal, bismut, dan merkuri-selenium secara mikroskopik dapat terlihat sebagai badan inklusi dalam sel yang tercemar logam. Besi dapat bergabung dengan protein untuk membentuk feritin yang bersifat larut dalam air atau hemosiderin yang tidak larut dalam air. Kadmium dan beberapa logam lain, seperti tembaga dan zink bergabung dengan metalotionein, suatu protein dengan bobot molekul rendah. Kompleks protein kadmium (Cd) tidak begitu beracun, jika dibandingkan dengan Cd2+. Tetapi, dalam sel tubulus ginjal, kadmium-metalotionein melepaskan Cd2+ dan menyebabkan keracunan.

  • Faktor usia dan berat badan

Pada orang yang usianya muda,seperti anak-anak, biasanya lebih rentan diserang keracunan logam daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena kepekaan dan tingkat penyerapan dalam saluran pencernaan pada mereka lebih besar. Selain itu, pada anak-anak yang mempunyai berat badan sangat kecil, lebih mudah diserang oleh racun logam. Faktor-faktor diet yang menyebabkan defisiensi protein, vitamin C, dan vitamin D dapat meningkatkan keracunan logam. Logam timbal dan merkuri, dapat melintasi plasenta dan mempengaruhi janin. Dari penelitian, ditemukan bayi yang terkena racun logam dalam kandungan ibunya, akan dipengaruhi secara berlebihan daripada ibunya.

Efek Toksik

Toksisitas atau efek toksik suatu bahan kimia dapat didefinisikan sebagai potensi bahan kimia untuk meracuni tubuh orang yang terpapar[5]. Potensi bahan kimia untuk dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan tergantung terutama pada toksisitas bahan kimia tersebut dan besarnya paparan[5]. Toksisitas merupakan sifat dari bahan kimia itu sendiri, sedangkan paparan tergantung dari cara bahan tersebut digunakan, misalnya bahan itu dipanaskan, disemprotkan atau dilepaskan ke lingkungan kerja[5]. Tetapi dalam menilai bahaya, perlu diperhitungkan juga kerentanan orang yang terpapar, yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, dan status gizi[5]. Logam merupakan kelompok toksikan yang unik[6]. Logam ditemukan menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisiokimia, biologis, atau akibat aktivitas manusia[6]. Toksisitas logam dapat berubah drastis bila bentuk kimianya berubah[6]. Di dunia, terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi[6]. Logam berat terdiri dari [6]:

  1. Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut dapat menimbulakn efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, dan Mn.
  2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik. Contohnya Hg, Cd, Pb, dan Cr.


Referensi

  1. ^ (Inggris) Toksisitas Logam, jgsawhealth. Diakses pada 18 Mei 2010.
  2. ^ a b Gandjar, Indrawati. Prosiding Seminar Nasional Biologi XV, Jilid 2. 2009. Jakarta. Perhimpunan Biologi Indonesia. ISBN 979-8287-17-7. Hal 4.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) Bondy, S.C., and Prasad, K.N.(1988). Metal Neurotixcity. Boca Raton, Fla : CRC Press. Page 347.
  4. ^ (Inggris) Chou, I.N (1989). Metal Neurotixcity. Distinct cytoskeletel injuries induced by As, Cd, Co, Cr, and Ni compounds. Biomed. Environ. Sci. Page 358-365.
  5. ^ a b c d Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.Drs. Damin Sumardjo.EGC. ISBN 979-448-902-6, 9789794489024
  6. ^ a b c d e Tinjauan literatur analisa air: bahan logam berat beracun.Jusni Djatin, Muhartoyo.Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1986.20 Agustus 2008

Pranala luar