Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson (bahasa Inggris: paralysis agitans, Parkinson disease) adalah penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan pada tahun 1817 (An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson.

Penyakit Parkinson
Ilustrasi penderita Parkison oleh Sir William Richard Gowers dari buku A Manual of Diseases of the Nervous System tahun 1886
Informasi umum
SpesialisasiNeurologi Sunting ini di Wikidata


dengan adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot.

Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.

Penyebab

Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.

Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.

Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.

Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.

Gejala

Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan.

Pada banyak penderita, pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.

Pada sepertiga penderita, tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.

Penderita mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.

Penderita mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.

Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.

Diagnosa

Diagnosa ditegakkan gejala-gejalanya.


Parkinson Disease atau biasa disebut Parkinson selama ini dikenal sebagai penyakit yang menyerang orang usia lanjut. Namun, penyakit yang ditemukan pada 1817 oleh dr James Parkinson ini juga menyerang usia muda. Sebut saja Jeni Susilowati yang kini berusia 48 tahun. Dia terkena Parkinson sejak umur 25 tahun. Jeni merupakan pasien Parkinson termuda yang mejalani perawatan di RSU dr Soetomo (cerita tentang Jeni baca bagian lain halaman ini, red).

Selain Jeni, di Driyorejo, Gresik, satu keluarga juga terkena Parkinson pada usia relatif muda. Sang ayah memilih pensiun dini dari TNI AL pada usia 45 tahun karena penyakit ini. Ternyata, kedua putrinya juga mengidap penyakit yang sama. Bahkan, putri pertama meninggal pada usia 45 tahun, tiga tahun setelah Parkinsonnya parah.

Rata-rata serangan Parkinson terhadap keluarga di Driyorejo itu mulai terjadi sejak usia 40 tahun. “Kalau mau salaman, tangannya bergerak ke sana ke mari,” tutur tetangga penderitaParkinson ini di Surabaya, Kamis (5/2).

Namun, pasien Parkinson yang dirawat di RS rata-rata memang berusia di atas 60 tahun. Di RS Haji Surabaya pada 2007 tercatat 84 pasien dan 85 pasien pada 2008. Di RS Siloam Surabaya tercatat 33 pasien pada 2007 dan 22 pasien selama 2008. Di RS Al-Irsyad hanya 3 pasien pada 2007 dan 2 pasien pada 2008. Di RSU dr Soetomo pada 2007 tercata 130 pasien dan meningkat pada 2008 dengan 25-30 pasien per bulan.

Mengapa Parkinson menyerang usia muda? ”Rata-rata Parkinson menyerang pada usia 60 tahun, tapi pada orang bisa menyerang orang yang lebih muda bila mereka mengalami trauma otak dan yang memiliki bakat Parkinson,” tutur dr Linardi Widjaya SpS(K), dokter yang praktik di RS Siloam Surabaya, Kamis (5/2).

Linardi menjelaskan, penyebab Parkinson adalah kerusakan neuron, unit terkecil pada otak yang berperan meneruskan pesan dari otak ke syaraf sebelum pesan sampai ke anggota tubuh lainnya, atau sebaliknya. Komunikasi antarneuron terjadi dengan bantuan zat cair yang disebut neurotransmitter yang meloncat dari satu neuron ke neuron lain.

Untuk gerak motoris, jelas dr Linardi, neurotransmitter yang dipakai adalah Dopamin dan Acetyl-Cholin. Pada otak sehat, jumlah keduanya seimbang sehingga gerak motoris mulus.

Dopamin sebagian besar dibuat oleh sekelompok neuron yang disebut substantia nigra yang berada di basal ganglia (di bagian bawah atau dasar otak).”Nah, kerusakan substantia nigra inilah yang mendasari munculnya penyakitParkinson,” jelas dr Linardi.

Gejala Parkinson

Orang dengan Parkinson mempunyai tanda bahwa substantial nigranya (bagian otak yang menghasilkan dopamin, noradrenalin, dan serotonin) rusak atau kering. Akibatnya, otak kehilangan kemampuan memproduksi bahan kimia tersebut.

Parkinson dimulai dengan gangguan kecil seperti Bradykinesia (gerak melambat), resting tremor yang khas, rigidity (otot kaku), kesulitan melangkah (gait disturbance). Namun, kadang-kadang ada yang dimulai dengan depresi (rasa susah), instabilituy (mudah jatuh). Selain itu, juga ada gejala nonmotorik seperti kemunduran intelektual secara progresif (dementia), kesulitan tidur, gelisah, dan berbagai mimpi buruk.

”Juga adanya perubahan emosi seperti penakut, mudah tersinggung, tidak percaya diri dan rasa sedih, gangguan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), serta kegelisahan seksual,” ungkap dr Linardi.

Kebanyakan orang dengan Parkinson, lanjut Linardi, tak mempunyai penyebab spesifik. Namun beberapa di antaranya dapat disebabkan karena keturunan, toksin/racun, trauma kepala, dan penyakitParkinson drug-incuded. Untuk keturunan, sejumlah mutasi genetic yang spesifik penyebab penyakit Parkinson telah ditemukan, termasuk dalam populasi tertentu ( Contursi, Italia) dan terdapat dalam suatu kasus minoritas penyakit Parkinson.

”Seseorang yang menderita Parkinson kemungkinan mempunyai keluarga yang juga mempunyai penyakit Parkinson. Namun bagaimana pun, hal ini tidak berarti bahwa penyakit tersebut telah diteruskan secara genetik,” jelasnya.

Racun yang diduga sangat kuat dan bisa menyebabkan Parkinson adalah pestisida dan transition-series logam seperti mangan atau besi. Selain itu, Anipsychotics yang digunakan untuk penyembuhan penyakit kejiwaan dapat mempengaruhi gejala penyakitParkinson akibat penurunan aktivitas dopaminergic.

On-Off

”Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak,” kata dr Linardi.

Dia menambahkan, penderita Parkinson dengan gejala yang sudah jelas tidak perlu dirawat di rumah sakit. “Banyak terapi yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit Parkinson,” katanya.

Selain mengonsumsi obat-obatan, sebagian besar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh di klinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor, dan hambatan lainnya. Tidak hanya terapi fisik, terapi suara juga dibutuhkan untuk “kekacauan suara” yang diakibatkanParkinson, yakni dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT) untuk meningkatkan volume suara. Share |

Pengobatan

Menyusul ditemukannya kinom pada manusia, kinase protein telah menjadi prioritas terpenting kedua pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi oleh molekul ligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari, namun beberapa lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase, CK1 dan CK2, ditemukan memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada patologi molekular dari beberapa kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik bekerja pada kedua enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan penyakit tersebut di atas.[1]

Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin, pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita.

Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamin . Obat ini mengurangi tremor dan kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri.

Pengobatan dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Penambahan karbidopa dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa di dalam otak dan untuk mengurangi efek levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Mengkonsumsi levodopa selama bertahun-tahun bisa menyebabkan timbulnya gerakan lidah dan bibir yang tidak dikehendakik, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk dan lengan serta tungkai berputar-putar. Beberapa ahli percaya bahwa menambahkan atau mengganti levodopa dengan bromokriptin selama tahun-tahun pertama pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.

Sel-sel saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang dicangkokkan ke dalam otak penderita Parkinson bisa memperbaiki kelainan kimia tetapi belum cukup data mengenai tindakan ini.

Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.

Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Levodopa

Levodopa dikombinasikan dengan karbidopa merupakan pengobatan utama untuk Parkinson Diberikan bersama karbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya Mulai dengan dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan sampai efek terbesar diperoleh Setelah beberapa tahun digunakan, efektivitasnya bisa berkurang bromokriptin atau pergolid Pada awal pengobatan seringkali ditambahkan pada pemberian levodopa untuk meningkatkan kerja levodopa atau diberikan kemudian ketika efek samping levodopa menimbulkan masalah baru Jarang diberikan sendiri Seleglin Seringkali diberikan sebagai tambahan pada pemakaian levodopa Bisa meningkatkan aktivitas levodopa di otak Obat antikolinergik (benztropin & triheksifenidil), obat anti depresi tertentu, antihistamin (difenhidramin) Pada stadium awal penyakit bisa diberikan tanpa levodopa, pada stadium lanjut diberikan bersamaan dengan levodopa, mulai diberikan dalam dosis rendah Bisa menimbulkan beberapa efek samping Amantadin Digunakan pada stadium awal untuk penyakit yg ringan Pada stadium lanjut diberikan untuk meningkatkan efek levodopa Bisa menjadi tidak efektif setelah beberap bulan digunakan sendiri

Sel punca dewasa

Sel punca dewasa dapat digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson/Parkinson's disease (PD) contohnya adalah sel punca dewasa yang berasal dari sumsum tulang belakang dapat menggantikan sel-sel neuron (saraf) otak yang rusak akibat penyakit Parkinson[2].

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ (Inggris)"Protein kinases CK1 and CK2 as new targets for neurodegenerative diseases". Instituto de Quimica Medica-CSIC; Perez DI, Gil C, Martinez A. Diakses tanggal 2010-07-07. 
  2. ^ Dittmar T, Z̈änker KS. 2009. Stem Cell Biology in Health and Disease. Dordrecht: Springer verlag.

Pranala luar